Dua pasien terkonfirmasi menderita Covid-19 dan lebih dari 70 orang yang pernah berinteraksi dengan keduanya dipantau Pemerintah Kota Depok dan Kementerian Kesehatan.
Oleh
·4 menit baca
Jalan permukiman di sebuah perumahan di Kecamatan Sukmajaya, Depok, Jawa Barat, terlihat lengang, Senin (2/3/2020) sore. Di perumahan itu, dua orang yang terkonfirmasi menderita Covid-19 bertempat tinggal.
Namun, sejumlah polisi dengan mobil atau sepeda motor dinas tampak di sejumlah titik, menunjukkan ada sesuatu yang tak biasa di tempat itu. Benar saja, di salah satu rumah, seorang laki-laki dijemput petugas kesehatan untuk masuk ke ambulans. Dia asisten rumah tangga pasien Covid-19.
Ketua rukun tetangga tempat pasien tinggal, Teguh Prawiro, menyayangkan cara berkomunikasi pemerintah terkait Covid-19 yang disebabkan oleh virus korona baru, yang seperti kurang mempertimbangkan kondisi psikologis pasien. Ini karena pasien baru tahu dirinya tertular virus itu setelah Presiden Joko Widodo mengumumkannya. ”Memangnya saya kena korona, ya?” ucap Teguh menirukan perkataan Kasus 2, salah satu pasien berusia 60-an tahun, kemarin siang.
Jangan sampai nanti ojek dan taksi daring tidak mau mengantar sampai sini. Penumpang diturunkan di tengah jalan.
Selain Kasus 2, pasien Kasus 1 berusia 30-an tahun, anak Kasus 2, juga dinyatakan terkonfirmasi menderita Covid-19. Akhirnya, dengan besar hati, pasien memberi izin Teguh mengumumkan kepada warga di RT bahwa dirinya sudah terinfeksi virus korona tipe baru. Identitasnya dibuka kepada warga demi kemaslahatan bersama. Sayangnya, identitas lengkap pasien itu lalu menyebar luas ke berbagai media sosial, terutama grup-grup percakapan daring.
Selain kondisi psikologis pasien, Teguh mengkhawatirkan kondisi psikologis semua warga di perumahannya. Ini karena pengumuman yang tanpa didahului sosialisasi hingga tingkat warga tentang penyakit Covid-19, berpotensi membuat perumahan ini dikucilkan. ”Jangan sampai nanti ojek dan taksi daring tidak mau mengantar sampai sini. Penumpang diturunkan di tengah jalan,” ujar Teguh.
Soal pasien, Teguh bercerita, Kasus 2 sibuk beraktivitas di bidang seni. Anaknya, Kasus 1, juga menjadi pekerja seni dan pernah menjadi host sebuah acara di Kemang, dengan salah satu peserta warga Jepang yang diduga telah menderita Covid-19, tertular di Malaysia. Hingga pada suatu waktu, Kasus 2 sakit sehingga memeriksakan diri di sebuah rumah sakit di Depok, Kamis (27/2). Ia disebut menderita tipus.
Waktu itu, anaknya (Kasus 1) yang biasa tinggal di Kemang, Jakarta Selatan, turut memeriksakan diri karena juga merasa tidak sehat. Menurut Teguh, Kasus 1 sempat disebut menderita bronkitis. Ternyata, keduanya dibawa ke Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso di Jakarta Utara, Sabtu (29/2) malam, setelah Kasus 1 mengabari dia bakal pulang pada Minggu. Minggu pagi, Teguh baru tahu kabar pasien dipindahkan.
Tetangga pasien, Frans Riberu (62), cemas terhadap kesehatannya dan keluarga pascaberita ini. Apalagi, virus korona baru menyebar cepat. Tak terbayangkan baginya Covid-19 bisa begitu luas menyebar ke berbagai belahan dunia. Meski demikian, Frans tidak berniat meninggalkan rumahnya. Bagi dia, hal terpenting kini adalah menjaga kebugaran tubuh serta kebersihan.
”Di rumah saya, kalau mau masuk rumah, cuci kaki dulu pakai air keran di luar. Tangan juga dicuci pakai sabun,” ucapnya. Untuk menambah proteksi, Frans menutup rapat pintu dan jendela rumahnya. Inisiatif itu dilakukan tanpa sosialisasi gencar yang menyentuh warga soal pencegahan penularan virus korona baru, sampai penularan telanjur terjadi.
Pemantauan
Terkait dengan dua pasien terkonfirmasi menderita Covid-19 itu, lebih dari 70 orang yang pernah berinteraksi dengan keduanya dipantau Pemerintah Kota Depok dan Kementerian Kesehatan. Wali Kota Depok Mohammad Idris menyatakan, 70 orang lebih yang sempat berinteraksi dengan pasien korona dalam status pemantauan.
Mereka mayoritas tenaga medis di rumah sakit tempat pasien positif korona pertama kali memeriksakan diri. ”Saya minta data detailnya, seperti alamat rumah. Kami bergerak cepat untuk menangani, mengantisipasi, mengawasi, dan mendampingi jika benar ada yang positif tertular penyakit ini,” ujarnya.
Idris juga menyebut kemungkinan aktivitas pendidikan maupun pemerintahan di Depok akan diliburkan jika ada ancaman lebih serius terkait wabah virus korona ini. Daerah yang berdekatan dengan Depok, seperti Bogor, juga meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran virus korona.
Meski belum ada kasus penularan, Bupati Bogor Ade Yasin menyebut kini Pemkab Bogor terus memantau masyarakat dan pasien di sejumlah rumah sakit. Gubernur Jabar Ridwan Kamil, Senin, menyatakan, Jabar berstatus Siaga 1 virus korona. Status ini juga berlaku bagi rumah sakit utama di 27 kabupaten/kota di Jabar.