Pemerintah Provinsi NTB memutuskan untuk memperbolehkan kapal pesiar masuk ke daerah tersebut. Hanya saja, untuk bisa bersandar dan menurunkan penumpang, harus melewati standar yang telah ditentukan.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat memutuskan untuk memperbolehkan kapal pesiar masuk ke daerah tersebut. Hanya untuk bisa bersandar dan menurunkan penumpang harus melewati standar yang telah ditentukan, baik menyangkut kesehatan maupun kepelabuhanan. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi merebaknya virus SARS-CoV-2.
Kepala Dinas Perhubungan Nusa Tenggara Barat (NTB) Lalu Bayu Windia mengatakan, keputusan itu diambil langsung oleh Gubernur Nusa Tenggara Barat Zulkieflimansyah pada Jumat (6/3/2020) sore.
”Standar operasional prosedur yang diterapkan berdasarkan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan juga Organisasi Maritim Internasional (IMO). Standar dari WHO itu yang akan digunakan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan dan IMO itu oleh Kantor Kesyahbadaran dan Otoritas Pelabuhan,” kata Bayu, Jumat sore.
Sebelum sampai pada keputusan itu, Jumat (6/3/ pagi, digelar rapat yang melibatkan lintas pemangku kepentingan, baik tingkat provinsi maupun kabupaten. Hadir antara lain Dinas Perhubungan, Dinas Kesehatan, Kantor Kesyahbadaraan dan Otoritas Pelabuhan, PT Pelabuhan Indonesia III Lembar, serta Kantor Kesehatan Pelabuhan.
Standar operasional prosedur yang diterapkan berdasarkan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan juga Organisasi Maritim Internasional (IMO). Standar dari WHO itu yang akan digunakan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan dan IMO itu oleh Kantor Kesyahbadaran dan Otoritas Pelabuhan.
Dalam rapat itu dipaparkan tentang rencana sejumlah kapal pesiar yang akan datang ke NTB beserta rencana jadwalnya. Ada tiga kapal yang direncanakan datang, yakni MS Albatros, MS Columbus, dan Viking Sun.
General Manager PT Pelindo III Lembar Baharuddin mengatakan, Albatros yang saat ini berada di Benoa, Bali, dijadwalkan datang ke NTB pada Senin (9/3) mendatang. Kapal pesiar tersebut membawa 350 penumpang.
Sementara Columbus, kata Baharuddin, dijadwalkan datang pada Selasa (10/3) dengan membawa sekitar 1300 penumpang dan Viking Sun pada Rabu (11/3) membawa sekitar 950 penumpang.
Wisatawan yang menggunakan Albatros direncanakan turun melalui kawasan Pantai Senggigi, Lombok Barat. Senggigi merupakan salah satu obyek wisata Lombok yang berada sekitar 18 kilometer utara Mataram, ibu kota NTB.
Sementara kapal Columbus dan Viking Sun direncanakan bersandar di Pelabuhan Gili Mas, Lembar, Lombok Barat, sekitar 28 kilometer selatan kota Mataram. Pelabuhan Gili Mas sejak November 2019 hingga Februari 2020 telah digunakan sebagai tempat bersandar 10 kapal pesiar dengan total arus penumpang sekitar 27.000 orang.
”Tahun ini direncanakan ada 21 kapal pesiar yang akan bersandar di Pelabuhan Gili Mas,” kata Baharuddin.
Kepala Kesyabhandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Lembar M Junaidin mengatakan, prosedur penanganan kapal dari luar negeri yang akan mereka lakukan sesuai dengan standar Organisasi Maritim Internasional (IMO), termasuk penanganan kesehatan.
”Jadi, prosedurnya, jika ada kapal dari luar negeri, kami akan lihat kapalnya datang dari mana. Kalau negara asal kapal adalah negera terjangkit Covid-19, kami akan bekerja sama dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan untuk penanganan,” kata Junaidin.
Ke areal labuh
Junaidin menambahkan, setiap kapal yang datang terlebih dulu akan diarahkan ke areal labuh untuk menunggu pemeriksaan. Selanjutnya, pihak Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) akan naik ke kapal dan melakukan pemeriksaan. ”Jika KKP menyatakan sehat, akan kami izinkan masuk (bersandar). Tetapi, jika tidak, mungkin akan ada karantina atau langkah lain,” ucap Junaidin.
Kepala KKP Kelas II Mataram I Wayan Diatmika menambahkan, mereka akan melakukan pemeriksaan secara profesional untuk memastikan tidak ada segala sesuatu yang berpotensi mengancam kesehatan, termasuk SAR-Cov-2, baik itu lewat pesawat maupun kapal.
Sejauh ini, KKP telah menerapkan pemeriksaan ketat di pintu-pintu masuk NTB, seperti bandara dan pelabuhan. Di bandara, mereka memonitor semua kedatangan dengan alat pendeteksi suhu tubuh. Begitu juga di pelabuhan, seperti di Pelabuhan Bangsal, Lombok Utara, bagi wisatawan dengan kapal cepat asal Bali.
Khusus untuk kapal pesiar, jika tetap bersandar, fokus pemeriksaan pada wisatawan yang turun. Biasanya, sebagian wisatawan memilih tetap di kapal dan ada juga yang turun untuk mengunjungi sejumlah obyek wisata di daerah tempat bersandar.
”Bukan hanya pemeriksaan itu saja dan selesai. Kami juga sudah memiliki jaringan sampai ke daerah-daerah. Sampai ke puskemas-puskesmas. Jadi, kalau ada informasi potensi sakit atau berpotensi menularkan kepada orang lain, sistem jejaring kami langsung bekerja. Rumah sakit rujukan siap mengobservasi, isolasi, pemeriksaan lebih lanjut,” kata Wayan.
Junaidin menambahkan, terkait dengan merebaknya virus SAR-Cov-2 memang membutuhkan kehati-hatian. ”Pada intinya, kami ingin meyakinkan semua pihak, khususnya masyarakat, bahwa apa yang kita lakukan sesuai prosedur dan tidak merugikan mereka,” ujar Junaidin.