Pemprov Bali Siapkan Program Pemulihan Dampak Wabah Korona
Merebaknya wabah penyakit akibat virus korona baru diperkirakan berdampak pada pergerakan pariwisata dan perekonomian Bali sehingga Pemerintah Provinsi Bali menyiapkan program percepatan pemulihan.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA
·5 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Merebaknya wabah penyakit akibat virus korona baru atau Covid-19 diperkirakan berdampak terjadinya tekanan terhadap pergerakan pariwisata dan perekonomian Bali. Terkait hal itu, Pemerintah Provinsi Bali menyiapkan program aksi percepatan pemulihan dampak Covid-19 yang melibatkan semua pemangku kepentingan yang terkait, termasuk kalangan pariwisata.
Rencana program aksi Bali menangani dampak Covid-19 terhadap pariwisata dan perekonomian Bali dipaparkan Gubernur Bali I Wayan Koster dalam rapat koordinasi percepatan pemulihan pariwisata dan perekonomian Bali di kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali di Kota Denpasar, Jumat (6/3/2020).
Belum ada kasus positif di Bali.
Rapat koordinasi tersebut dihadiri pihak perbankan, sejumlah bupati dan sekretaris daerah kabupaten dan kota di Bali, pengusaha, dan kalangan pariwisata, termasuk perwakilan maskapai penerbangan di Bali.
Koster mengatakan, pemerintah pusat sudah mengeluarkan kebijakan sebagai antisipasi dampak Covid-19 terhadap perekonomian dan pariwisata, di antaranya, pemberian dana alokasi khusus (DAK) untuk fisik pariwisata. Dukungan itu berupa pembebasan pajak hotel dan restoran sebesar 10 persen selama enam bulan mulai Maret hingga Agustus, serta pemberian potongan harga tiket sebesar 30 persen untuk 25 persen kursi pesawat ke 10 destinasi pariwisata.
Sejalan dengan langkah pemerintah pusat itu, pemerintah daerah di Bali juga menyiapkan program aksi dan kebijakan dalam upaya mempercepat pemulihan dampak Covid-19. Program aksi di Bali itu melibatkan unsur pemerintah pusat di daerah, pemerintah daerah, badan usaha milik negara (BUMN), hingga kalangan pengusaha pariwisata di Bali.
Koster menyebutkan beberapa program aksi percepatan pemulihan pariwisata dan perekonomian Bali, antara lain, percepatan realisasi proyek infrastruktur dari pemerintah pusat di Bali, misalnya, pembangunan shortcut Mengwitani-Singaraja di ruas 7 hingga 8.
Upaya lain percepatan rencana pembangunan di tiga lokasi, yakni Nusa Penida dan Nusa Lembongan di Kabupaten Klungkung dan Sanur di Kota Denpasar; percepatan pengembangan Pelabuhan Benoa, dan proyek dari balai di bawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Permukiman Rakyat maupun Kementerian Perhubungan.
Bali aman
Untuk pemulihan pariwisata dan perekonomian Bali, menurut Koster, pemerintah bersama seluruh pemangku kepentingan pariwisata dan perekonomian Bali bersama-sama mengintensifkan kampanye Bali aman dari Covid-19.
Bali juga tetap menjadi destinasi yang aman dan nyaman dikunjungi. Terkait dengan hal itu, Pemprov Bali meluncurkan program pencitraan (branding), yakni ”We Love Bali Movement” dengan sejumlah kegiatan, antara lain, memfasilitasi acara dan perlombaan berskala internasional.
Dalam upaya mendorong perekonomian Bali melalui sektor perdagangan, pemerintah daerah agar meningkatkan ekspor produk Bali ke sejumlah negara, di antaranya, Amerika Serikat, Australia, Jepang, dan negara-negara di kawasan Eropa. Pemerintah daerah juga merancang sejumlah kegiatan Bali great sale ataupun great deal sebagai upaya mendorong terjadinya interaksi dan transaksi.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho mengungkapkan, Bank Indonesia merekomendasikan sejumlah strategi jangka pendek dalam menangani dampak Covid-19. Langkah itu antara lain mendorong percepatan implementasi stimulus pariwisata, mempercepat realisasi pembangunan proyek pemerintah dan akselerasi konsumsi pemerintah, serta membentuk tim tanggap virus SARS-CoV-2 dan menyusun protokol kesehatan.
Trisno juga menyampaikan, merebaknya wabah Covid-19 berdampak terhadap kinerja sektor pariwisata dan juga dunia usaha, investasi, tenaga kerja serta penerimaan pajak.
Bali sebagai daerah yang perekonomiannya ditopang pariwisata, menurut Trisno, diperkirakan akan mengalami dampak yang cukup besar. Kondisi itu dinyatakan tidak terlepas dari kontribusi kunjungan wisatawan mancanegara asal China ke Bali sebesar 57,25 persen dari total seluruh kunjungan wisatawan mancanegara 2019.
Trisno menyebutkan, hasil pengolahan big data TripAdvisor’s Forum menunjukkan adanya peningkatan indeks kekhawatiran wisatawan mancanegara terhadap ancaman Covid-19 di Bali dalam rentang waktu Januari 2020 sampai awal Februari 2020.
Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia pada Februari 2020 juga mengindikasikan adanya penurunan optimisme, yang tecermin dari penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dari 132,9 pada Januari 2020 menjadi 125,3 pada Februari 2020. Indeks Ekspektasi Konsumern (IEK) juga menurun, dari 144,5 pada Januari 2020 menjadi 132,8 pada Februari 2020. Kondisi sama juga tecermin dalam Indeks Keyakinan Ekonomi (IKE), dari 121,3 pada Januari 2020 menjadi 117,7 pada Februari 2020.
Dalam pengawasan
Adapun jumlah pasien berstatus dalam pengawasan yang masih dirawat di sejumlah rumah sakit di Bali hingga Jumat (6/3/2020) siang sebanyak 14 orang. Mereka tersebar di lima rumah sakit berbeda, di antaranya, delapan pasien di RSUP Sanglah, tiga pasien di RSUD Sanjiwani Gianyar, dan tiga pasien di RSUD Tabanan. Hal itu diterangkan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali I Ketut Suarjaya ketika ditemui di kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Denpasar, Jumat.
Suarjaya menyatakan, dari delapan pasien yang sampelnya sudah diperiksakan ke laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, empat hasilnya sudah keluar dan seluruhnya dinyatakan negatif Covid-19. ”Belum ada kasus positif di Bali,” katanya.
Dalam rapat koordinasi itu, Koster juga menyampaikan Pemprov Bali bersama Pemerintah Kota Denpasar sepakat untuk menunda untuk sementara kedatangan kapal-kapal pesiar dari luar negeri, terutama kapal pesiar yang pernah singgah di negara yang ditemukan kasus positif Covid-19, ke Pelabuhan Benoa, Denpasar.
Keputusan penundaan itu didasari pertimbangan keamanan dan kenyamanan masyarakat Bali, khususnya masyarakat Kota Denpasar. Koster juga mengatakan, penundaan itu juga bertujuan menyiapkan langkah dan prosedur mitigasi penanganan penyakit menular, khususnya Covid-19, demi memastikan Bali aman dari virus SARS-CoV-2.
”Supaya ada kesempatan untuk mengelola dengan mitigasi yang cermat sehingga tidak berdampak negatif terhadap Bali karena Bali merupakan destinasi pariwisata dunia,” kata Koster dalam rapat koordinasi itu. ”Kami harus betul-betul berhati-hati dan cermat dalam kondisi seperti ini,” ujarnya.