Kapal pesiar MV Albatros bersandar di Pelabuhan Gili Mas, Kecamatan Lembar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Senin pagi. Kapal itu mendapat izin bersandar karena semua kru dan penumpangnya dinyatakan sehat.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA/KHAERUL ANWAR
·5 menit baca
GERUNG, KOMPAS — Kapal pesiar MV Albatros bersandar di Pelabuhan Gili Mas, Kecamatan Lembar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Senin (9/3/2020). Kapal berbendera Bahamas itu mendapat izin bersandar karena semua kru dan penumpangnya dinyatakan sehat dan negatif Covid-19. Masyarakat diminta untuk tidak khawatir dengan masuknya kapal pesiar.
Kapal Albatros tiba di Pelabuhan Gili Mas pada Senin sekitar pukul 05.00 setelah menempuh perjalanan sekitar 10 jam dari Benoa, Bali. Awalnya, kapal yang membawa 690 orang terdiri dari 313 kru kapal dan 377 wisatawan itu direncanakan masuk Lombok melalui kawasan Senggigi.
Hanya, menurut Kepala Kantor Kesyahbadaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Lembar M Junaidin, diputuskan MV Albatros berlabuh dan bersandar di Gili Mas, sekitar 50 kilometer selatan Senggigi itu, karena jauh lebih siap dari sisi fasilitas, seperti terminal.
Saya sampaikan kepada mereka bahwa Gili Mas juga masih di Pulau Lombok. Selain itu, kalau di Gili Mas lebih banyak penumpang yang bisa turun, termasuk mereka yang menggunakan tongkat atau kursi roda. Kalau turun di tengah laut (naik sekoci), seperti di Senggigi, pasti susah.
Selain itu, menurut kapten kapal MV Albatros, Aleksey Zinkovkiy, para penumpangnya tidak masalah.
”Saya sampaikan kepada mereka bahwa Gili Mas juga masih di Pulau Lombok. Selain itu, kalau di Gili Mas lebih banyak penumpang yang bisa turun, termasuk mereka yang menggunakan tongkat atau kursi roda. Kalau turun di tengah laut (naik sekoci), seperti di Senggigi, pasti susah,” kata Aleksey Zinkovkiy.
Begitu tiba di Gili Mas, kapal tidak langsung bersandar, tetapi lepas jangkar di area yang telah ditentukan. Sekitar pukul 05.15, tim dari Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Mataram naik ke MV Albatros. Di sana mereka kemudian melakukan pemeriksaan sesuai prosedur standar operasi.
”Standar prosedur yang kami gunakan sebenarnya sama dengan yang kami gunakan selama ini. Hanya saja, khusus dalam situasi seperti ini lebih ketat, termasuk ada penambahan tenaga dan perlatan. Termasuk lebih teliti untuk meyakinkan bahwa kapal sehat (tidak ada virus SARS-CoV-2 ),” kata Kepala KKP Kelas II Mataram I Wayan Diantika.
Wayan memaparkan, begitu berada di atas kapal, mereka langsung memastikan semua kru dan penumpang tidak pernah memiliki kontak langsung dengan negara-negara terjangkit, seperti China dan Iran.
”Kami juga memastikan catatan kesehatan mereka apakah punya potensi penyakit menular atau tidak, dilanjutkan pemeriksaan suhu tubuh satu per satu. Setelah itu, kami berikan dokumen yang secara karantinaan diizinkan bersandar. Tetapi, keputusan bersandar selanjutnya ada di KSOP,” kata Wayan.
Sekitar pukul 06.20 Wita, bendera kuning karantina diturunkan, yang berarti kapal sehat. Kapal kemudian boleh bersandar dan penumpang bisa turun.
Junaidin menambahkan, secara prosedur, boleh tidaknya kapal bersandar sebenarnya cukup di otoritas mereka saja. Hanya, dalam situasi tertentu seperti merebaknya Covid-19, mereka tidak bisa berpatokan lagi pada hal-hal rutin seperti sebelumnya, tetapi harus berkoordinasi dengan sejumlah pihak.
"Karena ini khusus, maka perlakukan khusus. Kami menerapkan prinsip kehati-hatian dalam melayani kapal apalagi dengan adanya Covid-19. Itu juga arahan untuk semua pelabuhan di Indonesia," kata Junaidin.
Menurut Junaidin, prinsip kehati-hatian harus diterapkan karena di Indonesia sudah ditemukan kasus positif Covid-19. Dengan prosedur yang mereka jalankan pada kapal pesiar, termasuk ke depan kapal domestik dan penyeberangan, mereka berharap Covid-19 tidak semakin merebak.
Aleksey Zinkovkiy juga menjamin semua kru dan penumpangnya sehat. Sebelum tiba di Lombok, mereka juga telah melewati pemeriksaan secara ketat ketika berada di Benoa.
”Covid-19 memang telah menjadi perhatian seluruh dunia. Namun, kita tetap harus terus berjalan. Kami juga berharap situasi bisa tertangani dan semakin membaik ke depan,” kata Aleksey Zinkovkiy.
Selain itu, MV Albatros juga melakukan pemeriksaan ketat terhadap semua orang yang akan masuk ke kapal, termasuk tim dari KKP, KSOP, dan PT Pelindo III. Mereka juga melewati pemeriksaan suhu tubuh hingga pemberian hand sanitizer.
Kepala Dinas Perhubungan NTB Lalu Bayu Windia mengatakan, masyarakat tidak perlu khawatir dengan kehadiran kapal Albatros dan kapal-kapal lain yang direncanakan bersandar di Gili Mas. Apalagi izin bersandar harus berdasarkan prosedur standar operasi yang diterpkan secara ketat.
”Saya berharap masyarakat, termasuk pelaku wisata, agar tidak ragu-ragu berinteraksi dengan tamu. Kami sudah mengundang mereka dengan promosi ke mana-mana. Jadi, ketika datang, kita harus menerima, tentu dengan kehati-hatian,” kata Bayu.
Wakil Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalillah mengatakan, masyarakat tidak boleh takut atau khawatir secara berlebihan dengan adanya kapal pesiar. ”Tetapi, proteksi tetap harus kita lakukan. Kalau memang sehat (kapal pesiar), silakan masuk,” kata Rohmi.
Senang
Pantauan Kompas, setelah bersandar, sekitar pukul 08.00 Wita para penumpang yang didominasi wisatawan asal Eropa itu mulai turun dari kapal. Sebelum turun, tim KKP Kelas II Mataram kembali memeriksa suhu tubuh penumpang dan kru. Setelah dinyatakan aman, mereka keluar sendiri atau dalam rombongan.
Mereka terlihat ceria saat berjalan melewati karpet merah yang disiapkan PT Pelindo III. Karpet itu diletakkan dari pintu keluar kapal higga terminal pelabuhan. Dengan ramah, wisatawan menyapa atau membalas sapaan petugas pelabuhan, termasuk tim perjalanan wisatawan yang menunggu mereka.
Sesampainya di luar terminal, mereka langsung menaiki bus-bus pariwisata yang telah disiapkan sesuai dengan paket perjalanan yang dipilih. Menurut Kepala Dinas Pariwisata NTB Lalu Muh Faozal, tujuan wisatawan yang menggunakan bus tersebut adalah ke Museum NTB dan makan siang di kawasan Senggigi.
Selain menggunakan bus, ada juga wisatawan yang membeli paket perjalanan ke obyek wisata lain, seperti Sekotong, Banyumulek, dan kawasan Mandalika. Agen perjalanan wisata terlihat menunggu dengan kendaraan masing-masing di luar terminal.
”Sungguh menyenangkan bisa bersandar di sini. Apalagi, di tengah merebaknya Covid-19, kami tidak bisa memastikan rencana perjalanan dan apa yang akan terjadi dua minggu ke depan,” kata Anna, salah satu kru Albatros.
Seperti halnya wisatawan, para pemandu wisata dari agen perjalanan itu pun terlihat tenang. Supriyadi (34) dari Koperasi Serba Usaha Labuan Karya, Desa Labuan Tereng (tempat Pelabuhan Gili Mas berada), mengatakan, pemerintah telah menyatakan bahwa MV Albatros sehat sehingga tidak perlu ada yang dikhawatirkan.
”Kami memang menyediakan masker dan antiseptik di mobil masing-masing, tetapi tidak kami gunakan. Kalau pakai masker, justru kami khawatir turisnya takut,” kata Supriyadi.
Menurut Supriyadi, kehadiran kapal pesiar sangat berdampak positif bagi mereka. ”Tidak hanya saya yang tadi sudah memberangkatkan 10 wisatawan ke obyek wisata, tetapi juga pedagang makanan, taksi lokal, dan lainnya di sini juga mendapat manfaat,” kata Supriyadi.
Hingga Senin siang tercatat lebih dari 170 wisatawan yang turun dari MV Albatros. Sisanya memilih tetap di kapal. Ada juga yang turun untuk sekadar berjalan-jalan atau bersepeda di sekitar pelabuhan. Kapal akan berangkat menuju Probolinggo, Jawa Timur.