Pembatalan Kunjungan Juga Dilakukan Wisatawan Domestik
Kepanikan dan ketakutan masyarakat luas akan kemungkinan tertular penyakit Covid-19 masih terus berlanjut dan berdampak signifikan pada tingkat kunjungan wisatawan di kawasan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Kepanikan dan ketakutan masyarakat luas akan kemungkinan tertular penyakit Covid-19 masih terus berlanjut dan berdampak signifikan pada tingkat kunjungan wisatawan di kawasan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Tidak hanya berdampak pada turis luar negeri, kecemasan terhadap penularan penyakit ini juga membuat banyak rombongan wisatawan dalam negeri membatalkan kunjungan ke sejumlah obyek wisata.
Sekretaris I Koperasi Desa Wisata Candirejo Ahmad Mudofar Ersidik mengatakan, sejak 2 Maret lalu pihaknya menerima pembatalan kunjungan dua rombongan dari Jakarta.
Pengumuman itu sontak menimbulkan kepanikan. Sekolah asal rombongan wisatawan seketika langsung mengadakan rapat dan kami pun baru menerima informasi pembatalan setelah rapat selesai pada Senin (2/3/2020) malam.
Informasi pembatalan dari salah satu rombongan yang merupakan rombongan siswa SMP bahkan diterima Ersidik mendadak, beberapa jam setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan ada dua warga negara Indonesia yang terinfeksi virus korona jenis baru.
”Pengumuman itu sontak menimbulkan kepanikan. Sekolah asal rombongan wisatawan seketika langsung mengadakan rapat dan kami pun baru menerima informasi pembatalan setelah rapat selesai pada Senin (2/3/2020) malam,” ujarnya, Senin (9/3/2020).
Rombongan dari salah satu SMP di Jakarta itu semula dijadwalkan mengunjungi Desa Wisata Candirejo pada Rabu (4/3/2020). Rombongan terdiri atas 40 wisatawan, terdiri dari pelajar dan guru.
Di bulan Maret ini, pembatalan kunjungan juga dilakukan rombongan wisatawan dari Amerika Serikat. Jika sebelumnya rombongan ini terdiri atas empat wisatawan, beberapa hari lalu, dari konfirmasi terakhir, dua wisatawan membatalkan kunjungan karena khawatir tertular penyakit Covid-19.
Ersidik semula menduga merebaknya wabah Covid-19 memang akan berdampak signifikan pada kunjungan wisatawan asing. Namun, pembatalan yang terjadi belakangan ini sekaligus menunjukkan masyarakat dalam negeri sebenarnya juga khawatir akan penyebaran penyakit tersebut.
Menyikapi kondisi ini, dia menuturkan, pemerintah diharapkan segera turun tangan, menjernihkan suasana dengan memberikan informasi dan penjelasan yang tepat kepada masyarakat terkait penyakit Covid-19.
”Perlu ada informasi yang akurat dan menenangkan sehingga masyarakat pun tidak takut bepergian di dalam negaranya sendiri,” ujarnya.
Tidak terima kunjungan
Hal serupa dirasakan Supoyo, perajin gerabah di Desa Karanganyar, Kecamatan Borobudur. Selama satu bulan terakhir ini dia tidak lagi menerima kunjungan wisatawan dari luar Jawa Tengah.
”Selain dari wilayah Magelang, selama sekitar satu bulan ini saya hanya menerima wisatawan dari Semarang dan Kendal,” ujarnya.
Padahal, mengacu pada periode yang sama tahun lalu, usaha kerajinan gerabah milik Supoyo biasa dikunjungi rombongan wisatawan dari sejumlah kota di Jawa Timur. Selain itu, sebulan ini pun dia tidak lagi menerima kunjungan wisatawan dari perusahaan-perusahaan di Jakarta, yang biasanya selalu ada setiap minggu.
Terkait kondisi ini, Supoyo berharap pemerintah segera membantu memberikan solusi di luar sekadar memberikan bantuan insentif.
”Perlu ada bantuan promosi wisata dan sosialisasi sehingga masyarakat dalam negeri yakin bahwa destinasi wisata adalah tempat yang aman untuk dikunjungi,” ujarnya.
Di tempat usaha kerajinan gerabah milik Supoyo, turis biasa berkunjung, melihat-lihat gerabah, serta berlatih membuah gerabah. Untuk setiap satu buah gerabah yang dibuat turis asing dikenai tarif Rp 25.000 per orang dan untuk turis domestik Rp 20.000 per orang.
Saat ini, jumlah wisatawan domestik yang biasanya mencapai 50 orang per hari menyusut menjadi 30 orang per hari.
Upaya untuk menggenjot wisatawan dalam negeri, menurut Supoyo, penting dilakukan karena tingkat kunjungan wisatawan luar negeri diprediksi tidak akan pulih dalam waktu dekat. Jika biasanya jumlah turis asing ke usaha kerajinan Supoyo sekitar 50 orang per hari, dalam sebulan ini dia baru menerima beberapa kali kunjungan, dengan total jumlah wisatawan 15 orang saja.
Nuryazid, pengelola obyek wisata Punthuk Setumbu di Desa Karangrejo, Kecamatan Borobudur, mengatakan hal serupa. Di bulan Maret ini, satu rombongan wisatawan membatalkan kunjungan. Adapun di satu rombongan lagi, jumlah anggota rombongan yang semula 50 orang berkurang menjadi 30 orang karena 20 orang lainnya khawatir tertular Covid-19.
Pengurangan jumlah wisatawan itu, menurut dia, membuat biro travel yang membawanya kelabakan. Karena telanjur memesan 50 kotak makanan, sisa 20 kotak makanan pun dibagikan kepada warga sekitar, termasuk ke petugas di obyek wisata Punthuk Setumbu.