Pasien dalam Pengawasan Meningkat, Kegiatan Melibatkan Massa di Sidoarjo Dibatasi
Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, memutuskan membatasi kegiatan yang melibatkan massa dalam jumlah besar. Mereka juga meliburkan sekolah dari jenjang pendidikan anak usia dini hingga menengah pertama.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, memutuskan membatasi kegiatan yang melibatkan massa dalam jumlah besar. Mereka juga meliburkan sekolah dari jenjang pendidikan anak usia dini hingga menengah pertama. Itu untuk mencegah penyebaran virus korona galur baru menyusul meningkatnya jumlah pasien dalam pengawasan baru-baru ini.
Pelaksana Bupati Sidoarjo Nur Achmad Syaifuddin mengatakan, hingga saat ini, di wilayahnya belum ditemukan kasus dalam konfirmasi Covid-19. Namun, bukan berarti pihaknya tidak perlu waspada sebab Sidoarjo merupakan pintu masuk Provinsi Jatim dari jalur udara dan jalur darat.
”Sidoarjo memiliki Bandara Internasional Juanda dan Terminal Purabaya yang merupakan terminal bus terbesar di provinsi ini. Sebagai daerah pelintasan dan pintu gerbang Jatim, frekuensi lalu lintas orang sangat tinggi sehingga berisiko terhadap penyebaran virus korona,” ujar Nur Achmad, Senin (16/3/2020).
Selain alasan daerah pelintasan, Pemkab Sidoarjo merasa perlu mengantisipasi penyebaran virus korona karena meningkatnya jumlah orang yang berisiko terpapar virus. Data Dinkes Sidoarjo menyebutkan, hingga pertengahan Maret ini, jumlah ODR (orang dalam risiko) sebanyak 338 orang, ODP (orang dalam Ppmantauan) sebanyak 16 orang, dan PDP (pasien dalam pengawasan) sebanyak 6 orang.
Sidoarjo memiliki Bandara Internasional Juanda dan Terminal Purabaya yang merupakan terminal bus terbesar di provinsi ini. Sebagai daerah pelintasan dan pintu gerbang Jatim, frekuensi lalu lintas orang sangat tinggi sehingga berisiko terhadap penyebaran virus korona.
Jumlah itu meningkat dibandingkan data hingga 3 Maret lalu di mana jumlah ODR hanya 314 orang, ODP tidak ada (nol), sedangkan PDP hanya 2 orang. Jumlah orang yang berisiko terpapar virus ini berpotensi meningkat apabila tidak dilakukan upaya pencegahan penyebaran sejak dini secara komprehensif.
Dalam upaya mencegah penyebaran virus itulah, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo menggelar rapat koordinasi di Pendopo Delta Wibawa, Senin. Salah satu hasil rapat itu adalah segera membentuk Gugus Tugas Percepatan Penanganan Virus Korona yang dipimpin oleh Kepala Pelaksana BPBD Sidoarjo dan Kepala Dinkes Sidoarjo.
Selain itu, Pemkab Sidoarjo memutuskan membatasi kegiatan yang melibatkan kerumunan orang. Kegiatan hari tanpa kendaraan bermotor atau car free day (CFD) setiap hari Minggu diputuskan ditunda. Demikian halnya dengan pesta rakyat Delta Carnival yang rencana berlangsung Minggu (22/3/2020) juga ditunda. Acara akan menampilkan hiburan musik dangdut dan beragam kuliner khas Sidoarjo sebanyak 5.000 porsi.
Belajar di rumah
Kebijakan lain yang dihasilkan dari rapat koordinasi Pemkab Sidoarjo adalah meliburkan kegiatan belajar-mengajar di sekolah mulai jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga jenjang sekolah menengah pertama (SMP). Kebijakan itu juga berlaku pada kegiatan belajar di lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus.
”Kebijakan libur sekolah atau belajar di rumah ini berlaku mulai Selasa (17/3/2020) hingga 29 Maret. Untuk Senin ini sekolah masih beraktivitas seperti biasa,” kata Kepala Dinas Pendidikan Sidoarjo Asrofi.
Asrofi mengatakan, pihaknya telah mengimbau kepada kepala sekolah dan guru untuk memberikan pembekalan kepada peserta didiknya dalam memanfaatkan waktu selama liburan sekolah. Itu agar proses kegiatan belajar di rumah bisa maksimal dan tujuan mencegah penyebaran virus korona juga tercapai.
Menurut Asrofi, meski para murid belajar di rumah, guru harus tetap masuk ke sekolah dan memantau aktivitas mereka melalui para orangtua atau wali murid. Harapannya, kegiatan belajar di rumah itu memiliki perkembangan yang signifikan dalam proses pembelajaran. Tidak dimanfaatkan untuk hal-hal yang kurang bermanfaat apalagi kegiatan yang justru berpotensi meningkatkan paparan virus korona.
Para guru dan pengelola sekolah diharapkan mencari inovasi atau berkreasi dengan memanfaatkan teknologi informasi yang berkembang pesat saat ini untuk menyusun metode pembelajaran yang tepat bagi siswanya yang belajar di rumah. Dengan demikian, tidak ada pengurangan esensi pembelajaran.
Seperti diberitakan sebelumnya, Sidoarjo saat ini tengah merawat empat pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19. Keempatnya menunggu hasil pemeriksaan lanjutan dan dalam kondisi stabil. Dengan adanya empat pasien baru ini, total PDP di Sidoarjo sejak merebaknya virus korona sebanyak enam orang. Dua pasien yang dirawat sebelumnya telah diizinkan pulang karena hasil swab-nya dinyatakan negatif.
Kepala Dinkes Sidoarjo Syaf Satriawarman mengatakan, empat pasien itu, dua di antaranya dirawat di RSUD Sidoarjo, sedangkan dua lainnya di RS Mitra Keluarga Waru. Dua pasien di RSUD Sidoarjo adalah A (47) dan M (52). Pasien A baru pulang dari Jakarta dengan keluhan demam, batuk, pilek, dan sesak napas. Hasil foto toraks menunjukkan pasien menderita radang paru (pneumonia).
Sementara pasien M dirawat karena baru pulang dari Belanda dan memiliki riwayat kontak dengan pasien positif Covid-19. Keluhan batuk dan tidak enak badan. Pasien ini merupakan rujukan dari Mojokerto karena rumah sakit di sana kekurangan alat pelindung diri (APD) dan tidak memiliki ruang isolasi yang memadai.
Dua pasien yang dirawat di RS Mitra Keluarga Waru merupakan pasangan suami istri. Mereka baru kontak dengan anaknya yang baru pulang dari luar negeri. Anaknya masuk kategori orang dengan pemantauan (ODP) karena tidak menunjukkan gejala klinis. Sementara pasien ini mengalami gejala klinis dan hasil pemeriksaannya menunjukkan radang paru.