Mencegah Kebosanan Saat Pembatasan Sosial di Rumah
Saat pembatasan sosial tidak jarang membuat warga bosan berdiam diri di rumah. Sebagian dari mereka menyiasati kebosanan agar tetap nyaman selama di rumah, juga terhindar dari penularan wabah Covid-19.
Oleh
Aditya Diveranta/Fransiskus Wisnu Wardhana Dhany
·4 menit baca
Sabtu (21/3/2020) menjadi hari akhir pekan yang berbeda bagi Gracia Adiati (25). Momen penutup pekan yang semestinya dinikmati dengan santai, kali ini sedikit diselimuti kekhawatiran. Ia pun mengikuti imbauan pemerintah agar lebih banyak melakukan aktivitas di dalam tempat tinggalnya.
Seruan pembatasan sosial itu muncul untuk mencegah wabah coronavirus disease (Covid)-19 semakin parah. Pada awalnya dia belum ada ide untuk mengisi waktunya di indekos selama pembatasan sosial. Setelah berpikir sejenak, dia menyiapkan sejumlah buku bacaan dan koneksi internet. Beberapa hari sebelumnya, dia telah berbelanja kebutuhan pokok untuk setidaknya bertahan tidak banyak keluar rumah hingga Senin depan.
”Dari informasi yang aku tahu, warga diminta untuk tidak sering keluar rumah. Jadi, sekarang bagaimana caranya agar berbagai medium hiburan di rumah bisa diakses dengan mudah. Belakangan, saya juga mengincar tontonan musik siaran langsung yang tersebar di media sosial Youtube atau Instagram,” kata Gracia.
Suasana akhir pekan di rumah indekosnya kini menjadi lebih sepi. Di tengah situasi kerabat dekat yang saling menjaga jarak sosial, tidak jarang dia merasa bosan. Rasa bosan karena berada di rumah saat pembatasan sosial mungkin menjadi pengalaman sebagian warga lain. Sebab, di akhir pekan, sebagian besar dari kita kerap menghabiskan waktu di luar rumah. Kini, orang-orang mesti bersiasat agar tetap betah berada di rumah.
”Belakangan, kalau ke luar rumah malah jadi khawatir karena wabah Covid-19 belum terkontrol. Saya coba berdiam di rumah indekos saja untuk sementara waktu, dicoba dulu,” kata perempuan asal Semarang, Jawa Tengah, ini.
Hal serupa juga dilakukan Yasha (27). Warga Rawamangun, Jakarta Timur, ini menyiapkan tontonan di Youtube dan platform tontonan berbayar, Netflix. Menyiapkan tontonan selama berada di rumah mungkin bisa menjadi cara yang cukup andal untuk membunuh waktu. Belakangan, berbagai kalangan turut menyediakan tontonan di kanal media sosial karena munculnya wabah Covid-19. Pilihan tontonan pun beragam, mulai dari bincang-bincang edukatif sampai penampilan musik.
Sebagai contoh, akun Instagram @kiosojokeos, toko buku dan musik milik grup band Efek Rumah Kaca, menyiarkan bincang-bincang via Instagram Live terkait hubungan antara warga, negara, dengan wabah Covid-19. Sebagian akun lain, seperti grup musik Coldplay, turut menyiarkan penampilan musik sang vokalis, Chris Martin, saat sedang mengisolasi diri di rumah.
Di samping tontonan penampilan musik, ada pula yang menggunakan medium Instagram Live untuk melakukan senam yoga. Salah satu tayangan ini tersedia di akun Instagram @moodjakarta. Atifa Adlina (28), salah seorang pengguna, merasa tayangan tersebut bermanfaat di tengah rutinitas yang pelik. ”Tontonan di media sosial yang edukatif jadi selinganku pas lagi kerja. Ya, selama kerjaanku enggak keteteran pasti masih kusempatkan," ujar Atifa.
Selain Atifa, Qonita Labibah Rahmah (17), pelajar sekolah menengah atas di Yogyakarta, mengisi waktu di rumah dengan mengasah kemampuan menggambar. Selain menjadi koleksi, karyanya juga dijual sesuai pesanan. Harganya bervariasi mulai dari Rp 40.000 hingga Rp 200.000 sesuai tingkat kesulitan.
Sementara cara berbeda dilakukan Adi (24). guru sekolah menengah pertama di Solo, Jawa Tengah, ini memilih berolahraga di sela-sela bekerja dari rumah. Selain menjaga kebugaran, olahraga dipilih karena dapat dilakukan di mana saja dan tanpa alat.
Sebagian orang berusaha mengisi berbagai aktivitas untuk mencegah kesepian saat pembatasan sosial. Amanda Ripley, penulis The Unthinkable: Who Survives When Disaster Strikes and Why (2009), menyampaikan, rasa sepi dapat memicu stres yang turut berdampak pada penurunan respons sistem imun tubuh. Hal ini, menurut dia, bisa jadi mengkhawatirkan di tengah penularan wabah Covid-19.
Dalam artikel The Washington Post, Amanda membagikan empat cara untuk mencegah kesepian. Pertama, cara ini dapat dilakukan dengan berolahraga. Sebab, latihan fisik seperti itu dapat meningkatkan fungsi sistem imun tubuh.
Caitlin M Rivers, ahli epidemiologi dari John Hopkins University, Baltimore, Amerika Serikat, menuturkan, lari-lari kecil atau naik sepeda di sekitar lingkungan rumah dapat dilakukan. ”Hal ini memungkinkan dilakukan bersama rekan selama Anda bukan di wilayah riskan sebagai lokasi penularan,” katanya. Untuk peta sebaran wabah Covid-19 di Jakarta, Anda dapat melihatnya pada situs corona.jakarta.go.id.
Cara kedua adalah menjaga komunikasi dengan kerabat terdekat. Selama pembatasan sosial, komunikasi bisa dilakukan dengan ponsel atau aplikasi yang mendorong Anda untuk benar-benar ngobrol secara lisan dengan lawan bicara. Nancy Jo Sales, kolumnis The Guardian, mengatakan, cara ini bisa jadi kesempatan untuk mengubah perilaku kita dalam menggunakan ponsel dan media sosial.
Cara ketiga, yaitu berusaha menciptakan ketenangan batin atau mindfulness. Cara ini dapat dilakukan melalui meditasi yang menurut Anda nyaman untuk dilakukan. Sebagai saran, Anda bisa mencoba sejumlah aplikasi meditasi gratis seperti Headspace dan Calm di ponsel.
Keempat, yakni dengan cara menolong orang lain dalam hal sekecil apa pun. Menurut Amanda, aksi sukarela atau bentuk pertolongan lainnya dapat mengurangi kegelisahan seseorang. Pola solidaritas serupa kerap terjadi menurut pengamatannya, bahkan sejak tragedi 9/11 di Amerika Serikat.
Alasan untuk tetap di rumah dan membatasi jarak dengan orang lain sangat penting di tengah kepanikan wabah Covid-19. Pembatasan sosial ini penting, terutama karena hal ini dapat mematahkan rantai penularan yang terus menjalar di Indonesia.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyerukan agar seluruh warga bekerja dari rumah, belajar di rumah, dan beribadah di rumah, Senin (16/3/2020). Merespons itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pun menerbitkan Seruan Gubernur DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 2020. Dalam seruan itu, Gubernur menegaskan agar dunia usaha mematuhi kebijakan bekerja di rumah dan mengurangi jumlah pegawai piket hingga seminimal mungkin mulai 23 Maret hingga waktu yang belum ditentukan.
Hingga 20 Maret, pemerintah mengumumkan sebanyak 450 pasien positif terpapar. Angka kematian terus bertambah menjadi 38 dari sebelumnya 32 pasien. Kita tentunya tidak ingin turut terpapar wabah, bukan?