Dunia tidak selamanya suram akibat wabah Covid-19. Sejumlah orang memandang kasus ini secara lebih luas dan memetik hikmah darinya. Perubahan gaya hidup lebih sehat tampak jelas pada masyarakat saat ini.
Oleh
sekar gandhawangi
·4 menit baca
Imbauan bekerja dari rumah membuat beberapa orang memiliki waktu untuk berefleksi. Efek pembatasan sosial rupanya tidak selalu buruk bagi mereka yang tidak lupa merapal syukur. Bahasa kerennya, blessing in disguise.
Gaya hidup mahasiswa magister di Australia, Sheila (24), sedikit berubah setelah virus korona baru (SARS-CoV-2) merebak. Ia yang semula hidup biasa-biasa saja jadi lebih memperhatikan kesehatan. Kini, ia makan buah dan minum madu setiap hari. Ia juga berolahraga mandiri di rumah agar tetap bugar.
”Teknik cuci tangan yang benar sudah kulakukan sejak dulu. Tapi, sekarang aku jadi lebih sering dan lebih lama cuci tangan dibandingkan dulu,” katanya, Kamis (26/3/2020).
Sejak pemerintah mengeluarkan aturan pembatasan sosial, Sheila harus mengikuti kelas daring. Hal ini ia nilai menghemat waktu karena tidak perlu menempuh perjalanan pulang-pergi ke kampus. Waktu luangnya digunakan untuk berbenah rumah dan berbincang dengan teman serumah. ”Rasanya lebih ’hadir’ di momen yang sedang dijalani,” ujarnya.
Kendati demikian, Sheila sadar bahwa hal ini tidak berlaku bagi semua orang. Umumnya, hanya orang dengan privilese yang dapat memetik hikmah dari pandemi.
Pegawai bank Bekasi, Clandestine (24), memandang pembatasan sosial dengan cara lain. Ia menjadi lebih mawas diri terhadap kesehatan dan kebersihan. Ia mengikuti saran pemerintah dan tenaga kesehatan untuk rajin mencuci tangan.
Ia juga lebih memperhatikan nutrisi makanan harian. Setelah wabah Covid-19 merebak, ia rutin mengonsumsi sayur, buah, dan multivitamin. Ia juga membatasi diri untuk membeli makanan yang dijual bebas di jalanan.
”Selain lebih peduli kesehatan dan kebersihan diri, wabah ini membuatku jadi lebih peduli terhadap keluarga. Dulu, aku cuek jika ada yang batuk atau pilek. Sekarang berbeda. Kami jadi saling menjaga,” tutur Clandestine.
Kebiasaan baru
Karyawan swasta Jakarta, Dian (25), kini punya kebiasaan baru setelah kantornya menetapkan kebijakan bekerja dari rumah (work from home). Ia kini rutin meminum suplemen vitamin pada pagi hari dan makan buah. Padahal, ia tidak pernah melakukan itu sebelumnya.
Perubahan gaya hidup yang baru berlangsung sekitar 10 hari ini dinikmati oleh Dian. Pembatasan sosial membuatnya lebih sering memasak. Selain bisa menghemat pengeluaran, ia juga bisa menjamin kebersihan makanan olahannya.
Dian juga semakin sadar akan pentingnya menjaga kebersihan, terlebih jika ia harus pergi ke luar untuk beberapa saat. Ia akan langsung mencuci tangan, kaki, dan mengganti baju begitu tiba di rumah. Pakaian yang ia kenakan untuk keluar pun wajib dijemur di bawah sinar matahari.
Perubahan perilaku ini diadopsi Dian sejak minggu lalu. Ketetapan bekerja dari rumah ditanggapi Dian sebagai respons serius semua pihak terhadap penyebaran virus korona baru.
”Gue jadi lebih sering mencuci tangan pakai sabun. Dulu, sih, cuci tangan seadanya. Yang penting tangan gue kena sabun, usap-usap sebentar, selesai, deh. Sekarang gue mempraktikkan teknik cuci tangan yang benar seperti di Instagram,” tutur Dian.
Ia berencana menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) seterusnya. Hal tersebut juga akan diajarkan kepada anak-anaknya kelak agar terlindung dari penyakit.
Selain lebih peduli kesehatan dan kebersihan diri, wabah ini membuatku jadi lebih peduli terhadap keluarga. Dulu, aku cuek jika ada yang batuk atau pilek. Sekarang berbeda. Kami jadi saling menjaga.
Karyawan swasta Dion (26) juga memperhatikan kebersihan diri setelah ada wabah. Frekuensi mandi yang semula sekali sehari diubah menjadi dua kali sehari. ”Saya takut (terinfeksi virus) korona,” katanya.
Terapi kejut
Merebaknya virus SARS-CoV-2 dinilai sebagai terapi kejut bagi masyarakat untuk menerapkan PHBS. Momentum ini perlu dijaga agar masyarakat bisa menerapkannya secara berkelanjutan.
Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Husein Habsyi mengatakan, sebelum Covid-19 mewabah, menjaga kesehatan bukan menjadi agenda utama publik. Sebagian orang mengabaikan PHBS karena terimpit beban pekerjaan, ekonomi, atau sekadar tidak punya kesadaran menjaga kesehatan dari hal kecil. Padahal, PHBS merupakan benteng terdepan untuk melindungi kesehatan tubuh, antara lain mencuci tangan dengan sabun serta menerapkan etika batuk dan bersin.
”Ada hikmah yang luar biasa dari wabah yang terjadi. Baru kali ini semua aspek masyarakat dan pemerintah sama-sama membicarakan masalah kesehatan. Masyarakat jadi yakin bahwa hidup sehat adalah pertahanan diri yang kuat,” kata Husein.
Kendati demikian, momentum ini patut dijaga agar kesadaran masyarakat tidak surut. Intervensi dan edukasi perlu dilakukan terus-menerus, bahkan saat pandemi usai.
Wabah Covid-19 pun menggerakkan masyarakat untuk saling membantu. Sejumlah pihak menggelar donasi untuk membantu pengadaan alat pelindung diri, untuk membiayai korban terdampak wabah, hingga untuk membeli makanan bagi tenaga kesehatan.
Kitabisa.com menggalang dana di laman kitabisa.com dengan target donasi Rp 20.000.000.000. Hingga hari ini, ada 117.467 orang yang ikut berdonasi. Adapun dana yang terkumpul lebih dari Rp 12 miliar per Kamis pukul 17.00.
Ada pula penggalangan dana bertajuk ”Konser Musik #DiRumahAja: Solidaritas Melawan Corona” digelar di laman kitabisa.com. Aksi yang digawangi Narasi TV ini menghimpun sejumlah musisi Tanah Air untuk menggelar konser virtual. Beberapa yang terlibat adalah Andien, Eva Celia, Trio Lestari, Kunto Aji, dan Armand Maulana.
Hingga sore ini, sudah ada 5.368 orang yang berdonasi. Dana yang terkumpul lebih dari Rp 1 miliar.
”Tidak ada satu pun yang kebal dari virus ini. Kita semua rentan dan karenanya rapuh. Satu-satunya cara agar kita tidak terus merapuh adalah dengan menjalin solidaritas,” tulis penyelenggara donasi di internet.