Mekanisme pemeriksaan kesehatan secara ketat seperti yang ditempuh di bandar udara dan pelabuhan terhadap penumpang dari mancanegara juga diterapkan di stasiun dan terminal.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Mekanisme pemeriksaan kesehatan secara ketat seperti yang ditempuh di bandar udara dan pelabuhan terhadap penumpang dari mancanegara juga diterapkan di stasiun dan terminal. Para pemudik begitu tiba di prasarana transportasi dicegat untuk diperiksa suhu tubuh mereka, bahkan harus melewati bilik sterilisasi. Langkah-langkah luar biasa ini untuk mendeteksi dan menekan potensi penyebaran virus korona yang telah menjadi pandemi.
Sejak virus korona merebak, tim-tim kesehatan telah disiagakan di bandara, pelabuhan, terminal, dan stasiun. Khusus untuk terminal dan stasiun, pengelola juga menyiapkan bilik sterilisasi dan ambulans bagi penumpang yang dicurigai terkena virus korona. Tim kesehatan dibekali pemindai suhu tubuh yang berbentuk ”pistol” untuk pemeriksaan kepada penumpang.
Penumpang yang akan masuk atau keluar harus melalui bilik sterilisasi.
Di Terminal Purabaya di Sidoarjo, penumpang yang akan naik atau turun dari bus diperiksa suhu tubuhnya. Tim kesehatan mencegat penumpang di lobi prasarana yang lebih dikenal dengan sebutan Terminal Bungurasih karena berada di Desa Bungurasih, Kecamatan Waru, Sidoarjo, itu.
”Penumpang yang akan masuk atau keluar harus melalui bilik sterilisasi,” ujar Kepala Dinas Perhubungan Kota Surabaya Irvan Wahyudrajat, Kamis (26/3/2020).
Tim terpadu juga memastikan agar penumpang duduk berjarak dengan lainnya. Kru harus berkomitmen untuk mematuhi anjuran penjarakan fisik untuk menekan potensi penularan virus korona. Selain itu, jadwal operasional Suroboyo Bus dengan pembayaran sampah botol plastik diubah. Jadwal operasionalnya menjadi Purabaya-Rajawali pukul 06.00-21.00 WIB, Unesa-ITS pukul 06.00-20.00 WIB, dan Gununganyar-RSIA pukul 06.00-20.00 WIB.
Bilik sterilisasi
Manajer Hubungan Masyarakat KAI Daerah Operasi 8 Surabaya Suprapto mengatakan, bilik sterilisasi telah disiapkan di tiga stasiun besar di Surabaya, yakni Wonokromo (2 bilik), Surabaya Gubeng (3 bilik), dan Surabaya Pasarturi (3 bilik).
Penumpang yang akan naik dan turun diperiksa suhu tubuhnya dan harus melalui bilik sterilisasi untuk disemprot disinfektan. Cairan disinfektan yang disemprotkan meski ampuh untuk membunuh virus, tetapi tidak membahayakan kesehatan penumpang.
”Bilik disiapkan di gerbang masuk dan keluar,” kata Suprapto. Tim kesehatan dan ambulans juga disiagakan di stasiun-stasiun jika ada penumpang yang dicurigai kena virus korona dan harus segera dievakuasi ke rumah sakit rujukan untuk mendapat tindakan medis.
KAI juga menerapkan penjarakan fisik bagi penumpang di dalam kereta. Penerapan penjarakan fisik diatur oleh kondektur sebelum rangkaian diberangkatkan. Untuk perjalanan jarak jauh dengan KA Argo Bromo Anggrek, misalnya, dari sembilan kereta, KAI hanya menjual tujuh kereta untuk diisi. Dua kereta tidak dijual atau sengaja dikosongkan agar penumpang bisa diatur sesuai protokol penjarakan fisik guna mencegah penularan atau penyebaran virus korona.
”Kereta yang kosong karena tak dijual itu untuk mengakomodasi permintaan penumpang yang ingin pindah atau memenuhi anjuran jaga jarak fisik dengan orang lain,” kata Suprapto. Sarana cuci tangan dan sabun di toilet kereta dipastikan tetap ada, bahkan dilengkapi cairan pembersih tangan (hand sanitizer). Kereta sebelum dioperasikan telah disemprot disinfektan.