Pemkot Surabaya Utamakan ”Rapid Test” bagi Petugas Kesehatan dan ODP
Pemerintah Kota Surabaya sudah menerima 620 alat ”rapid test”. Alat tersebut bantuan dari Kementerian Kesehatan sebanyak 460 dan Yayasan Tzu Chi Buddha 160. Alat itu bakal diutamakan untuk petugas kesehatan dan ODP.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya sudah menerima sebanyak 620 alat rapid test. Alat tersebut bantuan dari Kementerian Kesehatan sebanyak 460 dan Yayasan Tzu Chi Buddha 160. Alat ini bakal diutamakan untuk petugas kesehatan yang menangani Covid-19 serta orang dengan pemantauan atau ODP.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya Febria Rachmanita di Surabaya, Jumat (27/3/2020), mengatakan, jumlah rapid test yang diterima saat ini sebanyak 620, dan akan terus bertambah. Alat tersebut didistribusikan kepada tenaga kesehatan ataupun pasien yang melakukan pemeriksaan di rumah sakit.
”Jadi, alat tes cepat itu ada di RSUD Soewandhie, mendapat 80, kemudian di RSUD Bhakti Dharma Husada sebanyak 40. Semuanya digunakan untuk pemeriksaan pasien ataupun tenaga kesehatan,” katanya.
Selanjutnya, kata Koordinator Protokol Kesehatan, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, ini, sisa rapid test kemudian dibagikan kepada tenaga kesehatan di puskesmas, baik itu kepada petugas yang mengantar ODP dan PDP (pasien dalam pengawasan), maupun petugas yang kontak erat dengan mereka. ”Saat ini sedang mengumpulkan tenaganya, karena pemeriksaan menggunakan alat tersebut harus di bawah dokter spesialis,” ujarnya.
Jadi, alat tes cepat itu ada di RSUD Soewandhie, mendapat 80, kemudian di RSUD Bhakti Dharma Husada sebanyak 40. Semuanya digunakan untuk pemeriksaan pasien ataupun tenaga kesehatan.
Rapid test tersebut merupakan alat deteksi antibodi melalui cara pengambilan sampel darah, serum darah, yang kemudian diteteskan ke alat tersebut. Melalui alat itu bisa diketahui apakah orang itu positif atau negatif Covid-19. ”Hasil tes cepat tidak pakai hari, hitungan jam,” ujarnya.
Hingga hari ini, Jumat (27/3/2020), sekitar pukul 13.00, jumlah ODP di Surabaya yang sudah selesai dilakukan pemantauan sebanyak 161 orang dari total 189 orang. Sementara ODP yang belum dilakukan pemantauan sebanyak 28 orang. Hal ini dikarenakan mereka belum habis masa inkubasi 14 hari.
Untuk PDP, hingga saat ini berjumlah 16 orang. Dari jumlah tersebut, 9 orang masih dirawat di rumah sakit, sedangkan sisanya melakukan isolasi mandiri di rumah. Kemudian yang konfirmasi (positif) Covid-19 di Surabaya ada 33 orang. ”Sudah terkonfirmasi yang 26 orang masih dirawat di rumah sakit, yang sudah sembuh ada 6, dan 1 meninggal,” katanya.
Menurut dia, orang yang terinfeksi Covid-19 ini bisa saja terjadi melalui batuk atau bersin dan droplet. Karena itu, masyarakat diimbau agar menjaga jarak, berperilaku hidup bersih dan sehat, serta rajin mencuci tangan menggunakan sabun untuk mencegah penularan virus tersebut. ”Kebanyakan pasien Covid-19 datang dari luar negeri dan daerah yang sudah terjangkit. Intinya adalah mereka yang baru bepergian,” ujarnya.
Untuk memastikan kesehatan tenaga medis yang menangani pasien Covid-19, Dinkes Surabaya pun menerapkan protokol di rumah sakit. Hal itu mulai dari penerapan jam kerja hingga penambahan imun tubuh petugas kesehatan dengan vitamin. ”Jadi, untuk tenaga medis, kami atur lima jam kerja yang di rumah sakit, karena dia harus memakai masker N95,” kata Febria.
Alasannya, masker N95 hanya bisa bertahan selama lima jam dan setelah itu harus diganti dengan yang baru. Di samping itu, selama lima jam itu petugas kesehatan di rumah sakit juga tidak diperbolehkan membuka APD (alat pelindung diri) lengkap. ”Nah, kemudian, supaya mereka juga tubuhnya kuat, kami berikan vitamin. Kami suplai makanan untuk mereka karena mereka tidak boleh keluar dari rumah sakit,” ujarnya.
Tak hanya itu, bahkan pihaknya memastikan petugas kesehatan yang menangani pasien Covid-19 juga diberikan kesejahteraan lebih. Mereka juga mendapat fasilitas tempat menginap khusus di sekitar rumah sakit. Sebelum keluar dari rumah sakit, mereka harus keramas dan disemprot disinfektan. Karena itu, pemkot menyediakan tempat istirahat sementara bagi mereka di dekat rumah sakit.
Menjaga dan melapor
Sementara Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini terus mengajak warga untuk bersama-sama melawan penyebaran Covid-19. Salah satunya dengan upaya preventif menjaga kebersihan dan kesehatan. Karena itu, Pemerintah Kota Surabaya menyediakan berbagai fasilitas publik untuk masyarakat sebagai langkah pencegahan itu.
Saat ini ada 634 wastafel portable yang dilengkapi sabun dan tisu yang telah terpasang di sejumlah titik di Kota Surabaya. Selain itu, lebih dari 60 bilik sterilisasi disinfektan juga terpasang di sejumlah kantor pelayanan publik dan fasilitas umum. Karena itu, semua masyarakat agar turut serta menjaga fasilitas tersebut.
”Kami mohon bantuan seluruh warga Surabaya kalau mengetahui jika sabun, tisu, atau air disinfektan habis, atau tidak keluar semprotan airnya, mohon melapor ke layanan darurat atau Command Center 112 agar semua kekurangan segera dipenuhi,” ujar Risma.