Tiada yang Abadi di Bawah Kolong Langit, Penciptaan Tuhan untuk Kepentingan Manusia
Tiada yang begitu abadi di bawah kolong langit ini. Semua yang ada di muka bumi ini sifatnya fana dan hampa, termasuk kehebatan manusia. Pandemi Covid-19 mengajak manusia kembali melihat dan merenung jati diri.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
ENDE, KOMPAS — Tiada yang begitu abadi di bawah kolong langit ini. Semua yang ada di muka bumi ini sifatnya fana dan hampa, begitu juga kehebatan merenung jati diri masing-masing, termasuk para imam atau pastor yang dipanggil Tuhan melayani umat manusia. Bertobat dan menjalani perintah Tuhan sama dengan mengikuti imbauan pemerintah untuk di rumah saja atau wajib mengenakan masker saat keluar rumah untuk mencegah penyebaran virus korona.
Demikian antara lain homili yang disampaikan Uskup Agung Ende Mgr Vincentius Sensi Potokota dalam misa Kamis Putih secara livestreaming dari Gereja Katedral Ende, Kamis (9/4/2020) pukul 07.00 Wita.
Misa secara dalam jaringan yang disaksikan sekitar 2.000 orang itu berlangsung sekitar 1,5 jam. Misa ini tidak diikuti ritual pembasuhan kaki yang biasa dilakukan pada misa Kamis Putih oleh pastor atau uskup kepada tokoh umat setempat.
Menurut Uskup Vincentius, Gereja Katolik seluruh dunia melakukan misa Kamis Putih secara live streaming. Tidak ada kegiatan misa yang dilakukan di gedung gereja dengan melibatkan umat dalam jumlah besar. Pandemi Covid-19 mengubah segala tata ibadat umat manusia saat ini.
”Tidak ada yang abadi di bawah kolong langit ini. Tuhan menciptakan segala sesuatu di muka bumi ini untuk kepentingan manusia. Tetapi, apakah manusia sudah memanfaatkan sesuai tujuan awal penciptaan, yakni memuji dan memuliakan Tuhan serta membangun kesejahteraan umat manusia,” tuturnya.
Kasih yang telah dinyatakan Tuhan melalui malam perjamuan bersama para rasul hendaknya menjadi jamuan kasih yang patut dijalani para pengikut Yesus. Misa Kamis Putih ini diikuti sekitar 4.000 orang.
Tidak ada yang abadi di bawah kolong langit ini. Tuhan menciptakan segala sesuatu di muka bumi ini untuk kepentingan manusia. Tetapi, apakah manusia sudah memanfaatkan sesuai tujuan awal penciptaan, yakni memuji dan memuliakan Tuhan serta membangun kesejahteraan umat manusia.
Para pastor yang dipanggil khusus melayani umat hendaknya pada saat ini membuka diri bagi panggilan Tuhan untuk melayani dengan sungguh-sungguh. Kepentingan pelayanan rohani umat harus diutamakan di atas kepentingan lain.
Ia mengajak para pastor agar di tengah pandemi Covid-19 ini, dimanfaatkan untuk merenung untuk mengambil hikmah dari peristiwa wabah penyakit menular ini. Tuhan sedang mengajak semua orang, termasuk pastor, menemui kembali Tuhan dalam hidup setiap hari.
Tetap percaya
Dalam misa Kamis Putih secara streaming pada Keuskupan Denpasar, Uskup Denpasar Mgr Silverster San meminta umat Kristiani setempat tetap percaya kepada Tuhan Yesus dalam situasi dan kondisi apa pun. Covid-19 tidak boleh memadamkan iman, harapan, dan kasih umat sebagaimana diajarkan Tuhan.
Yesus berjanji akan menyertai umat-Nya sampai akhir zaman. Dalam situasi dan kondisi apa pun, Tuhan tetap memperhatikan umat yang percaya kepada-Nya. Di satu sisi, mewabahnya Covid-19 telah mengancam kehidupan umat manusia. Di sisi lain, Covid-19 mengajarkan umat beriman untuk melihat kembali makna kehidupan sesungguhnya di hadapan Tuhan dan sesama.
Sementara itu, pada live streaming misa Jumat Agung di Gereja Katedral Kupang, Uskup Agung Kupang Mgr Petrus Turang mengajak umat Kristiani untuk selalu bersyukur dalam situasi sesulit apa pun. Pada rangkaian peringatan hari Paskah tahun ini, umat Kristiani diuntungkan dengan media live streaming yang disiapkan sehingga bisa mengikuti kegiatan peribadatan dari rumah masing-masing.
”Umat Kristiani di Kupang atau NTT tidak hanya mengikuti misa dalam jaringan di NTT, tetapi bisa juga di gereja lain. Umat bisa mengikuti rangkaian misa yang sedang live streaming di Denpasar, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan bahkan luar negeri. Tata cara peribadatan umat Katolik seluruh dunia sama sehingga tidak perlu ragu,” ujar Turang.
Kematian Yesus di Salib, Tuhan memulihkan hubungan Tuhan dengan manusia, termasuk di tengah wabah Covid-19 saat ini. Umat Kristiani berada di lingkungan tertebus.
Penebusan Tuhan di Salib mengajak para pemimpin di NTT dan di mana saja berada agar mengutamakan pelayanan ketimbang mengejar kepentingan pribadi atau kelompok. Pemimpin ada karena rakyat yang membutuhkan. Peran pemimpin harus jelas, yakni mengayomi, melindungi, dan memberikan kesejahteraan kepada rakyat.
Pemimpin tidak boleh sombong, arogan, emosional, dan tidak boleh mengutamakan kepentingan pribadi atau kelompok. Pemimpin benar-benar bersedia berkorban, melayani, dan mengayomi demi kepentingan masyarakat umum.
Turang mengajak umat Kristiani di lingkungan Keuskupan Agung Kupang agar selalu mengikuti imbauan pemerintah dalam mencegah penyebaran Covid-19. Setiap orang harus tetap berada di dalam rumah. Jika terdesak keluar rumah, harus mengenakan masker, menjaga jarak dengan orang lain, dan selalu mencuci tangan.
”Ajakan pemerintah pada saat pandemi Covid-19 ini bagian dari ajakan Tuhan bagi keselamatan manusia. Ajakan pemerintah ini semata-mata ingin melindungi masyarakat dari wabah Covid-19,” katanya. Ia menambahkan, gereja pun senada dengan pemerintah, yakni mendukung sepenuhnya kebijakan pemerintah bagi masyarakat agar umat sekalian terhindar dari wabah ini.
NTT memiliki dua Keuskupan Agung, yakni Keuskupan Agung Kupang dengan 13 kabupaten/kota dan Keuskupan Agung Ende memiliki sembilan kabupaten. Meski hanya sembilan kabupaten, Keuskupan Agung Ende memiliki umat Katolik sebanyak 2 juta lebih dibandingkan Keuskupan Agung Kupang dengan jumlah umat Katolik sebanyak 1,5 juta lebih.