Surabaya Pacu 50 UMKM Produksi Alat Pelindung Diri
Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, memacu 50 pengelola usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM untuk produksi alat pelindung diri bagi tim kesehatan terpadu guna penanganan pandemi virus korona.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA/AMBROSIUS HARTO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, memacu 50 pengelola usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM untuk produksi alat pelindung diri bagi tim kesehatan terpadu guna penanganan pandemi virus korona.
Pemerintah memasok bahan baku pembuatan alat pelindung diri (APD). Hasilnya berupa hazmat atau busana pelindung diri, masker kain, dan pelindung wajah (face shield). APD terutama hazmat dan untuk wajah diberikan kepada tim kesehatan terpadu yang menangani pasien terjangkit virus korona di rumah sakit. Masker kain dibagikan kepada warga yang dianggap rentan, yakni pedagang, juru parkir, sopir angkutan umum, dan pengemudi angkutan dalam jaringan (daring).
”Ada 50 pengelola UMKM yang dibagi dalam 10 kelompok untuk produksi APD,” kata Kepala Dinas Perdagangan Kota Surabaya Wiwiek Widayati, Selasa (14/4/2020). Kapasitas produksi harian jejaring UMKM itu adalah 500 hazmat, 540 pelindung wajah, dan 2.000 masker.
Kepala Bidang Promosi dan Mutasi Jabatan Badan Kepegawaian Daerah Kota Surabaya Yanuar Hermawan menambahkan, khusus untuk pelindung wajah dibuat oleh 40 pegawai badan tersebut secara bergantian setiap hari. Pelindung wajah cukup sederhana dan mudah dibuat dari bahan mika, busa, perekat, dan karet.
Plastik mika yang digunakan berdimensi panjang 26 sentimeter (cm), lebar 21,5 cm, dan ketebalannya 0,5 cm. Busa yang dipakai berketebalan 3 cm, berkarakter padat, tetapi nyaman untuk menempel pada wajah. ”Busa dipotong sesuai karakter lekuk wajah,” kata Yanuar.
Wiwit Manfaati (56), koordinator salah satu kelompok produksi APD, mengatakan, memproduksi hazmat dan masker kain dari bahan kiriman pemerintah. Kelompoknya terdiri dari 12 penjahit dan 2 pemotong kain dengan kapasitas produksi harian 100-130 hazmat dan 500 masker.
Pendiri Jahitin.com, usaha rintisan dalam jaringan (daring), Asri Wijayanti (24) saat dihubungi terpisah mengatakan, sempat dikirimi bahan oleh Pemerintah Kota Surabaya untuk pembuatan hazmat. ”Bahan itu tidak terlalu banyak, tetapi bisa kami buat menjadi 28 hazmat,” katanya.
Sukarelawan penjahit
Khusus untuk hazmat, Jahitin.com yang mengoordinasi 500 sukarelawan penjahit untuk produksi masker dan hazmat di 95 kabupaten/kota di Indonesia, kata Asri, sedang menggarap pesanan 5.000 busana pelindung diri tersebut.
Sebanyak 2.000 hazmat merupakan pesanan alumni Universitas Indonesia untuk tim kesehatan. Sebanyak 3.000 hazmat adalah pesanan Nyalakan Cahaya, gerakan sosial, untuk selanjutnya dibagikan kepada tim-tim kesehatan.
”Seorang relawan penjahit di Jahitin.com ini bisa memproduksi 10 APD dalam sehari sehingga kekuatan kami bisa produksi harian lebih dari 3.000 hazmat,” kata Asri.
Jahitin.com juga menjadi garda depan gerakan #sayaambilperan yang mengoordinasi para sukarelawan, terutama penjahit untuk membantu tim kesehatan dalam penanganan pandemi virus korona. Ada tiga peran yang bisa dijalankan siapa pun yang ingin bergabung.
Pertama, sebagai penjahit yang nantinya dibina lewat pelatihan daring untuk produksi masker kain yang baik. Kedua, sebagai donor kain untuk kemudian dijahitkan menjadi masker dan APD oleh sukarelawan untuk dikirim ke sasaran. Ketiga, donor uang untuk pembelian bahan dan ongkos jahit untuk penjahit yang memerlukan biaya hidup.
Masker kain dari katun produksi Jahitin.com juga ada yang dijual. Pembelian minimal satu paket senilai Rp 50.000. Harga masker kain Rp 10.000. Namun, jika membeli, konsumen hanya mendapat tiga masker sebab dua masker untuk disumbangkan ke tim kesehatan.
Gerakan ini disebut buy one help one atau membeli satu lalu memberi satu. ”Kami melayani pembelian masker kain bisa datang ke sini (Sidoarjo), lewat Whatsapp, atau akun kami di Tokopedia. Penjualan masker ini semata untuk mendorong produksi dan distribusinya terutama untuk masyarakat yang memerlukan dan tim kesehatan,” kata Asri.
Masker kain bisa dipakai berulang kali dan tahan 1-3 bulan. Sehabis dipakai, masker kain harus dicuci bersih, dijemur sampai kering, dan disetrika panas. Produksi masker kain mengingat masker standar operasi amat langka dan berharga amat mahal. Meski dianggap kurang efektif menangkal virus korona, masker kain cukup bisa diandalkan untuk mencegah seseorang menularkannya melalui percikan batuk dan bersin atau droplet.