Kasus Terus Bertambah, DBD Renggut 297 Korban Meninggal
Di tengah pandemi Covid-19, kita mesti waspada terhadap demam berdarah dengue atau DBD yang kasusnya terus bertambah. Sejak 1 Januari sampai 23 April 2020, tercatat 45.344 kasus dengan 297 kasus di antaranya meninggal.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kasus demam berdarah dengue masih banyak ditemukan di sejumlah wilayah Indonesia. Kewaspadaan akan penularan penyakit ini perlu ditingkatkan karena wilayah yang banyak terjangkit DBD juga menjadi wilayah episenter dari penularan Covid-19.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi di Jakarta, Kamis (23/4/2020), mengatakan, masyarakat diimbau bisa memaksimalkan waktu yang cukup banyak dilakukan di rumah untuk menggalakkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Gerakan ini mulai dari membersihkan tempat tinggal, menguras bak mandi, mengubur, serta menutup tempat penampungan air.
Ia juga mengingatkan agar masyarakat bisa lebih waspada akan ancaman koinfeksi DBD dan Covid-19 yang bisa terjadi secara bersamaan pada satu orang. ”Masyarakat dan tenaga kesehatan perlu mewaspadai adanya potensi (koinfeksi) ini,” katanya.
Kementerian Kesehatan mencatat, kasus DBD di Indonesia pada 1 Januari 2020 sampai 23 April 2020 mencapai 45.344 kasus dengan jumlah kematian 297 kasus. Dari jumlah kasus yang dilaporkan paling banyak ditemukan di Jawa Barat (6.337 kasus), Nusa Tenggara Timur (4.679 kasus), Lampung (4.103 kasus), Jawa Timur (3.622 kasus), DKI Jakarta (2.288 kasus), dan Jawa Tengah (2.176 kasus).
Sejumlah wilayah dengan kasus DBD yang tinggi tersebut diketahui juga menjadi wilayah yang banyak ditemukan kasus Covid-19. Dari 7.775 kasus Covid-19 yang dilaporkan, wilayah dengan kasus tertinggi terjadi di DKI Jakarta (3.517 kasus), Jawa Barat (784 kasus), Jawa Timur (664 kasus), dan Jawa Tengah (538 kasus).
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto terus mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai potensi penularan DBD di tengah pandemi Covid-19 saat ini. Apabila kasus DBD masih terus meningkat, ini akan semakin memperburuk dan memperberat kondisi kesehatan seseorang.
Dalam kajian Gabriel Yan dari National University Health System, Singapura, dan tim yang diterbitkan di jurnal The Lancet (4 Maret 2020) menyebutkan, penyakit dengue dan virus korona 2019 (Covid-19) sulit dibedakan. Ini karena dua penyakit tersebut memiliki gejala dan hasil laboratorium mirip. Menurut studi lain, DBD dan Covid-19 juga bisa koinfeksi dan itu bisa jadi kombinasi mematikan (Kompas, 18/4/2020).
Sebelumnya, anggota Staf Divisi Penyakit Tropik Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM), Erni Juwita Nelwan, menuturkan, kasus koinfeksi DBD-Covid-19 terjadi lebih dari 50-60 persen pada pasien DBD saat ini. Demam berdarah yang terjadi bersama dengan Covid-19 akan membuat gejala demam yang dialami pasien menjadi tidak khas.
Untuk itu, Erni menyampaikan, pada pasien yang datang dengan gejala DBD harus dilakukan pemeriksaan lanjutan, seperti rontgen dan CT-scan. Tindakan ini diperlukan untuk mengetahui adanya potensi infeksi pada paru yang bisa disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang menjadi penyebab Covid-19.