Dapur Umum PSBB Sidoarjo Siapkan 10.400 Porsi Makanan Siap Saji Setiap Hari
Pembatasan sosial berskala besar secara serentak di wilayah Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik, Kamis (30/4/2020), memasuki hari ketiga, dan dapur umum menyediakan 10.400 porsi makanan siap saji setiap hari.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar secara serentak di wilayah Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik, Kamis (30/4/2020), memasuki hari ketiga. Untuk membantu masyarakat memenuhi kebutuhan pangan, dapur umum menyediakan 10.400 porsi makanan siap saji yang dibagikan menjelang sahur dan berbuka puasa.
Puluhan polisi wanita duduk beralas terpal di halaman Polresta Sidoarjo, Jalan Cemengkalang, Rabu (29/4) sore. Dengan cekatan mereka membungkus nasi beserta lauknya. Pada saat bersamaan, sebanyak 25 anggota TNI, gabungan dari Detasemen Perbekalan dan Angkutan Mojokerto serta Tempat Perbekalan Kediri menyelesaikan proses akhir menanak nasi.
Di bagian lain, ada sukarelawan Taruna Siaga Bencana Dinsos Sidoarjo yang tengah menggoreng tempe dan ikan lele. Sementara itu, sukarelawan BPBD Sidoarjo mengupas aneka bumbu masak, seperti bawang merah dan bawang putih. Hari itu mereka menyiapkan menu buka puasa berupa nasi yang dipadu lauk lele goreng, tempe goreng, dan sambal.
Ada dua kriteria penerima makanan siap saji yang disiapkan oleh dapur umum. Pertama adalah warga prasejahtera yang terdata di setiap desa/kelurahan. Selain itu, para karyawan atau pekerja harian yang terdampak pandemi.
Kepala Polresta Sidoarjo Kombes Sumardji, Kamis (30/4), mengatakan, dapur umum ini merupakan gabungan dari kepolisian, TNI, dan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, dalam hal ini BPBD Sidoarjo dan Dinsos Sidoarjo. Mereka bahu-membahu menyiapkan makanan siap saji untuk para warga yang terdampak pandemi Covid-19.
”Ada dua kriteria penerima makanan siap saji yang disiapkan oleh dapur umum. Pertama adalah warga prasejahtera yang terdata di setiap desa/kelurahan. Selain itu, para karyawan atau pekerja harian yang terdampak pandemi,” ujar Sumardji.
Setiap hari, tim dapur umum PSBB Sidoarjo menyiapkan 10.400 porsi makanan siap saji. Makanan itu dibagikan dua kali, yakni saat sahur dan saat berbuka puasa, masing-masing sebanyak 5.200 porsi. Makanan siap saji itu diambil dan didistribusikan oleh Babinsa dan Babinkamtibmas ke semua desa/kelurahan.
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, yang juga Wakil Bupati Sidoarjo, Nur Achmad Syaifuddin menambahkan, pihaknya mendapatkan bantuan berupa bahan pokok dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk keperluan dapur umum. Pemda berencana menambah dua dapur umum lagi apabila ada peningkatan permintaan dari masyarakat.
Bantuan itu berupa beras sebanyak 5 ton, telur 1 ton, mi instan 500 karton, dan daging ayam beku sebanyak 1 ton. Semua bantuan kebutuhan pokok tersebut disimpan di sebuah gedung di kawasan Gelora Delta yang difungsikan sebagai gudang logistik.
Warga perlu proaktif
”Masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19 dan memerlukan bantuan diharapkan proaktif menghubungi perangkat desa setempat supaya bisa didata. Petugas akan menyalurkan bantuan tersebut,” kata Nur Achmad.
Menurut Nur Achmad, semua masyarakat yang tinggal di wilayah Sidoarjo berhak mendapat bantuan dari pemerintah, termasuk makanan siap saji. Tidak hanya masyarakat yang beridentitas Sidoarjo, tetapi juga para pendatang yang tinggal untuk bekerja di sini. Mereka tinggal lapor kepada pemerintah desa.
Mantan anggota DPRD Sidoarjo itu berharap data yang disampaikan oleh pemerintah desa merupakan data final yang menjadi acuan bagi pemerintah untuk menetapkan jumlah makanan. Selain itu, data dari pemerintah desa juga menjadi acuan petugas untuk mendistribusikan bantuan sehingga benar-benar tepat sasaran.
Pandemi Covid-19 di Sidoarjo berdampak pada kesehatan, ekonomi, dan kondisi sosial masyarakat. Data terkini, jumlah warga yang terkonfirmasi positif Covid-19 sebanyak 94 orang dan yang meninggal 12 orang. Jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) sebanyak 202 orang, sebanyak 16 di antaranya meninggal dunia.
Kepala Dinkes Sidoarjo Syaf Satriawarman mengatakan, tinggi jumlah pasien Covid-19 menyebabkan ruang isolasi khusus penuh. Akibatnya, banyak pasien positif yang tidak bisa dirawat di rumah sakit. Hal itu berpotensi menyebabkan masalah serius karena penanganan medis tidak bisa dilakukan secara maksimal.