Tenaga Kesehatan Diduga Terinfeksi Covid-19 di Luar Rumah Sakit
Kasus tenaga kesehatan yang terinfeksi virus korona jenis baru penyebab Covid-19 kembali terjadi di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Kali ini, seorang perawat di RSUD Indramayu diduga tertular dari luar rumah sakit.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·4 menit baca
INDRAMAYU, KOMPAS — Kasus tenaga kesehatan yang terinfeksi virus korona jenis baru penyebab Covid-19 kembali terjadi di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Kali ini seorang perawat di RSUD Indramayu diduga tertular dari luar rumah sakit. Masyarakat pun diminta lebih waspada.
Pria perawat berusia 40 tahun itu merupakan salah satu dari tim isolasi 1 yang bertugas di RSUD Indramayu. Dari penelusuran sementara tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Indramayu, warga Kecamatan Sukagumiwang itu diduga tertular dari orang tanpa gejala tetapi membawa virus korona baru, bukan dari pasien.
”Di dalam rumah sakit, perawat telah memakai alat pelindung diri level 3 dengan sistem perlindungan ketat di ruangan isolasi. Di luar, potensi penularan Covid-19 lebih mengerikan,” kata Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Indramayu Deden Bonni Koswara, Kamis (7/5/2020), di Indramayu.
APD level tiga antara lain terdiri dari masker N95, sepatu bot, cover all, kacamata pelindung, dan sarung tangan pelindung. Pihaknya masih menelusuri riwayat kontak dan perjalanan perawat tersebut. Kini, perawat itu dirawat di ruangan isolasi, tempatnya bertugas sebelumnya selama dua pekan.
Menurut dia, kondisi yang bersangkutan baik dan tidak mengalami gejala demam, batuk, serta pilek. Perawat itu juga telah menjalani tes usap tenggorokan atau swab ulang dan akan menerima hasilnya sekitar 14 hari ke depan.
Di luar, potensi penularan Covid-19 lebih mengerikan.
Sebelumnya, seorang perawat di Unit Gawat Darurat RSUD Indramayu juga terkonfirmasi positif Covid-19. Pria berusia 35 tahun itu dirawat di ruangan isolasi RSUD Indramayu sejak 28 April lalu. Dia diduga terinfeksi dari pasien positif Covid-19 nomor 2.
Deden menilai, kemungkinan perawat tersebut lalai dan tidak mengenakan alat pelindung diri (APD) level 3 secara lengkap sehingga terpapar virus korona tipe baru. ”Semua peralatan (APD) lengkap dan petugas sudah dilatih,” ucapnya.
Namun, Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jabar Wawan Hernawan ragu jika perawat lalai menggunakan APD lengkap. ”Perawat itu punya kompetensi. Siapa yang mau tertular Covid-19 karena tidak mengenakan APD lengkap? Bagaimana dengan APD di RS? Apakah mencukupi dan standar? Tidak bijak menyalahkan perawat,” ujarnya.
Akibat kejadian tersebut, 61 tenaga medis, termasuk 19 dokter, di RSUD Indramayu sempat menjalani karantina di Hotel Wiwi Perkasa 2 selama 14 hari. Kebutuhan makanan dan minuman mereka pun ditanggung pemerintah setempat.
Deden menambahkan, 61 tenaga kesehatan tersebut sudah menjalai tes swab dengan hasil negatif Covid-19. Meski demikian, mereka masih tinggal di hotel. ”Kami ingin memberikan kenyamanan kepada mereka selama bekerja dan untuk sementara tidak pulang ke rumah. Kami juga menjamin transportasinya,” katanya.
Hingga Kamis siang, pihaknya mencatat enam kasus positif Coid-19, termasuk dua perawat. Dua orang dinyatakan meninggaldan seorang lainnya dilaporkan sembuh. Adapun 32 orang masih berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) dan dirawat di ruangan isolasi sejumlah rumah sakit. Sebanyak 31 PDP di Indramayu tercatat meninggal.
Deden meminta masyarakat lebih waspada karena penularan Covid-19 sudah terjadi dalam skala lokal, bukan hanya dari luar Indramayu. Penerapan pembatasan sosial berskala besar se-Jabar, termasuk Indramayu, diharapkan dapat menekan laju kasus Covid-19 dengan catatan masyarakat disiplin diam di rumah.
Ketidakpastian
Di Cirebon, empat perawat Rumah Sakit Daerah Gunung Jati Kota Cirebon dalam ketidakpastian menanti hasil tes swab. Kepala Subbagian Humas RSD Gunung Jati Arif Wibawa mengatakan, sampel swab keempatnya telah diambil pada 24 April lalu. Namun, hingga kini belum ada hasilnya. Mereka masih menjalani karantina di Hotel Santika Cirebon.
”Artinya, mereka belum bisa bekerja dan mengurangi jumlah sumber daya manusia di rumah sakit. Sementara ini kami masih bisa siasati dengan tambahan dari bidang keperawatan lainnya,” katanya. Di sisi lain, kunjungan pasien rawat jalan dan rawat inap di RSD Gunung Jati juga menurun.
Sebelumnya, keempat perawat tersebut harus dikarantina setelah kontak erat dengan seorang perawat berusia 24 tahun yang terkonfirmasi positif Covid-19 pada 20 April lalu. Hasil tes tersebut diterima 16 hari setelah menjalani pemeriksaan swab. Dia diduga tertular dari pasien Covid-19 meskipun telah mengenakan APD level 2.
”Kondisi yang bersangkutan stabil dan tidak diinfus. Bahkan, infonya sudah coba berpuasa,” kata Arif. Perawat tersebut juga telah menjalani swab kedua pada 22 April. Namun, hingga kini, Laboratorium Kesehatan Daerah Jabar belum memberikan hasilnya.