Pasien PDP Covid-19 yang Kabur dari RSUD Lembata Ditangkap
Pasien berinisial AM (52) kluster Gowa yang melarikan diri dari RSUD Lewoleba ditangkap saat dalam Masjid di Lamahora, Lewoleba, Lembata, Nusa Tenggara Timur, dan dikembalikan ke rumah sakit.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
LEWOLEBA, KOMPAS — Pasien dalam pengawasan Covid-19 berinisial AM (52) kluster Ijtima Gowa yang melarikan diri dari RSUD Lewoleba ditangkap saat berada di dalam Masjid di Lamahora, Lewoleba, Lembata, Nusa Tenggara Timur. Pasien langsung dikembalikan ke rumah sakit.
Saat ini jumlah positif Covid-19 di NTT mencapai 71 kasus, setelah tambahan tiga kasus rujukan spesimen dari Kabupaten Ende. Meski kasus terus naik, pegawai pemprov dan pemkab/pemkot di daerah ini mulai masuk kantor dengan sistem shift.
Wakil Bupati Lembata Thomas Ola Langodai dihubungi di Lewoleba, Lembata, Senin (18/5/2020), mengatakan, kluster Ijtima Gowa ada empat orang. Saat menjalani tes cepat, AM reaktif, tiga lainnya tidak. Karena itu, AM diisolasi di RSUD Lewoleba dengan status pasien dalam pengawasan (PDP), sambil menunggu hasil spesimen PCR dari Kupang.
Ia sempat ke rumah kemudian menuju masjid di Lamahora dan ketika itu didatangi tim Gugus Tugas Pencegahan Covid-19 Lembata dan langsung dibawa ke RSUD Lewoleba (Thomas Ola Langodai)
Pasien kata Thomas Ola sempat melarikan diri dari rumah sakit dengan cara mendadak keluar dari ruang isolasi, menumpang ojek menuju rumahnya berjarak 5 kilometer dari rumah sakit. Sekitar 4-5 jam dia berada di luar rumah sakit. ”Ia sempat ke rumah kemudian menuju masjid di Lamahora dan ketika itu didatangi tim Gugus Tugas Pencegahan Covid-19 Lembata dan langsung dibawa ke RSUD Lewoleba,” ujarnya.
Ia mengatakan, sebelumnya Pemkab Lembata tidak peduli terhadap mereka yang mengikuti Ijtimah Haji di Gowa, Sulawesi Selatan karena mereka sudah lebih dari satu bulan pulang ke Lembata. Tetapi ketika ada peserta di Labuan Bajo yang dinyatakan positif Covid-19, mereka yang di Lembata pun diperiksa. Saat ini sampel spesimen PCR dari keempat orang itu sedang diperiksa di Kupang.
Sekretaris Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Covid-19 NTT Dominikus Minggus Mere mengatakan, pemeriksaan spesimen rujukan dari 22 kabupaten/kota di Laboratorium Biologi Molekuler RSUD Kupang masih berlanjut. Spesimen rujukan dari 22 kabupaten/kota masih berdatangan.
Jumlah kasus positif Covid-19 di NTT saat ini 71, sebelumnya 68. Tambahan tiga kasus hasil rujukan dari Pemkab Ende, klaster Gowa, ketiganya dirawat di RSUD Ende. Dengan demikian, pasien yang sedang dirawat di 11 rumah sakit rujukan sebanya 64 orang, meninggal dunia satu, dan sembuh 6 orang.
Ia mengatakan, saat ini Pemprov NTT sedang berusaha mendatangkan 51 spesimen PCR dari Sumba Timur guna diperiksa di RSUD Yohannes Kupang. Sehari sebelumnya, helicopter milik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Manggarai Barat mengangkut 61 spesimen dari Manggarai Barat, Manggarai, Ende, Sikka, Nagekeo, Ngada, Flores Timur, dan Lembata.
Sebanyak 12 kabupaten dari 22 kabupaten/kota di NTT belum terpapar kasus positif Covid-19 antara lain, Sabu Raijua, Malaka, Belu, Timor Tengah Utara, Lembata, dan Alor. Jumlah 10 kabupaten sudah terpapar, yakni Sikka 26 kasus,Kota Kupang 13, Manggarai Barat 15, Sumba Timur tujuh, Ende empat, Timor Tengah Selatan dan Rote Ndao masing-masing dua kasus. Nagekeo, dan Flores Timur masing-masing satu kasus.
Masuk kerja
Kepala Biro Humas Setda NTT Marius Jelamu mengatakan, PNS di jajaran pemprov, pemkab/pemkot di NTT masuk kantor Senin (18/5) dengan sistem sif. Jika dalam satu unit ada 100 PNS, yang masuk 20-30 orang, yang lain giliran hari berikut. Ini diatur oleh pimpinan unit masing-masing.
Ia menilai, selama bekerja dari rumah selama hampir tiga bulan berturut-turut, sama sekali tidak efektif. Kesulitan fasilitas kerja, seperti laptop, komputer, printer, jaringan internet dan sulit melakukan koordinasi dengan pimpinan unit masing-masing.
Khusus Kabupaten Lembata mereka melaporkan, sebagian besar PNS berada di desa binaan masing-masing. Jumlah 26 organisasi perangkat daerah atau OPD di Lembata, setiap OPD memiliki 1-5 desa binaan. Jumlah desa di Lembata 141 unit.
Mereka melakukan validasi data penduduk di setiap desa terkait bantuan sosial pemerintah di desa-desa itu. Berapa jumlah penduduk desa, warga miskin, ikut program keluarga harapan, terima bantuan langsung tunai (BLT) atau belum, kelayakan terima BLT, dan sembako.
Terkait bansos ini masih banyak masalah di lapangan. Kebijakan Pemkab Lembata ini patut ditiru kabupaten/kota lain. Masih banyak soal terkait data ini sehingga perlu segera dibereskan agar tidak menimbulkan polemik di masyarakat.