logo Kompas.id
KesehatanMenghapus Ironi Pangan Lokal
Iklan

Menghapus Ironi Pangan Lokal

Kesadaran untuk mengembangkan pangan lokal perlu terus dipupuk dari tingkat daerah hingga pusat. Pengembangan pangan lokal memiliki banyak peluang, seperti agrobisnis, pariwisata, dan ketahanan pangan.

Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
· 3 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/quAvHQ9uM2y0ZtS8sn7PDL8lTAg=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F05%2Fbb566702-cb61-47d4-9891-9ea0bc60a371_jpg.jpg
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO

Gula aren sebagai bahan baku pembuatan dodol di tempat produsen dodol Karya Mandiri di Kampung Anyar, Desa Semplak Barat, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Selasa (19/5/2020). Permintaan makanan tradisional ini meningkat menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri.

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa Indonesia adalah negara yang kaya dengan keanekaragaman hayati. Sayangnya, ironi masih terjadi karena masalah gizi buruk masih ada, ketahanan pangan Indonesia belum merata dan beberapa jenis pangan masih bergantung pada impor.

Mengutip data Badan Ketahanan Pangan (BKP) pada 2019, Indonesia memiliki 100 jenis sumber karbohidrat, 100 jenis kacang-kacangan, 250 jenis sayuran, dan 450 jenis buah-buahan. Ini karena Indonesia memiliki kondisi geografis yang berbeda-beda.

Editor:
Maria Susy Berindra
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000