Tingkatkan Kewaspadaan, Transmisi Lokal Covid-19 di NTB Semakin Mengkhawatirkan
Penularan Covid-19 melalui transmisi lokal di Nusa Tenggara Barat semakin mengkhawatirkan. Bahkan, sejumlah tenaga kesehatan terkonfirmasi positif dari transmisi lokal. Masyarakat harus semakin waspada.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·5 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Penularan Covid-19 melalui transmisi lokal di Nusa Tenggara Barat semakin mengkhawatirkan. Selain jumlahnya kasus yang terus bermunculan, pasiennya belakangan berasal dari tenaga kesehatan. Mengingat sumber penularan pada transmisi lokal sulit terdeteksi, siapa saja berpotensi terpapar. Protokol pencegahan Covid-19 harus disiplin dilakukan.
Hingga Senin (25/5/2020), transmisi lokal di Nusa Tenggara Barat (NTB) telah berkembang menjadi beberapa tahapan penyebaran. Menurut data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi NTB, pada tahap awal, tercatat ada 59 kasus transmisi lokal atau kasus tanpa kelompok penyebaran (kluster). Dari tahap awal itu, muncul dua tahap lagi dengan total pasien 42 orang.
Dengan demikian, total kasus positif pada transmisi lokal di NTB mencapai 91 orang atau 20 persen dari total kasus positif di daerah itu yang hingga Senin sore mencapai 488 orang.
Prinsipnya sama dengan imported case (sumber dari luar). Hanya saja pada transmisi lokal, 70 persen penular merupakan penderita tanpa gejala atau orang tanpa gejala sehingga lebih sulit mendeteksinya. (Gede Putu Aryadi)
Dari total kasus transmisi lokal, tiga terbesar berada di daerah yang sebelumnya ditetapkan sebagai daerah transmisi lokal, yakni Kota Mataram, Lombok Barat, dan Lombok Timur. Sebanyak 44 orang berada di Kota Mataram, 26 orang di Lombok Barat, dan 12 orang di Lombok Timur.
Sisanya merupakan warga Lombok Tengah sebanyak 6 orang, 1 pasien asal Sumbawa, 1 dari Lombok Utara, dan 1 lagi merupakan warga Tasikmalaya, Jawa Barat, yang bekerja di Sumbawa.
Lombok Barat menjadi daerah dengan kasus transmisi lokal pertama di NTB, yakni pasien berinisial HW (2) asal Gunungsari. HW terkonfirmasi positif pada Sabtu (11/4/2020). Sementara kasus kedua berasal dari Lombok Timur, yakni AA (46) asal Labuhan Lombok yang terkonfirmasi positif pada Selasa (28/4/2020).
Adapun di Kota Mataram, kasus pertama transmisi lokal terkonfirmasi pada Selasa (5/5/2020) lalu, yakni pasien berinisial MS (80) asal Cakranegara. Sementara kasus positif dari transmisi lokal pertama asal Lombok Tengah terkonfirmasi pada Selasa (12/5/2020).
Sementara untuk Sumbawa dan Lombok Utara, warganya terkonfirmasi sebagai pasien transmisi lokal pada hari ini. Berbeda dengan kasus di Mataram, Lombok Barat, dan Lombok Timur yang masuk tahap pertama, kasus di Sumbawa dan Lombok Utara masuk transmisi lokal tahap ketiga.
Tenaga kesehatan
Ketua Pelaksana Harian Gugus Tugas Percepatan Penangan Covid-19 Provinsi NTB Lalu Gita Ariadi mengatakan, dua pasien yang masing-masing berasal Sumbawa dan Lombok Utara terpapar Covid-19 dari pasien 393, yakni MHJP (28) asal Labuapi, Lombok Barat.
MHJP yang terkonfirmasi positif pada Rabu (20/5/2020) termasuk salah satu pasien transmisi lokal di NTB. MHJP yang diketahui tenaga kesehatan hingga saat ini tercatat menjadi sumber penularan terhadap 15 pasien. Informasi yang dihimpun Kompas, semua pasien yang terpapar MHJP adalah tenaga kesehatan. Satu orang terkonfirmasi positif pada Jumat (22/5/2020), enam orang pada Sabtu (23/5/2020), dan delapan orang pada hari ini.
Senin ini, ada 10 pasien baru yang semuanya masuk transmisi lokal. Selain delapan orang yang terkonfirmasi positif karena memiliki riwayat kontak dengan pasien nomor 393, hari ini juga ada dua pasien positif yang tidak memiliki riwayat kontak dengan pasien positif dan riwayat perjalanan ke daerah terjangkit.
Waspada
Dalam kasus transmisi lokal tahap awal, semua pasien tidak memiliki riwayat perjalanan ke daerah terpapar atau riwayat kontak dengan pasien positif. Dengan kata lain, belum diketahui dari mana pasien-pasien tersebut terpapar. Sementara tahap berikutnya mereka memiliki riwayat kontak dengan pasien dari transmisi lokal sebelumnya.
Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik yang juga Koordinator Kehumasan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi NTB I Gede Putu Aryadi membenarkan bahwa penularan secara transmisi lokal sudah terjadi di NTB.
”Prinsipnya sama dengan imported case (sumber dari luar). Hanya saja pada transmisi lokal, 70 persen penular merupakan penderita tanpa gejala atau orang tanpa gejala sehingga lebih sulit mendeteksinya,” kata Gede.
Menurut Gede, dengan kondisi itu, masyarakat diminta untuk tetap waspada dan tidak lengah. Selain itu, mereka juga harus menerapkan langkah-langkah pencegahan.
”Masyarakat harus disiplin untuk menjaga jarak, hindari kerumunan, menggunakan masker saat beraktivitas, dan menerapkan pola hidup bersih dan sehat,” kata Gede.
Berdasarkan pantauan Kompas, munculnya kasus transmisi lokal cukup menjadi perhatian masyarakat. Di Lombok Tengah, misalnya, sejak terkonfirmasinya pasien positif nomor 477 berinisial AY (40) asal Desa Bonjeruk, Kecamatan Jonggat, warga langsung mengambil langkah antisipasi.
Tidak hanya di Desa Bonjeruk, desa-desa sekitarnya. Di Dusun Kuang Jukut, Desa Pringgarata, sekitar 6 kilometer dari Desa Bonjeruk, misalnya, warga yang merasa pernah memiliki riwayat kontak langsung didata.
”Total ada 63 orang dari Dusun Kuang Jukut ditambah 6 orang dari dusun sebelah. Rencana akan ada tes cepat. Sekarang, mereka sudah kami minta untuk isolasi mandiri,” kata Budi Hartono, petugas dari Pusat Kesehatan Masyarakat Pringgarata.
Warga Dusun Kuang Jukut juga memilih untuk mengurangi kegiatan di luar sejak adanya kasus positif itu. Kegiatan kunjungan keluarga pada momen Idul Fitri tidak mereka lakukan. Jika pun ada keluarga yang datang, mereka minta segera pulang.
”Sebaiknya pulang saja, tidak menginap. Ini untuk mencegah jangan sampai mereka terpapar juga,” kata Wiryasakti (37), salah satu warga.
Pitoni (43), warga lain, menuturkan sementara memilih untuk tetap di rumah. Termasuk mengurangi aktivitas keluar. ”Jika harus keluar, pakai masker. Sekarang, setiap yang datang juga diminta cuci tangan dulu di keran yang disiapkan di pintu masuk,” kata Pitoni.
Tidak hanya warga Pringgarata, warga Lombok Tengah lain juga memilih langkah serupa. Heny Fitria (32) asal Jonggat, mengatakan, langkah-langkah pencegahan harus dilakukan.
”Saya memang tetap beraktivitas seperti biasa. Tetapi, saya semakin menjaga kebersihan, termasuk mencuci tangan dan mengurangi keluar rumah jika tidak mendesak,” kata salah satu guru di Lombok Tengah itu.
Muhammad Suhardi, warga lain, mengatakan, munculnya transmisi lokal karena masyarakat tidak patuh terhadap pandemi. Termasuk tidak disiplin menerapkan langkah-langkah pencegahan. Menurut dia, dengan diam di rumah, misalnya dua minggu saja, penyebaran virus Covid-19 bisa diputus.
Hanya saja, memang tidak semua warga terpantau menerapkan langkah pencegahan. Di Lombok Tengah, masih ada masyarakat yang bepergian keluar rumah tanpa menggunakan masker. Bahkan, masih berkumpul tanpa pembatasan jarak, termasuk ketika berada dalam kendaraan seperti mobil bak terbuka.