Di Surabaya, ada 127 anak yang terkonfirmasi positif Covid-19. Mayoritas anak-anak tersebut tertular dari orangtua dan saudara yang terlebih dahulu sudah terpapar virus SARS-CoV-2.
Oleh
IQBAL BASYARI
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS – Penularan Covid-19 tidak hanya menjangkiti orang dewasa dan orang tua. Di Surabaya, ada 127 anak yang terkonfirmasi positif Covid-19. Mayoritas anak-anak tersebut tertular dari orangtua dan saudara yang terlebih dahulu sudah terpapar virus SARS-CoV-2.
Koordinator Bidang Pencegahan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya, Febria Rachmanita, mengatakan, dari 2.633 kasus positif Covid-19 di Surabaya hingga Senin (1/6/2020), sebanyak 127 di antaranya adalah anak-anak. Rinciannya, adalah 36 kasus pada balita usia 0-4 tahun dan 91 kasus pada anak berusia 5-14 tahun.
“Mayoritas anak-anak tertular dari keluarga, seperti orangtua dan saudara yang tinggal serumah,” kata Febria di Surabaya, Selasa (2/6/2020).
Anak-anak yang terkonfirmasi positif itu sebagian dirawat di ruangan khusus di rumah sakit di bawah pengasawasan dokter spesial anak karena tidak bisa berada satu ruangan dengan orang dewasa. Sebagian lain yang tidak bergejala dirawat di gedung Asrama Haji Embarkasi Surabaya.
Mayoritas anak-anak tertular dari keluarga, seperti orangtua dan saudara yang tinggal serumah (Febria Rachmanita)
Febria menuturkan, orangtua yang sudah terkonfirmasi positif dan masih merawat balita diminta untuk tetap mengikuti protokol kesehatan. Saat memegang bayi, misalnya, orangtua harus mencuci tangan, mengenakan masker, dan pelindung wajah.
Salah satu upaya untuk memutus penularan di keluarga adalah meminta jika ada anggota keluarga yang positif untuk dirawat di rumah sakit. Perawatan mandiri di rumah dikhawatirkan menular ke anggota keluarga lain karena sulit memastikan berjalannya protokol kesehatan.
“Selain tertular dari anggota keluarga yang positif dan menjalani perawatan mandiri di rumah, anak-anak bisa tertular dari anggota keluarga yang sudah terpapar namun tidak bergejala dan tidak diketahui karena belum dites,” kata Febria.
Perkampungan
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, kluster penularan di Surabaya mayoritas berada di perkampungan. Oleh sebab itu, tes terus diperluas dan menyasar ke wilayah perkampungan yang sudah terjadi penularan ke beberapa orang. Dengan demikian, makin banyak warga positif yang terdeteksi sehingga bisa segera dipisahkan dan tidak menular ke orang lain, termasuk pada anak-anak.
“Dalam sepekan terakhir, tes massal semakin gencar setelah mendapat bantaun laboratorium dari BNPB dan BIN. Dalam tes tersebut, kami masih menemukan warga positif, termasuk dari anak-anak,” katanya.
Risma menuturkan, setiap warga yang keluar rumah wajib mengenakan masker untuk mencegah penularan ke orang lain. Dalam sehari, biasanya ada sekitar 200 masker yang dibagikan ke sejumlah warga yang beraktivitas di pasar tradisional. “Pembagian masker akan meningkat setelah mendapat bantuan 120.000 masker nonmedis dari Badan Intelijen Negara,” ujarnya.