Pasar Tradisional di Sidoarjo Konsisten Terapkan Sistem Ganjil Genap
Sebagian pasar tradisional di Sidoarjo, konsisten menerapkan sistem dagang bergantian berdasarkan nomor lapak ganjil dan genap. Hal itu diharapkan menjadi modal membangun sistem perdagangan di era normal baru.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS - Sebagian pasar tradisional di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, mulai konsisten menerapkan sistem dagang bergantian berdasarkan nomor lapak ganjil dan genap. Hal itu diharapkan menjadi modal membangun sistem perdagangan di pasar tradisional pada saat tatanan kehidupan normal baru benar-benar diberlakukan.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sidoarjo Tjarda mengatakan dari total 18 pasar tradisional, ada sembilan pasar besar. Sisanya merupakan pasar biasa. Saat ini semua pasar besar itu mulai konsisten menerapkan sistem dagang bergantian ganjil genap untuk mengurangi kerumunan dan mencegah penyebaran virus korona galur baru.
“Sembilan pasar ini sudah tertib menerapkan ganjil genap. Setiap kios dan los patuh,” ujar Tjarda, Selasa (2/6/2020).
Sistem dagang bergiliran berdasarkan nomor lapak ganjil genap sejatinya mulai diberlakukan saat Pembatasan Sosial Berskala Besar periode kedua yang berlangsung 13-25 Mei. Sebelumnya, saat PSBB periode pertama 28 April-12 Mei, pihaknya memilih membatasi jam operasional pasar untuk menekan penularan Covid-19.
Sembilan pasar ini sudah tertib menerapkan ganjil genap. Setiap kios dan los patuh (Tjarda)
Namun, pada saat awal diberlakukan, sistem ini mendapat penolakan dari pedagang. Pengelola pasar juga kerepotan mengatur penomoran pada lapak karena banyaknya jumlah pedagang. Satu pasar tradisional, jumlah pedagangnya bisa mencapai ribuan orang. Pemkab Sidoarjo pun sempat mencabut kebijakan itu dan kembali pada pengaturan jam operasional.
Pasar besar beroperasi dua kali sehari yakni pagi pukul 04.00-11.00 dan sore pukul 16.00-18.00. Sedangkan pasar kecil hanya beroperasi satu kali pada pagi hari. Berdasarkan hasil evaluasi, sistem ini tidak efektif dalam membendung sebaran Covid-19 di pasar tradisional. Tingkat kepatuhan rendah.
Hal itu diperkuat dengan munculnya sejumlah pedagang di sejumlah pasar tradisional yang terkonfirmasi positif Covid-19. Contohnya di Pasar Krian dan Pasar Larangan. Selain itu, ditemukan sejumlah pedagang lain yang reaktif berdasarkan hasil uji cepat Covid-19 di Pasar Larangan dan Pasar Porong.
Pada PSBB periode ketiga yang berlangsung 26 Mei-8 Juni, Pemkab Sidoarjo menerapkan sistem ganjil genap pada pasar besar dan sistem pembatasan jam operasional pada pasar biasa. Berdasarkan hasil evaluasi sementara, para pedagang mulai konsisten menerapkan sistem ganjil genap. Sementara pedagang di pasar biasa juga mulai mematuhi jam operasional.
Selain itu para pedagang dan pengunjung pasar juga mulai mematuhi protokol kesehatan seperti mengenakan masker, menjaga jarak fisik, dan rajin cuci tangan menggunakan sabun. Pengelola pasar juga rutin menyemprotkan disinfektan saat pasar tutup dan sebelum pedagang memulai aktivitasnya kembali.
Sumber penularan
Pasar tradisional berpotensi besar menjadi sumber penyebaran Covid-19 karena menciptakan kerumunan massa. Disisi lain, pasar tradisional merupakan tulang punggung ekonomi masyarakat kecil dan juga sumber pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat.
Berdasarkan data Dinkes Sidoarjo jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 saat ini mencapai 664 orang dan terus meningkat setiap harinya. Dari 664 kasus positif itu, sebanyak 29 orang diantaranya dinyatakan sembuh dn 58 orang meninggal dunia. Angka reproduksi Covid-19 di Sidoarjo tinggi, yakni 1,48.
Wakil Bupati Sidoarjo Nur Achmad Syaifuddin mengatakan upaya membendung laju penambahan kasus positif dan sebaran Covid-19, dilakukan dengan menerapkan PSBB. Agar efektif, PSBB yang saat ini berjalan, lebih fokus pada pemberdayaan masyarakat agar mereka menjadi pribadi yang tangguh dalam menanggulangi pandemi Covid-19.
Pemberdayaan masyarakat itu diwujudkan dengan membangun kampung tangguh ditingkat desa bahkan tingkat Rukun Warga. Kampung tangguh merupakan konsep kampung yang mengedepankan keaktifan warga dalam memerangi penyerabaran virus korona jenis baru, penyebab Covid-19. Warga juga berperan penting dalam penguatan ketahanan pangan serta ekonomi lokal.
Nur Achmad mengunjungi kampung tangguh di Dusun Semampir, Desa Sidorejo, Kecamatan Krian, Selasa. Kampung tangguh ini tidak hanya menerapkan pemeriksaan kesehatan yang ketat bagi warga dan pendatang, melainkan juga membangun dapur umum, hingga ketahanan pangan secara mandiri.
Warga memanfaatkan lahan kosong di lingkungannya. Lahan itu ditanami padi dan sayur mayur serta dibangun kolam lele. Hasilnya untuk memenuhi kebutuhan pangan dapur umum dan membantu warga kurang mampu yang terdampak pandemi Covid-19. Seluruh biaya pembangunan kampung tangguh berasal dari swadaya warga dengan cara menyisihkan penghasilan bagi yang mampu.