Berapa Jarak Optimal Mencegah Penyebaran Covid-19?
Jarak fisik antar manusia sangat menentukan efektivitas langkah pencegahan penularan virus korona baru. Jika lebih dari satu meter jarak antar fisik, semakin efektif mengurangi potensi infeksi virus.
Oleh
satrio pangarso wisanggeni
·3 menit baca
Sebetulnya, seberapa jauh kita harus menjaga jarak di masa normal baru Covid-19? Hingga kini, hampir lima bulan pandemi ini melanda dunia, setiap negara seakan memiliki anjurannya masing-masing. Bahkan, di Indonesia, bisa dibilang setiap instansi pemerintahan mengeluarkan anjuran yang berbeda-beda. Ada yang cukup satu meter, ada juga yang mengatakan minimal 2 meter.
Namun kini, setelah mengkaji 172 penelitian dari 16 negara dan enam benua serta 25.698 pasien dengan Covid-19, SARS, dan MERS; Derek Chu dan kawan-kawan dari Covid-19 Systematic Urgent Review Group Effort (SURGE) menemukan korelasi kuantitif antara jarak dan risiko penyebaran virus.
“Jarak fisik lebih dari 1 meter dapat mengurangi infeksi virus secara signifikan. Setiap jarak ini bertambah 1 meter lebih jauh, efektivitas pencegahan bertambah 2 kali lipat,” tulis Chu dan kawan-kawan dalam jurnal kesehatan ternama The Lancet, yang diterbitkan pada Senin (1/6/2020) lalu.
Studi meta analisis ini dilakukan Chu dan koleganya tergabung dalam Covid-19 Systematic Urgent Review Group Effort (SURGE). Kelompok peneliti ini berisi lebih dari 30 peneliti yang berasal dari perguruan tinggi, pusat penelitian, dan rumah sakit di Argentina, Kanada, Chile, China, Inggris, Italia, hingga Polandia, dan Lebanon. Studi meta analisis adalah penelitian yang memadukan berbagai hasil penelitian yang serupa sehingga didapatkan paduan data sampel statistik yang kokoh.
Studi ini dilakukan dengan menggabungkan dan menyesuaikan ratusan penelitian agar parameternya setara. Dengan penggabungan sejumlah penelitian, maka jumlah partisipan atau sampelnya dapat jauh lebih besar dibandingkan studi yang berdiri sendiri.
Dalam studi ini juga ditemukan bahwa penggunaan masker dapat mengurangi transmisi virus. Tanpa masker, setiap partisipan memiliki risiko 17,4 persen terpapar virus. Apabila mengenakan masker, risiko ini bisa ditekan hingga 3,1 persen saja.
Temuan ini menjadi penting karena anjuran dan panduan jaga jarak yang bermacam-macam dari berbagai organisasi atau instansi pemerintahan. Chu dan kawan-kawan berharap temuan ini bisa menjadi basis kebijakan yang lebih tepat.
“Dengan sumber informasi yang terbatas, berbagai organisasi mengeluarkan guidelines yang berbeda-beda; inkonsisten. Temuan kami ini dapat menjadi semacam klarifikasi,” tulis Chu dan kawan-kawan. Penelitian ini didanai oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Perlu diingat ini adalah jarak optimal, sebab ada penelitian yang mengatakan bahwa dalam kondisi tertentu, droplet bersin dapat menyebar hingga 6-8 meter.
Anjuran jaga jarak memang sering berbeda. Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 Achmad Yurianto dalam keterangan publiknya pada Rabu (3/6/2020) menganjurkan untuk menjaga jarak 1,5–2 meter meter.
Sedangkan di Surat Edaran Menteri Kesehatan tentang Protokol Pencegahan Penularan Corona Virus Disease (COVID-19) di Tempat Kerja Sektor Jasa dan Perdagangan (Area Publik) menyatakan bahwa jarak antarpekerja adalah 1 meter. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga mengajurkan jarak antar manusia adalah 1 meter.
Pusat Pengendalian Penyakit AS (CDC) menyebut angka 6 kaki atau 1,8 meter dalam panduannya. Sedangkan Australia dan Jerman menganjurkan masyarakatnya untuk menjaga jarak 1,5 meter antara satu sama lain. Perancis, seperti WHO, juga menganjurkan jarak 1 meter.
Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Syahrizal Syarif mengatakan, dengan memasuki fase normal baru, artinya ada protokol kesehatan yang tidak bisa ditawar; harus disiplin diikuti semua orang. “Pakai masker, cuci tangan, tidak berkumpul, itu sudah standar minimal. Kalau kita terpaksa pelonggaran (PSBB), itu adalah hal-hal yang tidak bisa ditawar,” kata Syahrizal.