Menghadapi normal baru, masyarakat yang beraktivitas di luar rumah perlu memperkuat imunitas tubuhnya. Imunitas menjadi salah satu kunci yang penting untuk diperjuangkan supaya virus tidak menyerang ke dalam tubuh.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Transisi untuk masuk ke era new normal atau normal baru sudah mulai berjalan meski dunia masih dalam tahap pandemi Covid-19. Potensi orang untuk terkena virus korona bisa saja meningkat di tengah geliat berbagai aktivitas yang sudah mulai dilakukan masyarakat. Untuk itulah, meningkatkan imunitas menjadi salah satu kunci yang penting untuk diperjuangkan supaya virus tidak menyerang ke dalam tubuh.
Di acara webinar bertajuk ”Imunitas Indonesia vs New Normal: Mampukah Imunitas Masyarakat Menghadapi New Normal?” yang digagas Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Institut Pertanian Bogor (IPB), Rabu (10/6/2020), ahli imunologi dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Prof I Wayan T Wibawan, mengatakan, dalam situasi pandemi Covid-19, potensi terkena virus bisa jadi besar, siapa saja bisa kena, tinggal mampu atau tidak kita bertahan. Dalam menghadapi ancaman virus, sebenarnya ada kekebalan yang berperan di awal, yakni kekebalan nonspesifik.
Menurut Wayan, memasuki normal baru yang bisa saja meningkatkan jumlah orang yang tertular virus korona, salah satu yang penting diperhatikan yakni meningkatkan kekebalan nonspesifik tubuh yang menghadang virus atau bakteri patogen jenis apa pun. ”Caranya dengan mengupayakan keseimbangan nutrien di dalam tubuh. Sekitar 70 persen ditentukan nutrien. Kalau perlu bisa ditambah imunostimulan, seperti vitamin,” ujar Wayan.
Wayan menambahkan, orang yang mengonsumsi nutrisi secara benar mampu menunjukkan kinerja tubuh yang baik. Karena itu, ketersediaan bahan pangan berkualitas menjadi sangat penting. ”Kalau makanan beres, 70 persen sudah beres. Secara ilmu, pangan atau makanan adalah salah satu kunci yang sangat penting dalam performance kesehatan. Kalau pangan buruk, performance tubuh turun dan timbul penyakit,” ucap Wayan.
Dia mencontohkan, berkaitan dengan ketangguhan daya tahan tubuh, misalnya, vitamin E punya peran penting untuk meningkatkan kemampuan sel-sel memperbanyak diri sehingga dapat melawan virus.
”Yang disebut new normal ini juga jadi potensi untuk melihat komponen yang memperkuat kekebalan tubuh yang dulunya tidak terlihat. Seperti daun kelor, kunyit-kunyitan, dan banyak lagi yang perlu diteliti. Termasuk pula kembali pada konsep hidup bersih yang sebenarnya sudah lama ada,” papar Wayan.
Mencegah kontak dengan virus
Pembicara lain, ahli mikrobiologi dari Fakultas Matematika dan IPA IPB, Prof Sri Budiarti, mengatakan, mikroorganisme, seperti bakteri dan virus, sudah menjadi penghuni bumi. Dengan situasi pandemi Covid-19 yang akan memasuki fase normal baru, kita juga dihadapkan dengan kenyataan jumlah penderita yang bisa melonjak.
Selain memperjuangkan imunitas tubuh dengan memperhatikan nutrisi dan mengelola hidup yang tidak stres, upaya tidak kontak dengan virus harus siap dilakukan.
”Penderita Covid-19 bisa meningkat kalau kita memelihara kecerobohan. Karena virus itu, kan, bisa hidup jika menginfeksi inang, meperbanyak inang, lalu dapat inang baru lagi. Jadi, tugas kita bersama, jangan membiarkan virus ini menjadi banyak,” ujar Sri.
Sri menambahkan, virus Covid-19 yang menempel di benda-benda harus dibersihkan dari lingkungan. Cairan disinfektan, antiseptik, hingga detergen sudah terbukti ampuh mematikan virus ini. ”Kalau dicuci dengan detergen saja sudah cukup kuat untuk merusak permukaan protein virus Covid-19,” jelas Sri yang pernah jadi dokter itu.
Mikroorganisme harus dicegah untuk memasuki tubuh kita. Caranya dengan mencegah kontak dengan virus patogen ini. ”Jadi, ya, kita harus membudayakan hidup bersih. Di lingkungan, di rumah, ya, jaga kebersihan. Tetap rajin mandi dan cuci tangan supaya terhindar dari mikroorganisme yang melekat. Termasuk jangan suka mengucek-ucek mata, hidung, dan mulut,” ujar Sri.
Penderita Covid-19 bisa meningkat kalau kita memelihara kecerobohan. Sebab, virus itu, kan, bisa hidup jika menginfeksi inang, memperbanyak inang, lalu dapat inang baru lagi. Jadi, tugas kita bersama, jangan membiarkan virus ini menjadi banyak.
Sri mengingatkan pentingnya masyarakat mematuhi protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah. Menurut Sri, upaya terbaik untuk memasuki new normal, ya menghindari kedatangan virus ke tubuh kita. Memakai masker dapat mencegah supaya droplet tidak terhirup. Menjaga jarak juga tetap jadi cara yang baik.
”Memang tidak 100 persen bisa mencegah dengan memakai masker atau jaga jarak. Tapi, kemungkinan tertular bisa dikurangi,” ucap Sri.
Pencegahan penularan Covid-19 lewat vaksinasi jadi salah satu harapan. Vaksin dapat membentuk antibodi tubuh setiap orang agar kebal pada virus Covid-19 yang dapat menyebabkan kematian.
Sri mengatakan, mencegah penyebaran Covid-19 dengan imunisasi atau vaksin sangat penting, tetapi tidak menjamin 100 persen bebas dari penyakit. Apalagi Covid-19 di Indonesia berbeda dari dunia. ”Karena itu, kita tetap perlu waspada dengan menjaga hidup yang seimbang, mengikuti protokol kesehatan,” ujar Sri.
Bahkan, orang yang terkena virus Covid-19 juga bukan berarti bebas sama sekali. Penularan tetap bisa terjadi jika terpapar virus Covid-19 strain yang lain. ”Intinya tidak perlu cemas dengan angka Covid yang ada. Kesakitan yang lain pun masih ada meski sudah ada imunisasi, seperti TBC,” kata Sri.
Wayan menambahkan, kalau mengharapkan kekebalan tubuh secara alamiah sulit untuk diukur dalam populasi. Vaksinasi memang salah satu cara yang menolong untuk membentuk antibodi tubuh. ”Namun, tetap ya setiap orang berjuang untuk memperkuat kebugaran tubuh,” kata Wayan.
Sementara itu, Sekretaris Umum GMNI IPB Putri Jaga Paramudita mengatakan, diskusi webinar bersama pakar IPB yang diikuti mahasiswa dan masyarakat umum dari sejumlah daerah ini diharapkan memberikan pencerahan dan optimisme untuk memasuki kehidupan new normal. ”Diskusi ini untuk memberikan pengetahuan yang benar kepada masyarakat sehingga siap menghadapi new normal,” kata putri.