Kasus Positif Covid-19 di Cirebon Terus Meningkat, Didominasi Pendatang
Kasus positif Covid-19 di Cirebon, Jawa Barat, terus meningkat seiring pemberlakuan adaptasi kebiasaan baru saat pandemi. Sebagian besar kasus positif merupakan pendatang atau pelaku perjalanan dari daerah episentrum.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Kasus positif Covid-19 di Cirebon, Jawa Barat, terus meningkat seiring pemberlakuan adaptasi kebiasaan baru saat pandemi. Sebagian besar kasus positif merupakan pendatang atau pelaku perjalanan dari daerah episentrum Covid-19.
Dalam tiga hari terakhir, 11 kasus baru positif Covid-19 dilaporkan di Kota Cirebon. Hingga Sabtu (4/7/2020) tercatat 27 orang positif virus korona baru di kota seluas 37 kilometer persegi itu. Dua di antaranya meninggal dan delapan orang lainnya dinyatakan sembuh.
Kasus positif terbanyak, yakni 14 orang, berada di Kecamatan Kejaksan yang merupakan pusat pemerintahan dan perdagangan di Cirebon. Sebagian besar kasus positif adalah pendatang atau pelaku perjalanan dari daerah episentrum Covid-19, seperti Jakarta dan Surabaya.
Dua kasus terbaru, misalnya, menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Cirebon Edy Sugiarto, merupakan pedagang di sekitar Pasar Pagi yang memiliki kartu tanda penduduk Jakarta Barat dan seorang lainnya adalah pendatang dari Bogor, Jabar.
Lonjakan kasus positif Covid-19 dipicu mobilitas warga. Akibatnya, pihaknya kesulitan mendeteksi pelaku perjalanan karena mereka umumnya menggunakan mobil pribadi. (Nashrudin Azis)
Temuan itu berdasarkan tes usap tenggorokan (swab) massal di pasar tersebut. Dinkes tengah melacak riwayat kontak kedua kasus positif tersebut. Mereka juga telah menjalani isolasi di rumah sakit.
Sebelumnya, seorang warga yang baru pulang dari Jakarta menularkan Covid-19 kepada enam orang keluarganya di Pamitran, Kejaksan. Begitu pun dengan empat pasien positif Covid-19 dari kluster Samadikun, Kejaksan. Mereka diketahui pulang dari Madura, Jawa Timur.
Level kewaspadaan
Kota Cirebon menjadi daerah dengan kasus positif Covid-19 terbanyak di Jabar bagian timur setelah Kabupaten Indramayu. Pemprov Jabar menggolongkan Kota Cirebon dengan level kewaspadaan 3 (kuning) yang menunjukkan cukup berat. Pada akhir Mei hingga 10 Juni, Cirebon tergolong level 2 (biru) atau moderat.
Edy mengatakan, peningkatan kasus terjadi seiring meluasnya tes usap. Hingga kini, cakupan tes usap lebih dari 1.360 orang. Targetnya, 5.000 orang atau 1,48 persen dari populasi sekitar 340.000 orang. ”Tes dilakukan sampai akhir tahun,” ucapnya.
”Lonjakan kasus positif Covid-19 dipicu mobilitas warga. Akibatnya, pihaknya kesulitan mendeteksi pelaku perjalanan karena mereka umumnya menggunakan mobil pribadi,” ujar Wali Kota Cirebon Nashrudin Azis.
Warga diminta membuat surat pernyataan kepada RT/RW jika hendak bepergian atau datang dari luar kota, terutama wilayah episentrum Covid-19. ”Kami segera rapatkan regulasinya. Bahaya Covid-19 belum selesai,” ungkap Azis.
Di Kabupaten Cirebon, Jabar, tercatat 6 kasus positif baru dalam tiga hari terakhir. Dengan demikian, hingga Sabtu, 26 warga Kabupaten Cirebon terkonfirmasi positif Covid-19. Tiga di antaranya meninggal dan tujuh orang dinyatakan sembuh.
Kepala Dinkes Kabupaten Cirebon Eni Suhaeni mengatakan, peningkatan kasus terjadi seiring meluasnya tes usap massal ke pasar hingga desa. Hingga kini, sebanyak 4.473 warga telah menjalani tes Covid-19 dengan metode pemeriksaan reaksi rantai polimerase (PCR).
Bahkan, pihaknya menargetkan tes usap untuk 22.000 warga Cirebon, sekitar 1 persen dari total penduduk, 2,2 juta jiwa. Pelaku perjalanan menjadi salah satu sasaran tes. Pihaknya tengah menghitung kebutuhan dana dan ketersediaan anggaran. ”Swab akan dilaksanakan bulan ini,” ucapnya.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ) Cirebon, Catur Setiya Sulistiyana, menilai, peningkatan kasus positif menunjukkan kinerja dinkes cukup baik dalam tes dan pelacakan kasus. Petugas perlu melakukan tes usap acak terhadap pelaku perjalanan demi mengidentifikasi kasus positif.
Di sisi lain, lonjakan kasus positif Covid-19 menggambarkan virus korona baru masih berkeliaran. ”Kasus positif masih akan bertambah lagi. Masyarakat perlu menerapkan protokol kesehatan dengan lebih baik,” ungkapnya.