Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, menyiapkan mitigasi bencana hidrometeorologi di 15 kecamatan yang dilintasi sungai atau saluran besar untuk mencegah atau menekan dampak malapetaka.
Oleh
AMBROSIUS HARTO, AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, menyiapkan mitigasi bencana hidrometeorologi di 15 kecamatan yang dilintasi sungai atau saluran besar. Penyiapan standar operasional prosedur untuk mencegah atau menekan dampak malapetaka di musim hujan.
Kecamatan yang menjadi perhatian ialah Karang Pilang, Jambangan, Wonokromo, Sukolilo, Pakal, Asemrowo, Bulak, Rungkut, Gunung Anyar, Genteng, Wiyung, Krembangan, Dukuh Pakis, Sukomanunggal, dan Tenggilis Mejoyo. Sebagian wilayah dilintasi oleh Kali Surabaya, Kali Jagir, dan Kalimas yang merupakan percabangan Sungai Brantas. Selain itu, di Surabaya juga terdapat jaringan saluran besar meski telah dilengkapi dengan rumah pompa air.
”Mitigasi penting untuk menghadapi potensi dampak hujan lebat, angin kencang, dan pasang air laut,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat Kota Surabaya Irvan Widyanto seusai rapat koordinasi bersama pejabat dari 15 kecamatan, Rabu (4/11/2020).
Pemetaan dan penyusunan SOP dilakukan secara berjenjang dari rukun tetangga (RT) ke kecamatan. Setiap wilayah tentu memiliki potensi bencana yang spesifik sehingga perlu dipetakan, disusun SOP, dan disiapkan sarana penanggulangan, misalnya tanah longsor, tanggul jebol, banjir, orang hanyut dan tenggelam, pepohonan rentan tumbang, dan angin kencang yang berpotensi merusak bangunan.
Irvan mengatakan, aparatur kecamatan, kelurahan, dan pengurus kampung agar proaktif mengecek ketinggian dan debit sungai pada pintu air dan rumah pompa. Aparatur diminta bersama masyarakat untuk melakukan patroli atau pemeriksaan rutin pada sarana penanganan bencana terutama rumah pompa air. Jika ada kerusakan, segera laporkan untuk penanganan secepatnya.
Mitigasi penting untuk menghadapi potensi dampak hujan lebat, angin kencang, dan pasang air laut. (Irvan Widyanto)
Di tingkat RT, rukun warga (RW), atau kelurahan perlu dipetakan juga kalangan masyarakat rentan dampak bencana sehingga harus menjadi prioritas evakuasi ketika malapetaka terjadi. Kelompok dimaksud terutama penyandang disabilitas, orang lanjut usia, ibu hamil, dan anak-anak. Perlu disiapkan juga lokasi tujuan evakuasi dan penanganan korban bencana dan tempat potensial untuk dapur umum.
”Perahu karet yang ada di BPB Linmas telah dicek dan siap untuk operasi evakuasi,” kata Irvan.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya Erna Purnawati mengatakan, antisipasi bencana hidrometeorologi pada prasarana ditempuh dengan pengerukan, pembersihan, dan perbaikan jaringan saluran.
Menangani
”Gugus tugas terus dikerahkan untuk mengecek lalu menangani saluran yang perlu dikeruk, dibersihkan, dan diperbaiki,” kata Erna.
Misalnya, pengerukan Kalibokor yang merupakan sudetan dari Kalimas ke arah Pantai Timur Surabaya melalui wilayah Gubeng dan Sukolilo didapat endapan yang memenuhi 64 dump truck. Pengerukan dengan hasil endapan sebanyak itu pun hanya didapat dari lokasi di depan Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS) ke Jembatan Klampis Ngasem sepanjang 100 meter.
”Pengerukan untuk menormalisasi saluran akan terus ditempuh sekaligus pengecekan kondisinya. Jika ada plengsengan yang rusak tentu segera diperbaiki,” ujar Erna.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau Kota Surabaya Anna Fajriatin menambahkan, dalam pengerukan di Kalibokor itu juga didapat endapan sampah sebanyak hampir 2 dump truck dan dibawa ke tempat pembuangan akhir di Benowo.