13 Anggota Jemaah Umrah Indonesia Positif Covid-19
Sebanyak 13 anggota jemaah umrah asal Indonesia gelombang keberangkatan pertama dan kedua terkonfirmasi positif Covid-19. Mereka kini ditangani oleh Pemerintah Kerajaan Arab Saudi.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 13 anggota jemaah umrah asal Indonesia terkonfirmasi positif Covid-19 setelah dilakukan tes usap di Mekkah, Arab Saudi. Penanganan 13 anggota jemaah yang saat ini tengah diisolasi tersebut menjadi tanggung jawab dari Pemerintah Kerajaan Arab Saudi.
Direktur Bina Umrah dan Haji Khusus Kementerian Agama Arfi Hatim dalam dialog secara daring dari Gedung Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Rabu (11/11/2020), menyampaikan, 13 anggota jemaah umrah yang terkonfirmasi positif Covid-19 berasal dari gelombang keberangkatan pertama dan kedua.
Saat ini, Indonesia telah memberangkatkan jemaah umrah yang terbagi dalam tiga kelompok atau gelombang keberangkatan. Sebanyak 224 anggota jemaah diberangkatkan pada 1 November, kemudian disusul 89 anggota jemaah pada 3 November dan 46 anggota jemaah pada 8 November.
Data yang kami dapatkan dari dua kali swab, terdapat delapan anggota jemaah Indonesia dari gelombang pertama yang terkonfirmasi positif Covid-19. Sementara untuk gelombang kedua terdapat lima orang terkonfirmasi positif. Untuk gelombang ketiga sampai saat ini tidak ada yang positif.
”Data yang kami dapatkan dari dua kali swab, terdapat delapan anggota jemaah Indonesia dari gelombang pertama yang terkonfirmasi positif Covid-19. Sementara untuk gelombang kedua terdapat lima orang terkonfirmasi positif. Untuk gelombang ketiga sampai saat ini tidak ada yang positif,” ujarnya.
Menurut Arfi, adanya 13 anggota jemaah yang terkonfirmasi positif Covid-19 setelah dilakukan swab di Arab Saudi menjadi evaluasi Kementerian Agama. Namun, ia menegaskan, Pemerintah Indonesia telah membuat mitigasi terkait dengan penyelenggaraan umrah pada masa pandemi dengan mempertimbangkan segala risiko, termasuk melakukan swab bagi anggota jemaah saat menjalani karantina di Indonesia sebelum keberangkatan.
”Bahwa dalam kondisi di lapangan ada jemaah kita yang terkonfirmasi positif, ini perlu menjadi perhatian serius. Ada beberapa kemungkinan tertentu dan ini akan kami kaji sebagai bahan evaluasi dalam konteks pencegahan dan pengendalian semua proses ibadah umrah,” ungkapnya.
Arfi menjelaskan, dalam kondisi pandemi, umrah dilaksanakan dengan sejumlah persyaratan, khususnya kepatuhan menerapkan protokol kesehatan oleh semua pihak. Protokol kesehatan tersebut tidak hanya diterapkan saat umrah, tetapi sejak pemberangkatan dan kembali ke Indonesia.
Sebelumnya, Pemerintah Arab Saudi juga telah mengeluarkan kebijakan atau aturan terkait penyelenggaraan umrah, terutama saat jemaah berada di Masjidil Haram untuk melakukan rukun umrah. Setiap anggota jemaah harus tetap menerapkan protokol kesehatan saat rukun umrah, seperti menjaga jarak dan memakai masker. Umrah juga dilakukan dengan waktu yang terbatas.
Nana Sujana, salah seorang anggota jemaah umrah asal Indonesia mengatakan, sebelum melakukan serangkaian ibadah umrah, setiap anggota jemaah diwajibkan menandatangani kesepakatan mengikuti kebijakan umrah selama pandemi dari Kerajaan Arab Saudi. Anggota jemaah juga diwajibkan melakukan tes usap atau swab sebelum menjalankan ibadah tawaf, sai, dan tahalul.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (AMPHURI) Bungsu Sumawijaya mengatakan, jemaah harus menjaga diri untuk tidak berinteraksi dengan orang atau melakukan isolasi sejak melakukan swab hingga tiba keberangkatan ke Arab Saudi.
Selain itu, kata Bungsu, selama pandemi terdapat sejumlah perubahan dibandingkan dengan umrah pada masa normal. Salah satu perubahan ialah terkait dengan pembatasan kapasitas penumpang bus dan kamar hotel. Hotel yang diperbolehkan untuk diinapi anggota jemaah juga hanya hotel dengan kelas bintang lima yang berdekatan dengan Masjidil Haram.
”Dari fasilitas yang berbeda ini, otomatis menimbulkan biaya yang signifikan. Selain itu, juga ada biaya lain, seperti swab tas. Saat pulang, jemaah juga harus di karantina kembali. Oleh karena itu, rombongan keberangkatan terakhir ini mereka akan melakukan tes swab di Arab sehingga ketika pulang tinggal menunjukkan hasil negatifnya dan tidak perlu karantina yang menimbulkan ekstra biaya,” tuturnya.