Kampung Germas di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, menjadi contoh membangun kesehatan masyarakat secara mandiri. Program ini, menurut rencana, direplikasi ke daerah lain.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
BOYOLALI, KOMPAS — Masyarakat diharapkan mampu membangun sistem kesehatan secara mandiri serta berbasis pada kearifan lokal. Untuk itu, pemerintah pun berencana mengembangkan program Kampung Germas atau gerakan masyarakat hidup sehat di Indonesia.
”Keberhasilan sistem kesehatan dimulai dari unit terkecil. Mereka tidak perlu bergantung ke (pemerintah) pusat jika bisa mandiri. Penanggulangan (masalah) kesehatan dari unit terkecil, antara lain, dengan membangun iklim yang konsisten dan integratif, salah satunya dengan Kampung Germas,” kata Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (10/12/2021).
Boyolali merupakan salah satu daerah yang membentuk Kampung Germas. Ada 15 Kampung Germas yang diresmikan dan beroperasi sejak 2021. Ada pula 23 Kampung Germas rintisan yang masih dalam tahap pendampingan. Pemkab Boyolali menargetkan ada 40 Kampung Germas pada 2026.
Kampung Germas merupakan kampung yang penduduknya sepakat menerapkan pola hidup sehat. Pola hidup sehat ini mencakup 12 prinsip, antara lain melakukan aktivitas fisik setiap hari, konsumsi sayur dan buah, cek kesehatan secara rutin, pemberian ASI eksklusif, serta pengembangan jamu dan pengobatan tradisional lain.
Dante mengapresiasi Kampung Germas di Boyolali. Menurut dia, konsep ini bisa dikembangkan di daerah lain. Penerapannya pun mesti disesuaikan dengan potensi lokal setiap daerah.
Keberhasilan sistem kesehatan dimulai dari unit terkecil. Mereka tidak perlu bergantung ke (pemerintah) pusat jika bisa mandiri.
”Contoh ini akan coba diterapkan dan direplikasi ke masyarakat di daerah-daerah lain. Kami akan mengadakan rapat untuk mengembangkan Kampung Germas. Kami juga akan mencoba memetakan (desa-desa yang akan menerapkan Kampung Germas),” kata Dante.
Wagimin, Kepala Desa Pranggong di Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali, mengatakan, Kampung Germas diterapkan warga secara sukarela. Tidak ada hukuman bagi warga yang tidak melakukan pola hidup sehat, begitu pula sebaliknya. Namun, ia memberi pemahaman bahwa warga akan menuai manfaat positif pada masa depan.
Sementara itu, menurut Wakil Bupati Boyolali Wahyu Irawan, Kampung Germas jadi cara preventif dan promotif menghadapi masalah kesehatan, termasuk tengkes (stunting). ”Pada 2021, angka tengkes di Kabupaten Boyolali turun dari 9,2 persen menjadi 8 persen. Ini keberhasilan semua (pihak) dan angkanya akan terus diturunkan pada tahun-tahun mendatang,” ucapnya.
Selain menguatkan kesehatan masyarakat dari tingkat komunitas, pemerintah menyatakan bakal memperkuat peran puskesmas. Semua puskesmas di Indonesia akan dilengkapi dengan alat ultrasonografi atau USG.
Dante mengatakan, alat USG berperan penting untuk memantau kesehatan ibu dan janin. Kelainan kehamilan diharapkan bisa dideteksi dan ditangani lebih awal. Hal ini dapat menurunkan risiko kematian pada ibu saat melahirkan.
Data Kementerian Kesehatan pada 2018 menunjukkan bahwa 31,9 persen kematian ibu karena gangguan hipertensi selama kehamilan. Penyebab kematian lain mencakup perdarahan (26,9 persen); komplikasi non-obstretik, seperti penyakit jantung dan diabetes melitus (18,5 persen); komplikasi obstretik, seperti diabetes selama hamil dan sumbatan pembuluh darah (11,8 persen); serta komplikasi setelah keguguran dan infeksi pada kehamilan (9,2 persen).
”Kami sedang mendistribusikan alat USG ke puskesmas-puskesmas di Indonesia. USG nanti akan dilakukan oleh dokter di puskesmas. Harapannya, (ibu yang butuh rujukan kesehatan) tidak terlambat,” kata Dante. ”Saat ini ada sekitar 2.800 alat USG yang sudah didistribusikan,” ucapnya.