Tumpeng merupakan salah satu perlengkapan upacara yang umumnya ada dalam ritual Jawa. Beberapa tujuan menyajikan tumpeng dalam acara kehidupan manusia antara lain, mensyukuri rahmat Tuhan, memohon perlindungan dan keselamatan, memperingati peristiwa penting, serta sebagai sarana agar keinginan terkabul. Warna pada nasi tumpeng dan kelengkapannya disesuaikan dengan tujuannya. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah menetapkan tumpeng sebagai ikon kuliner nasional.
Tumpeng merupakan kependekan dari “tumapaking penguripan-tumindak lempengtumuju Pangeran”, yang artinya manusia itu harus hidup menuju jalan Tuhan. Dalam naskah Ramayana, Arjuna Wijaya, dan Kidung Harsa Wijaya, dikemukakan bahwa tumpeng selalu menjadi hidangan dalam berbagai pesta, di dalam Serat Centhini, tumpeng dikenal dalam berbagai peristiwa makan.
Dalam khazanah budaya Jawa, tumpeng sudah ada sejak zaman kerajaan Hindu di Nusantara. Tumpeng merupakan simbol ekosistem kehidupan di alam. Di sekitar nasi terdapat aneka sayur dan daging (ayam/kambing/sapi), melambangkan alam kehidupan yang terdiri atas tumbuhan, binatang, dan manusia.