BREBES, KOMPAS — Beberapa faktor diduga menjadi penyebab bencana longsor di Desa Pasir Panjang, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Faktor itu antara lain tingginya curah hujan yang membuat tanah jenuh air, topografi yang terjal, serta rendahnya kesadaran warga menjaga ekosistem lingkungan dan mengantisipasi bencana.
Direktur Operasi Perum Perhutani Hari Priyanto menyampaikan, penyebab longsor masih dikaji dan diduga karena multifaktor. ”Selain curah hujan, juga topografi yang terjal atau kemiringan lereng hingga 70 derajat, dan jenis tanahnya. Jenis tanahnya latosol atau lempung kuning. Saat hujan besar, tanah sudah jenuh air, maka akan berat dan mudah longsor,” kata Hari,
Jumat (23/2).
Bupati Brebes Idza Priyanti di lokasi longsor mengatakan, kesiagaan warga di perbukitan dalam mengantisipasi ancaman bencana masih rendah. Kondisi itu diperparah lemahnya kesadaran warga menjaga ekosistem lingkungan. Kedua hal itu perlu ditingkatkan guna mencegah korban jiwa saat bencana.
Ia menambahkan, dari 17 kecamatan di daerah itu, 8 di antaranya rawan longsor karena berada di pegunungan dan perbukitan. Beberapa di antaranya Kecamatan Sirampog, Paguyangan, Tonjong, Bantarkawung, Banjarharjo, dan Salem.
7 orang meninggal
Hingga Jumat sore, tercatat 7 orang meninggal. Setelah 5 orang ditemukan meninggal di lokasi longsor Kamis lalu, pada Jumat kemarin bertambah dua lagi korban tewas. Wartinah (46), warga Desa Ciputih, Salem, ditemukan tewas di lokasi, sedangkan Carki (53), warga Pasir Panjang, meninggal di RSUD Majenang, Kabupaten Cilacap.
Korban hilang hingga Jumat sore tercatat 13 orang, dari sebelumnya 16 orang. Selain Wartinah yang sudah ditemukan meninggal, dua korban atas nama Daswa dan Ajid dipastikan dalam kondisi selamat.
Sekretaris Kecamatan Salem Ujang Wahyu menambahkan, selain Pasir Panjang, bencana juga menimpa Desa Capar pada Jumat pukul 07.00. Sebuah rumah roboh dan sekitar 300 warga diungsikan ke Desa Windusakti dan Winduasri.
Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Brebes Eko Andalas menuturkan, evakuasi terhambat hujan deras sehingga tanah labil. Dua hari terakhir, mulai sore hingga dini hari, hujan deras terus mengguyur Brebes dan sekitarnya.
”Tim gabungan tetap mengupayakan pencarian, khususnya dalam tujuh hari,” kata Eko.
Pencarian korban hilang dilakukan oleh sedikitnya 550 sukarelawan gabungan dari berbagai instansi serta dikerahkan 2 anjing pelacak dari Polda Jateng. Para sukarelawan dikerahkan di empat sektor di sepanjang 1,5 kilometer alur longsor. Pencarian dimulai sejak pukul 06.00 dan dihentikan pukul 15.20 karena hujan turun dengan lebat.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, korban longsor terbagi dua, yakni petani yang sedang beraktivitas di sawah dan pengemudi kendaraan yang sedang melintas di jalan.
”Tim SAR kesulitan karena materi longsor yang baru itu gembur, apalagi menutup badan sungai sehingga menjadi lumpur. Kondisi cuaca hujan juga memengaruhi proses penyelamatan karena potensi longsor susulan masih tetap tinggi,” ujar Sutopo.
Sutopo menuturkan, keterbatasan alat berat menjadi salah satu kendala evakuasi korban longsor. Hingga kini, di lokasi longsor hanya ada tiga alat berat. ”Tiga alat berat masih kurang karena luasnya wilayah terdampak longsor. Kami butuh bantuan tambahan alat berat agar dalam pencarian bisa lebih mudah,” ujarnya.
Longsor di Purbalingga
Di Kabupaten Purbalingga, 4 bocah tewas tertimbun longsor yang melanda rumah keluarga Solikhin di Desa Jingkang, Kecamatan Karangjambu, Kamis sekitar pukul 21.00. Keempat korban meninggal itu adalah Muhamad Sifaul Umam (8), Safngatul Isman (4), Abdul Roup (9), dan Alkaromi (7).
Kepala Desa Jingkang Bambang Hermanto mengatakan, musibah terjadi di rumah Solikhin yang sedang mengadakan pengajian untuk acara selamatan sunatan sang anak. Sebelum kejadian, hujan deras turun sejak sore. Di wilayah itu aliran listrik tengah padam.
”Sekitar pukul 21.00, tiba-tiba tebing di belakang rumah Solikhin longsor dan menimpa rumah itu,” kata Bambang.
Warga yang berada di dalam rumah berusaha keluar untuk menyelamatkan diri. Namun, tidak semua bisa keluar, termasuk Sifaul Umam, anak yang disunat, dan teman-temannya yang saat itu berada di kamar. Mereka tertimbun serta tertimpa material longsor dan reruntuhan rumah.
Bupati Purbalingga Tasdi mengatakan, Desa Jingkang termasuk zona merah rawan longsor. Bahkan, pada 2015, sebanyak 38 rumah di desa itu sudah direlokasi karena ancaman pergerakan tanah. ”Saya instruksikan untuk menyewa 1 hektar tanah. Selain relokasi rumah keluarga Pak Solikhin, juga dibangun bangunan dua lantai untuk tempat berkumpul warga Jingkang jika sewaktu-waktu terjadi hujan lebat yang rawan disusul longsor,” ujarnya.
Pelaksana Tugas Gubernur Jawa Tengah Heru Sudjatmoko saat mengunjungi lokasi longsor mengatakan, kepada korban meninggal, Pemerintah Provinsi Jateng akan memberikan santunan Rp 10 juta per keluarga. Untuk korban luka berat akan diberi bantuan Rp 7,5 juta. Pengobatan korban luka juga akan dibiayai oleh pemerintah.
Banjir juga merendam 8 desa di Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes, akibat tanggul Sungai Cisanggarung jebol. Ratusan rumah terendam dan 3 korban tewas hanyut terbawa arus sungai.
Sesuai data Pengelola Informasi Bencana (Pusdalop) BPBD Brebes, hingga Jumat malam, dua korban tewas teridentifikasi, yakni Mutmainah (40) dan anaknya, Saiful Hadi (10). Satu korban lain belum teridentifikasi. Mereka tewas akibat terseret arus luapan sungai yang deras. Ketinggian banjir saat ini mencapai 1,5 meter hingga 2 meter (DIT/GRE/KRN/DKA/EGI/DIM/RWN/AIK/DD18)