YOGYAKARTA, KOMPAS — Kemajemukan yang dimiliki bangsa kita adalah sebuah kekayaan dan karunia besar. Untuk menjaganya, nenek moyang bangsa Indonesia sudah mewariskan dari generasi ke generasi nilai-nilai toleransi, solidaritas, dan kesetaraan.
Hal ini disampaikan Pelaksana Tugas Deputi V Staf Kepresidenan Jaleswari Pramodhawardani saat memberikan materi kuliah umum mengenai peran pemuda untuk menjaga kebinekaan Indonesia di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Rabu (9/2).
Dari sisi kultural Indonesia mewarisi kearifan lokal yang sarat dengan nilai-nilai pluralisme. Tantangannya adalah bagaimana agar nilai-nilai kearifan lokal ini harus selalu mengakar dalam sistem demokrasi dan budaya masyarakat Indonesia.
Menurut Jaleswari, sejumlah generasi muda gagal memanfaatkan perkembangan media sosial dengan semakin mudah mencela, mudah mengumpat, mudah merendahkan, dan mengabaikan sopan santun. Sifat-sifat buruk seperti itu semakin menghebat, terutama ketika terjadi kontestasi politik.
"Seperti pemilihan gubernur, pemilihan bupati, pemilihan wali kota, dan pemilihan presiden serta pemilihan anggota legislatif," ujarnya.
Jaleswari menambahkan, idealisme, kekuatan, semangat, dan intelektual adalah gambaran sosok generasi muda. Jika potensi ini dimaksimalkan, seharusnya pemuda tidak akan mudah terprovokasi dari pengaruh kelompok radikal yang senantiasa ingin memicu konflik.
"Dengan idealisme kebangsaan yang kuat, serta daya nalar yang baik, pemuda mampu membentengi diri dan juga orang lain dari perpecahan", ujar Jaleswari.
Sementara itu, ahli hukum tata negara UGM, Oce Madril, menilai, penegakan hukum harus tegas disertai upaya persuasif pemerintah adalah cara efektif untuk menangani ketegangan agama dan konflik. Ini membuat Indonesia lebih berhak membanggakan diri bahwa komunitas agama yang berbeda dapat hidup berdampingan dalam damai dan harmonis.
Pluralisme sudah dimiliki bangsa Indonesia sebagai sebuah kearifan lokal masyarakat nusantara yang bisa ditemukan dalam beragam tradisi, kebudayaan, dan tatanan masyarakat adat. Nilai-nilai kearifan lokal itulah yang kemudian diintisarikan oleh Soekarno menjadi Pancasila.
"Inilah landasan ideologis bangsa sekaligus cita-cita luhur seluruh rakyat Indonesia yang harus diimplementasikan dalam setiap bidang kehidupan dari generasi ke generasi," ujar Oce.
Generasi muda harus mampu melawan provokasi perpecahan bangsa dengan berbagai macam isu suku, agama, ras, antargolongan (SARA) di dunia maya. Menurut Oce, generasi muda harus melakukan gerakan perlawanan dengan aksi tersebut.
"Mari kita jaga optimisme kita dalam menghadapi tantangan-tantangan yang semakin sulit, terutama tantangan global. Pemuda harus mengajak kepada perdamaian dan juga menumbuhkan kesadaran berbangsa dan bernegara di lingkungan mereka," kata Oce.