logo Kompas.id
Lain-lainButuh Terobosan Cegah Tawuran
Iklan

Butuh Terobosan Cegah Tawuran

Oleh
· 4 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah perlu menerapkan kebijakan terobosan guna memutus rantai tawuran antarkampung di kawasan Manggarai. Terobosan ini melingkupi peningkatan akses masyarakat pada kebutuhan dasar dan membuka ruang publik untuk interaksi positif.Hingga kemarin, Satuan Brimob dan Sabhara Polda Metro Jaya, serta personel Polres Metro Jakarta Selatan masih berjaga ketat di sekitar lokasi tawuran. Tawuran terjadi pada Minggu dan Senin (6/3) sore di kawasan yang juga merupakan perbatasan Manggarai di Jakarta Selatan dan Jalan Tambak di Jakarta Pusat. Wakil Kepala Polsek Tebet Ajun Komisaris Budi Setiyono mengatakan, dua remaja tewas dan setidaknya enam remaja terluka. "Ini korban dari Manggarai. Kami kesulitan mendata korban sesungguhnya karena ada yang tak mau mengadu ke polisi," katanya.Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar RP Argo Yuwono mengatakan, belum ada tersangka pada tawuran ini. Polisi telah memeriksa lima saksi. Polisi juga mendalami informasi tentang seseorang yang memakai helm dan membawa senapan angin saat tawuran.Jonathan (45), warga Jalan Tambak II, mencatat, tahun ini, setidaknya sudah terjadi empat kali tawuran. Tawuran biasanya dilatarbelakangi rebutan lahan parkir di titik putaran perbatasan antara Jalan Tambak dan Manggarai. Tawuran di tempat itu, menurut dia, terjadi sejak pertengahan tahun 1975.Turun-temurunPengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Daisy Indira Yasmine, yang pernah meneliti tawuran antarkampung di Jakarta, mengatakan, tawuran berakar dan turun-temurun karena beberapa faktor, antara lain struktural dan kultural."Struktural karena kurangnya akses masyarakat pada kebutuhan dasar, seperti pekerjaan dan pendidikan. Ditambah dengan banyaknya generasi muda dan produktif, tetapi juga banyak penganggur di sana," katanya.Biasanya, di kawasan yang rentan tawuran ini juga ada sumber ekonomi ilegal yang disebut underground economy. Tawuran menjadi kultural karena anak-anak terbiasa melihat bahkan mengalami kultur kekerasan. Memori kolektif ini pun membuat tawuran langgeng hingga ke generasi berikutnya. Guna memutus rantai tawuran ini, kata Daisy, pemerintah harus memutus faktor struktural. Caranya dengan menyediakan akses ke kebutuhan dasar guna meningkatkan kesejahteraan, mulai dari lapangan pekerjaan yang menyasar pada kelompok-kelompok yang kerap terlibat tawuran.Langkah ini diiringi upaya mengikis faktor kultural dengan membuka ruang interaksi positif antarkelompok yang bertikai. Cara ekstrem bisa dilakukan dengan mengeluarkan aktor utama penyebab tawuran dari lokasi itu atau memperkenalkan aktor-aktor tawuran pada kultur baru.Argo Yuwono menambahkan, semua pihak berperan dalam menyelesaikan masalah tawuran yang selalu berulang di Manggarai. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui lurah bersama Babinkamtibmas dan Babinsa harus bersama-sama dalam mencegah tawuran. Sementara tugas polisi pada upaya penindakan tawuran. "Polisi siap melakukan mediasi dan upaya komunikasi dengan warga," katanya. Sebelumnya, polisi kerap berdialog dengan tokoh pemuda dan masyarakat, tetapi tawuran masih berulang.Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta Sumarsono mengatakan, tawuran di Manggarai mesti dicarikan solusi jangka pendek dan panjang. Ia akan meminta biro sosial dan biro mental spiritual untuk memikirkan solusi itu. "Tidak sekadar diselesaikan polisi. Harus ada solusi fundamental," katanya. Selain itu, mesti diciptakan tempat kumpul kreatif. Di tempat kumpul itu, energi untuk tawuran bisa dialihkan ke energi kreatif. "Saat ini penting bagi generasi muda untuk bisa menggeser energi tawuran menjadi energi kreatif," ujarnya.Tawuran pelajarSumarsono juga setuju untuk memberikan sanksi bagi siswa yang terlibat tawuran. "Saya seribu persen mendukung untuk memberhentikan siswa dari sekolah jika terlibat tawuran. Kalau perlu, guru diberi sanksi supaya mendidik dengan baik," ujarnya. Kemarin, tawuran antara pelajar SMK 56 Pluit, Jakarta Utara, dan siswa SMK 44 Taman Siswa, Kemayoran, Jakarta Pusat, terjadi di Jalan Jembatan Batu, Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat. Kepala Polsek Metro Taman Sari Ajun Komisaris Besar Nasriadi mengatakan, polisi menangkap dua pelajar yang diduga motor tawuran, PP (17) dan AA (17), beserta barang bukti sebilah pedang. Setelah diperiksa, orangtua dan guru kedua pelajar itu dipanggil. Mereka menandatangani kesepakatan tertulis. Setelah itu, kedua pelajar dilepaskan. "Pemicunya saling ejek di media sosial," ujar Nasriadi.(HLN/WAD/IRE/WIN)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000