Membaca Kontestasi Pilkada Singkawang
Kota Singkawang tergolong kota multietnis. Keragaman warganya tercermin juga pada kombinasi latar belakang suku para pasangan calon yang bertarung di kota ini. Apakah keberagaman ini juga akan menjurus pada ketegangan? Siapakah yang unggul dari kontestasi yang beragam ini?
Masyarakat Kota Singkawang, Kalimantan Barat, memiliki beragam pilihan calon pemimpin yang akan membawa daerah mereka ke perubahan yang lebih baik. Melalui pilkada serentak 15 Februari 2017, kualitas individu diuji oleh nilai-nilai sosial budaya yang sejak lama menjadi perekat kemajemukan di kota ini. Kemenangan pasangan Tjhai Chui Mie – Irwan menggambarkan kemenangan demokrasi yang berdasarkan kemajemukan dalam masyarakat.
Konfigurasi pasangan calon yang maju dalam pemilihan kepala daerah di Kota Singkawang 15 Februari 2017 menggambarkan dinamika pluralitas yang berkembang dalam masyarakat Singkawang saat ini. Kekuatan kandidat tersebar secara merata, tidak terlihat ada figur pasangan calon yang mendominasi sejak awal.
Dari lima pasangan yang mendaftar sebagai calon Walikota dan Wakil Walikota Singkawang periode 2017-2022, Komisi Pemilihan Umum Kota Singkawang akhirnya menetapkan empat pasangan calon secara resmi. Tiga pasangan calon diusung oleh koalisi partai dan satu pasangan calon maju dari jalur independen. Satu pasangan calon kelima yang juga dari jalur independen, yakni Moses Ahie – Amir Fattah, tidak lolos verifikasi karena kurang memenuhi syarat dukungan suara yang ditetapkan.
Sesuai dengan nomor urut, pasangan Tjhai Nyit Khim – Suriyadi yang diusung oleh Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan, serta Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia memperoleh nomor urut satu. Pasangan Tjhai Chui Mie – Irwan yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Hanura di nomor urut dua. Pasangan Abdul Muthalib – Muhammadin yang diusung oleh Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera, dan Partai Amanat Nasional di nomor urut tiga. Sedangkan pasangan calon dari jalur independen Andi Syarif – Nurmansyah mendapat nomor urut empat.
Latar belakang calon yang beragam seakan mewakili kemajemukan masyarakat Kota Singkawang yang multietnis dan multiprofesi. Dari segi etnis, pasangan calon walikota dan wakil walikota merupakan kombinasi dari etnis Melayu, Tionghoa, Madura, dan Jawa, kecuali etnis Dayak. Profesi mereka beragam, mulai dari petahana wakil walikota, aparatur sipil negara, pengusaha, hingga anggota legislatif.
Dalam pilkada Kota Singkawang kali ini, dinamika pertarungan calon kepala daerah diwarnai oleh keikutsertaan kandidat perempuan yang menjadi representasi kesetaraan jender. Untuk pertama kalinya kandidat dari jalur independen yang berusaha unjuk kekuatan di tengah kerja mesin kekuasaan partai politik.
Dua perempuan Tionghoa ikut maju dalam pertarungan pilkada dengan keduanya mengambil posisi sebagai calon walikota, yakni Tjhai Nyit Kim dan Tjhai Chui Mie. Tjhai Nyit Kim merupakan istri Walikota Awang Ishak yang berprofesi sebagai pengembang usaha properti. Sedangkan Tjhai Chui Mie berkiprah di DPRD Kota Singkawang sejak periode 2009-2014 sebagai ketua dan periode 2014-2019 sebagai anggota.
Dari sisi jumlah kandidat, pilihan pasangan calon yang disuguhkan kepada masyarakat Singkawang dalam pilkada kali ini tidak berbeda dengan pilihan pada pilkada 2012. Yang membedakannya adalah pada keikutsertaan calon perempuan dan munculnya calon dari jalur independen. Pada pilkada 2012, pemilih Singkawang juga memiliki empat pasangan calon dengan beragam latar belakang etnis, termasuk Dayak. Saat itu kekuatan etnis Tionghoa terpecah pada dua pasangan calon dan kemenangan diraih oleh kekuatan solid dari masyarakat Melayu yang kerap diidentikkan dengan kelompok pemilih beragama Islam.
Politik Identitas
Dalam pilkada serentak Kota Singkawang 2017, politik identitas tetap mewarnai kontestasi antarpasangan calon. Namun, tidak terlihat pengerucutan kekuatan hanya pada satu pasangan calon. Melihat latar belakang setiap pasangan calon, suara masyarakat Melayu-Islam yang sebelumnya solid, tampaknya terbagi pada semua pasangan calon.
Semula diprediksi kekuatan suara masyarakat Tionghoa Singkawang yang masih dominan bisa saja terpecah pada kedua perempuan Tionghoa calon walikota (Tjhai Nyit Khim dan Tjhai Chui Mie). Tetapi, bisa pula sebaliknya mengerucut pada satu pasangan calon, mengikuti dukungan petahana dan mesin partai politik pendukung.
Dilihat dari kekuatan partai politik yang mendukung pasangan calon, peluang suara terbesar berpihak pada pasangan Tjhai Chui Mie – Irwan karena mereka diusung oleh empat parpol yang menguasai 14 kursi di DPRD, yakni PDI-P, Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Hanura.
Meski pasangan Abdul Muthalib – Muhammadin juga diusung oleh empat parpol (PKB, Partai Gerindra, PKS, dan PAN), penguasaannya di legislatif total hanya 10 kursi. Sementara penguasaan partai pengusung pasangan Tjhai Nyit Khim – Suriyadi di legislatif hanya berjumlah 6 kursi.
Sementara itu pasangan Andi Syarif – Nurmansyah jelas mendulang suara dari masyarakat Melayu-Islam dan dari antusiasme masyarakat akan kehadiran pasangan calon dari jalur independen yang baru kali ini ada.
Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Singkawang pada Pilkada Serentak 2017 | ||
Nomor Urut | Pasangan Calon | Pengusung |
1 | Tjhai Nyit Khim – Suriyadi | Partai Golkar, PPP, PKPI (total 6 kursi DPRD) |
2 | Tjhai Chui Mie – Irwan | PDI-P, Partai Nasdem, Partai Demokrat, Partai Hanura (total 14 kursi DPRD) |
3 | Abdul Muthalib – Muhammadin | PKB, Partai Gerindra, PKS, PAN (total 10 kursi DPRD) |
4 | Andi Syarif – Nurmansyah | Jalur Perseorangan |
Sumber: KPUD Kota Singkawang |
Semua pasangan calon pada posisi sama-sama berjuang dalam status yang setara. Semuanya belum pernah menjabat atau berpengalaman sebagai walikota atau kepala daerah. Meskipun peluang dan pengalaman dimiliki oleh calon Abdul Muthalib yang merupakan petahana wakil walikota, ia tidak memiliki kewenangan penuh dan dianggap tidak menonjol atau menjadi figur panutan.
Dengan kontestasi seperti ini, suasana dan dinamika pilkada Kota Singkawang cenderung kondusif, berjalan aman, dan damai. Tidak ada ketegangan menonjol yang terjadi.
Perolehan suara pasangan calon tampaknya lebih ditentukan oleh penilaian atas kualitas individu masing-masing calon dan kepedulian pasangan calon terhadap kondisi masyarakat Singkawang.
Pasangan calon yang memiliki kerja nyata dan memahami keinginan masyarakatnya diyakini akan unggul. “Yang diharapkan masyarakat adalah terpilihnya figur pemimpin di Kota Singkawang, dan bukan penguasa”, demikian dikatakan Sumardi, seorang tokoh masyarakat Melayu Singkawang.
Pemimpin adalah orang yang mampu mengarahkan masyarakatnya untuk kehidupan dan kesejahteran yang lebih baik. Bukan penguasa yang hanya menguasai seluruh kekuatan aparatur di daerahnya sebagai pejabat. Pemimpin Singkawang harus mampu memberi rasa kondusif, rasa aman, dan menjaga keharmonisan.
Hasil Pilkada
Hasil penghitungan suara yang dilansir oleh KPU Kota Singkawang mengonfirmasi kemenangan pasangan Tjhai Chui Mie – Irwan. Rekam jejak Tjhai Chui Mie sebagai politisi muda yang cukup lama berkiprah di legislatif sebagai ketua dan anggota DPRD Kota Singkawang dua periode, sedikit banyak membentuk citra individualnya di mata warga Singkawang.
Mesin partai-partai pendukungnya tentu pula bergerak mewujudkan kemenangannya ditambah suara masyarakat Tionghoa yang tampaknya solid mengarah padanya. Suara masyarakat Melayu-Islam pun diraup karena faktor sang wakil, Irwan.
Berdasarkan data KPU Kota Singkawang, pasangan Tjhai Chui Mie – Irwan unggul dengan memperoleh 42,63 persen suara. Disusul oleh perolehan pasangan Abdul Muthalib – Muhammadin dengan perolehan 26,85 persen suara di tempat kedua. Setelah itu pasangan Andi Syarif – Nurmansyah dari jalur perseorangan memperoleh 16,97 persen suara dan pasangan Tjhai Nyit Khim – Suriyadi memperoleh 13,56 persen suara.
Tjhai Chui Mie – Irwan unggul di Kecamatan Singkawang Barat, Singkawang Selatan, dan Singkawang Timur dengan persentase secara berturut-turut adalah 57,74 persen, 51,1 persen, dan 51,63 persen. Dari penguasaan wilayah ini terlihat Tjhai Chui Mie – Irwan unggul di wilayah yang dominan dihuni oleh etnis Tionghoa (barat dan selatan) dan etnis Dayak (timur).
Sementara pasangan Abdul Muthalib – Muhammadin unggul di Kecamatan Singkawang Tengah dan Singkawang Utara (dominan dihuni oleh etnis Melayu) dengan penguasaan di masing-masing kecamatan kurang dari 50 persen.
[kompas-highchart id="singkawang-1" /] |
Tingkat partisipasi 58,4% (dari total 158.753 pemilih, 92.789 hak pilih yang digunakan), sedangkan total tidak sah sebanyak 2.502 suara. |
Sumber: KPUD Kota Singkawang |
Katup pengaman
Kota Singkawang adalah kota transit di jalur Sambas-Pontianak dan Bengkayang-Pontianak yang menjadi katup pengaman bagi daerah-daerah lain.
“Masyarakat Singkawang memiliki nasionalisme yang tinggi. Tingkat kepeduliannya juga tinggi,” kata Sumardi. Dua kali kerusuhan etnis terjadi di daerah lain di wilayah Kalimantan Barat, Singkawang tetap aman, tidak ada konflik. Bahkan Singkawang menjadi tempat pengungsian bagi kelompok yang berkonflik, demikian ungkap Sumardi.
Sebagai wilayah yang berbatasan dengan laut dan dekat dengan negara tetangga, pengamanan di perbatasan menjadi hal yang utama di Singkawang. Kekuatan keamanan di sini sangat ketat dan menjadi priositas. Hal ini pula yang membuat Singkawang menjadi kota yang aman dari konflik.
Meski kondisi masyarakatnya majemuk, dalam kehidupan sehari-hari mereka sudah membaur menjadi satu. “Komunikasi sosial masyarakat Singkawang sudah baik. Masyarakat sudah cerdas dalam menyikapi demokrasi,” ujar Bong Wui Khong, tokoh masyarakat Tionghoa Singkawang.
Kualitas adalah yang utama. Siapa pun yang berkualitas silakan tampil.
Masyarakat melihat ribut-ribut atau kegaduhan dalam pemilu itu mahal harganya. Di dalam alam demokrasi, semuanya memiliki hak yang sama dan harus saling menghormati. “Memilih calon tidak lagi melihat kesukuan. Kualitas adalah yang utama. Siapa pun yang berkualitas, silakan tampil,” tegas Bong.
Untuk itu, setiap pasang calon harus jeli melihat persoalan dan kebutuhan yang menjadi prioritas untuk dasar menjalankan program pembangunan. Program-program yang membumi, yang menyentuh pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, tentu akan menjadi pilihan masyarakat.
[kompas-highchart id="singkawang-2" /]
Pembangunan di Singkawang sudah memiliki fondasi yang kuat. Tugas kepala daerah terpilih selanjutnya adalah melakukan pembenahan terhadap hal-hal yang masih kurang dan memperkuat hal yang sudah dilakukan sebelumnya.
Pembangunan infrastruktur masih menjadi prioritas untuk menghubungkan masyarakat di pedalaman dengan pusat kota. Dengan demikian, perekonomian akan bergerak merata. Termasuk pengadaan infrastruktur berupa bandar udara sendiri.
Namun demikian, tugas terberat adalah meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat dalam hal pendidikan dan penyediaan lapangan pekerjaan. Kedua hal itu adalah penentu kesejahteraan masyarakatnya. Saat ini, dilihat dari tingkat pendidikan, mayoritas penduduk Singkawang pendidikan terakhirnya adalah SD/sederajat (32,46 persen), disusul dengan lulusan SMA/sederajat (20,31 persen).
Masyarakat yang mengenyam pendidikan tinggi jumlahnya masih di bawah lima persen. Kondisi ini tentu memengaruhi daya saing dalam mencari pekerjaan dan menjalankan tugas pelayanan birokrasi. Jika kualitas SDM ini tidak menjadi perhatian, siapa pun pasangan calon yang terpilih memimpin untuk lima tahun ke depan tidak akan sukses membawa perubahan Kota Singkawang menjadi lebih maju.
[kompas-highchart id="singkawang-3" /]