PALANGKARAYA, KOMPAS — Upacara menjelang tahun baru Saka umat Hindu atau Nyepi juga dirayakan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Namun, berbeda dengan upacara Nyepi di beberapa tempat, di Palangkaraya umat Hindu dan Hindu Kaharingan melaksanakan upacara Tawur Kesanga dengan mencampurkan ritual suku Dayak, yakni Ma’mapas Lewu.
”Upacaranya mungkin sedikit berbeda, tetapi tujuannya sama, yakni bersyukur dan memohon untuk kehidupan yang lebih baik dan supaya dijauhi dari segala kesialan,” kata I Nyoman Sudyana, salah satu tokoh umat Hindu di Palangkaraya, seusai upacara Tawur Kesanga di Bundaran Besar Palangkaraya, Senin (27/3/2017).
Nyoman mengungkapkan, Tawur Kesangan merupakan upacara penyelarasan atau harmonisasi dari lima unsur alam dan diri manusia atau yang disebut Panca Maha Bhuta. Harmonisasi itu berguna untuk menciptakan suasana tenang dalam diri manusia agar dapat fokus dalam renungannya. ”Tawur Kesanga dilakukan sehari sebelum Nyepi, tepatnya pada bulan mati tau tilem sasih kesangan yang jatuh pada hari ini,” kata Nyoman.
Ada yang berbeda dalam upacara Tawur Kesanga di Palangkaraya, umat Hindu Kaharingan yang merupakan warga asli suku Dayak memasukkan ritual adat Dayak bernama Ma’mapas Lewu.
Siang itu, para pemimpin umat Hindu dan Hindu Kaharingan bersama-sama duduk di tengah-tengah Bundaran Besar Palangkaraya, dan berdoa bersama. Sesajen, seperti beras, ayam, rokok, dan bermacam-macam dedaunan, ditaruh berjajar di antara mereka.
Sebuah kepala sapi juga dihadirkan dengan dibalut selembar kain putih. Setelah didoakan bersama, kepala sapi itu kemudian ditanam di dalam tanah yang sudah digali.
Ketua Majelis Daerah Hindu Kaharingan Palangkaraya Parada Lewis mengungkapkan, dalam Ma’mapas Lewu, upacara dipimpin oleh lima orang basir atau pemimpin upacara adat. Mereka memulai ritual balian untuk memanggil roh leluhur dengan sebuah nyanyian dalam bahasa Sangiang atau bahasa roh.
”Ma’mapas Lewu itu diartikan untuk membersihkan diri, menenangkan pikiran dari segala bentuk pikiran kotor dan jahat yang memengaruhi. Tujuannya, supaya lebih siap menyongsong tahun baru,” kata Parada.
Upacara seperti ini dilaksanakan setiap tahun. Umat Hindu Kaharingan di Kalteng ataupun umat Hindu di Kalteng yang mayoritas pendatang dari Bali pun secara bersama-sama melakukan berbagai upacara keagamaan.
Dari data Majelis Umat Hindu Kaharingan, umat Hindu Kaharingan berjumlah sekitar 200.000 orang yang tersebar di setiap kabupaten. Sebelum adanya Hindu Kaharingan, masyarakat suku Dayak hanya menganut kepercayaan Kaharingan.
”Supaya diakui, kami bergabung dengan Hindu. Ternyata dalam beribadah, antara Hindu dan Kaharingan memiliki banyak kesamaan,” kata Parada.