logo Kompas.id
Lain-lainHUT Emas ASEAN:...
Iklan

HUT Emas ASEAN: Transformasi-Relevansi

Oleh
DJAUHARI ORATMANGUN
· 3 menit baca

Apabila saat ini Asia Tenggara digambarkan sebagai "kawasan yang dapat berdiri dengan kakinya sendiri dan mampu mempertahankan diri dari pengaruh negatif luar kawasan", khalayak akan merasa berada dalam suatu terowongan waktu.Bagaimana tidak, pandangan ini muncul 50 tahun lalu ketika politik global mengalami bipolarisasi-saat Asia Tenggara mengalami kestabilan regional semu akibat balance of power yang justru muncul dari persaingan kekuatan Blok Barat dan Blok Timur di kawasan. Visi Indonesia mengenai Asia Tenggara yang digambarkan Adam Malik di atas bertepatan dengan penandatanganan Deklarasi Bangkok yang melandasi pembentukan ASEAN, 8 Agustus 1967.Pandangan diplomat berjuluk "Si Kancil" yang melampaui zamannya itu telah dengan cermat menghimpun prinsip kemandirian, kebebasan, dan ketahanan suatu regionalisme modern.Lalu, apakah setelah nyaris 50 tahun ASEAN masih memiliki determinasi, kesolidan, atau bahkan energi untuk tetap berkembang dalam koridor visioner yang dikumandangkan salah seorang pendirinya tersebut? Bagaimana tingkat ketahanan ASEAN saat ini di tengah hantaman berbagai ancaman dan tantangan internasional yang jauh lebih kompleks daripada saat pembentukannya? Langkah-langkah apa yang harus diambil ASEAN untuk mempertahankan relevansinya setelah 50 tahun berdiri?Transformasi strukturalTonggak upaya pemajuan dan pembaruan ASEAN secara kelembagaan terjadi pada saat organisasi ini menjadi legal-personality dan rule-based organization melalui pemberlakuan Piagam ASEAN, Desember 2008. Sejak saat itu, ASEAN memperkokoh berbagai aturan, prosedur koordinasi, dan mekanisme kerja sama eksternal.Periode transformasi ini juga dipandang krusial bagi karakteristik ASEAN, setidaknya karena dua hal. Pertama, ASEAN secara prakarsa, program, dan keikutsertaan menjadi lebih berorientasi dan berpusat pada masyarakat. Kedua, upaya capaian ASEAN menjadi lebih jelas, terstruktur, dan terukur, antara lain melalui cetak biru tiga pilar (politik-keamanan, ekonomi, sosial-budaya) yang mengonstruksi menjadi Komunitas ASEAN (2015).Langkah "benah diri" ini telah membentuk ASEAN menjadi organisasi yang lebih pragmatis merespons isu-isu internasional yang tengah berkembang. Setelah penandatanganan Piagam ASEAN, organisasi ini menjadi reseptif untuk menangani berbagai permasalahan, mulai dari isu tenaga kerja migran, kerja sama maritim, hak asasi manusia, sampai penanggulangan bencana. Domain yang tidak terekspos penuh oleh ASEAN pada dekade-dekade sebelumnya.Dalam hubungannya dengan mitra-mitra ekstra kawasan, melalui bentuk "ASEAN Plus" dengan kategorisasi Mitra Dialog, Mitra Dialog Sektoral, Mitra Pembangunan, dan Pemantau Khusus, organisasi ini menganalisis prioritas kerja sama eksternalnya secara spesifik. Pendekatan ini mendesak negara-negara anggota untuk mampu mengompromikan kepentingan individual dengan kepentingan kolektif vis-à-vis engagement mitra eksternalnya.Dari sini terlihat bahwa upaya transformasi yang dilakukan ASEAN memiliki dimensi luas, sangat mendasar, dan sistematik. Tinggal bagaimana organisasi ini terus menjaga momentum pembenahan guna memperkuat relevansi dan perannya di kawasan dan dunia.DJAUHARI ORATMANGUNStaf Khusus Menteri Luar Negeri untuk Isu-isu Strategis; Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada.Tulisan Ini adalah Pandangan Pribadi

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000