Kineruku, Tempat Keren Baca Buku
Sentuhan manusiawi
Kineruku dihadirkan di rumah yang dulunya ditinggali kakek Rani. Ruang utama perpustakaan, misalnya, dulunya merupakan ruang keluarga. Kursi yang dipakai duduk di meja panjang di tengah ruangan terbuat dari kayu bekas kontainer serta besi tua yang dikasih gratis oleh kontraktor rumah. Rak buku pun tampil unik dari kayu bekas peti kemas serta susunan tumpukan batako.
Kehangatan ruang dipertajam dengan aksen lampu yang sengaja digantung lengkap dengan wadah kardusnya. Ada pula lampu yang dibungkus dengan kertas koran. ”Suasana yang tak seragam itulah yang membuat lebih rumahan. Kita butuh apa, kita tambah enggak harus baru. Senang botol, ya, saya taruh di meja ini. Ada sentuhan manusiawi,” tutur Rani.
Kamar tidur sang kakek dirombak menjadi ruang kerja bagi pasangan Budi dan Rani. Ruangan yang tetap dipertahankan seperti fungsi semula hanyalah dapur dan kamar mandi. Namun, dapur di rumah ini pun telah diperbesar untuk melayani pesanan makanan dari pengunjung Kineruku. Selain koleksi buku, Kineruku juga menyediakan koleksi CD, DVD, laserdisc, dan VHS untuk diakses di tempat.
Bagi pengunjung, terdapat banyak pilihan tempat duduk, mulai dari ruang utama perpustakaan, teras belakang, hingga selasar yang menghadap ke taman. Di halaman belakang, terdapat pula ruang tambahan untuk beragam acara, seperti lokakarya, diskusi buku, hingga nonton bareng. Beberapa acara, seperti manggung musik akustik dengan menghadirkan Efek Rumah Kaca hingga White Shoes & the Couples Company pernah digelar di teras belakang.
Minat tinggi
Kineruku mulai beroperasi dengan nama Rumah Buku sejak 2003. Didirikan oleh Rani bersama dengan Oky Kusprianto, perpustakaan ini berawal dari 400 buku koleksi dan terus bertambah hingga sekarang sudah mencapai lebih dari 5.000 koleksi dengan jumlah anggota 3.300 orang lebih. ”Kine” berarti sinema dan ”ruku” sebagai kependekan dari rumah buku.
Koleksi buku yang dihadirkan terutama adalah buku humaniora, seperti sastra, filsafat, dan budaya. Buku-buku seni rupa, desain, arsitektur, biografi musik, tari, dan film juga banyak digemari pencinta buku. ”Kami lebih mementingkan isi. Buku terbitan cetak ulang pun enggak masalah,” tutur Budi.
Pengunjung Kineruku terutama adalah kalangan muda, seperti mahasiswa dan siswa SMA, yang datang berkunjung selepas kuliah atau sepulang sekolah. Bahkan, ada beberapa anak usia sekolah dasar yang tertarik mampir untuk membaca koleksi buku anak-anak. Anak-anak usia SD terutama menyukai pengalaman proses meminjam buku dengan suasana yang kental perpustakaan.
Setiap pengunjung harus terlebih dulu meletakkan tas dan barang bawaan di loker di teras depan sebelum memasuki ruang perpustakaan. ”Pengalaman saya, konsumen justru malah semakin banyak. Bertambah terus,” kata Rani.
Jumlah peminat semakin bertambah terutama setelah memasuki era media sosial pada 2008. Pengunjung muda biasanya tertarik mencari buku-buku dari daftar buku keren yang direkomendasikan di internet. Dari buku, para pengunjung menemukan zona nyaman untuk sejenak menghilang dari hiruk pikuk keberlimpahan informasi di dunia yang makin digital. Selama manusia tetap menjadi makhluk bercerita, buku akan selalu mendapat ruang.