JAKARTA, KOMPAS — Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Prof Ir Nindyo Soewarno MPhil, PhD, meninggal hari Kamis (18/5) di Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta. Pakar arsitektur ini tutup usia pada usia 72 tahun dengan meninggalkan 1 istri dan 4 anak.
Nindyo dikenal sebagai orang yang memiliki komitmen besar kepada UGM dan bangsa Indonesia. Kecintaan pada ilmu pengetahuan, terutama bidang arsitektur, telah memberikan banyak inspirasi bagi lahirnya penelitian arsitektur terutama terkait kajian lintas ilmu.
Almarhum selalu menekankan bahwa keilmuan saat ini, termasuk ilmu teknik arsitektur, berkembang sangat pesat karena keterkaitan dengan bidang-bidang ilmu lain. Hal ini terlihat jelas dalam pidato pengukuhannya yang berjudul ”Arsitektur Perantau” yang memaparkan tentang arsitektur kaum migran yang sarat dengan kajian bidang kependudukan, kebijakan publik, sejarah, dan kajian budaya.
”Dalam melaksanakan tugas pendidikan dan penelitian, almarhum selalu konsisten mengembangkan studi multidisiplin. Apa yang ditekuni dan diajarkannya ini sangat sesuai dengan semangat UGM sekarang, yakni menggalakkan penelitian multidisiplin,” tutur Ketua Dewan Guru Besar UGM Prof Putu Sudira ketika melepas jenazah di Balairung Gedung Pusat UGM, Yogyakarta, Jumat (19/5).
Dalam melaksanakan tugas pendidikan dan penelitian, Nindyo selalu konsisten mengembangkan studi multidisiplin. Apa yang ditekuni dan diajarkannya sangat sesuai dengan semangat UGM saat ini, menggalakkan penelitian multidisiplin.
Nindyo mulai mengampu sebagai pengajar Departemen Arsitektur UGM sejak tahun 1973. Almarhum juga pernah menjabat Kepala Prodi Program Pascasarjana Teknik Arsitektur UGM.
Sebelum dimakamkan di makam keluarga Astana Wirogunan, Kartosuro, Surakarta, jenazah almarhum disemayamkan di Balairung Gedung Pusat UGM, Jumat (19/5), untuk mendapatkan penghormatan terakhir dari keluarga besar UGM. Upacara penghormatan dan pelepasan jenazah dihadiri keluarga dan kerabat almarhum serta sivitas akademika UGM. (*)