TEHERAN, KAMIS — Keputusan Amerika Serikat mempertahankan kesepakatan nuklir Iran, meski menjatuhkan sanksi baru terkait program nuklir Iran, dinilai bisa membuka kans calon presiden petahana Hassan Rouhani dalam pemilihan presiden Iran, Jumat (19/5). Kesepakatan nuklir tahun 2015 merupakan isu andalan Rouhani.
Hari Rabu, Departemen Luar Negeri AS mengumumkan, "Amerika Serikat melanjutkan untuk melepaskan sanksi-sanksi, seperti diminta, untuk meneruskan pelaksanaan komitmen pencabutan sanksi-sanksi AS dalam Rencana Aksi Komprehensif Bersama." Secara terpisah, Departemen Keuangan AS menyatakan menjatuhkan sanksi kepada dua pejabat senior pertahanan Iran, sebuah perusahaan Iran, seorang pria warga China, dan tiga perusahaan China yang mendukung program rudal balistik Iran.
Meski langkah itu dimaksudkan Washington untuk memperlihatkan sikap kerasnya terhadap Teheran, keputusan Presiden Donald Trump tetap berpegang pada kesepakatan nuklir 2015 bisa melegakan Rouhani dalam persaingan dengan kandidat kubu konservatif, Ebrahim Raisi.
Kesepakatan nuklir 2015 selalu disuarakan Rouhani di hampir semua kampanyenya guna meyakinkan warga Iran atas upayanya mengakhiri isolasi terhadap Iran dan membangun kembali negeri itu dengan investasi luar negeri. Penjualan minyak Iran sejak awal tahun ini membaik di tengah stagnasi ekonomi.
Namun, Raisi mengkritik, kesepakatan nuklir 2015 itu belum menghasilkan perbaikan ekonomi lewat penciptaan lapangan kerja, pertumbuhan, dan investasi asing. Ia menjanjikan perbaikan ekonomi, antara lain dengan janji pembukaan 6 juta lapangan kerja di seluruh Iran.
"Saya mewakili para buruh, perempuan tanpa wali, mereka yang ingin suaranya didengarkan tetapi tidak memiliki penyambung suara," kata Raisi.
Angka partisipasi
Hasil pemilu presiden bisa ditentukan oleh angka partisipasi warga Iran. Berdasarkan sejarah, semakin tinggi angka partisipasi itu, semakin besar peluang kubu reformis yang diwakili Rouhani terpilih. Menteri Dalam Negeri Abdolreza Rahmani Fazli mengatakan, angka partisipasi diperkirakan melampaui 70 persen.
Sekitar 56,4 juta dari 80 juta warga Iran berhak memilih. Pekan lalu, kantor berita IRNA merilis hasil survei, hampir 64 persen dari 6.047 responden menyatakan akan memilih, 20 persennya belum menentukan pilihan.
Pada pemilu 2013, saat Rouhani hampir meraup 51 persen suara, angka partisipasi saat itu 73 persen. Deputi Menteri Luar Negeri Hassan Qashqavi menambahkan, warga Iran di 102 negara juga akan mengikuti pemungutan suara, Jumat ini.
(AFP/AP/REUTERS/BEN/SAM)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.