MALANG, KOMPAS — Terkait aksi teror bom di Kampung Melayu, Jakarta, Batalyon B Pelopor Brigade Mobil Kepolisian Daerah Jawa Timur di Ampeldento, Malang, terus melatih polisi di wilayah Malang Raya untuk siaga terhadap serangan teror dan gangguan keamanan lain. Sebanyak 30-an personel polisi dan Satuan Bhayangkara atta Sabhara dari Batalyon B Pelopor Brigade Mobil Kepolisian Daerah Jawa Timur menjalani latihan.
Mereka dilatih menghadapi teror bersenjata api, senjata tajam, serta bom pada Kamis (25/5), serta akan kembali dilakukan jika dirasa dibutuhkan. Jumat, latihan kesiagaan bagi Brimob pun terus dilakukan.
”Mereka adalah aparat yang akan bersentuhan langsung dengan masyarakat di lapangan. Mereka butuh mendapat bekal pelatihan mengenai upaya kewaspadaan akan hal-hal itu. Latihan seperti ini harus terus dilakukan karena kita tidak tahu kapan ancaman keamanan datang,” kata Inspektur Satu Sumantri Wibisono, Komandan Tim Penjinak Bom Batalyon B Pelopor Brigade Mobil Kepolisian Daerah Jawa Timur, Jumat.
Selain dilatih upaya menangani bom, polisi juga dilatih untuk menghadapi serangan jarak dekat dan bersenjata, termasuk bagaimana antarpolisi bisa saling melindungi. ”Mereka sebenarnya sudah memiliki kemampuan itu. Hanya perlu dilatih dan ditingkatkan. Bagaimana mereka bisa mengahdapi ancaman dan saling melindugi antarpersonel,” kata Komandan Peleton 1 Kompi IV Batalyon B Pelopor Brimob Polda Jatim Inspektur Satu Nono Sugiono.
Wilayah Malang Raya selama ini memiliki kasus yang terkait langsung dalam beberapa kasus terorisme. Pada Maret 2015, beberapa orang di Kota Malang ditangkap Densus 88 karena menjadi ”pengirim” simpatisan NIIS untuk berangkat ke Suriah. Pertengahan Februari 2016, lima terduga teroris terkait bom di Jalan Thamrin, Jakarta, ditangkap di Kabupaten Malang. Kasus besar sebelumnya adalah terungkapnya jaringan Dr Azahari, buron teroris kelas kakap yang dapat dilumpuhkan di Kota Batu pada 2005.
Ancaman keamanan terkait radikalisme, saat ini diakui oleh Komandan Batalyon B Pelopor Satuan Brimob Kepolisian Daerah Jawa Tmur Ajun Komisaris Besar Sunadi semakin beragam. Sebab, simpatisan aksi radikal semakin banyak dan beragam. Apalagi, kian mudahnya orang mendapat informasi dari internet. Simpatisan ISIS di Indonesia, bisa belajar cara membuat bom dan mengorganisasi massa dari internet.
“Apalagi sejak ada seruan dari ISIS bahwa simpatisannya bisa berjuang di tempat asal, ini seakan memicu semangat kelompok simpatisan ISIS, untuk berlomba-lomba beraksi di daerah asalnya termasuk Indonesia,” kata Sunadi. (DIA)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.