Pancasila merupakan tanggung jawab sejarah seluruh bangsa Indonesia. Jangan pernah melupakan nilai-nilai Pancasila yang selama ini menjadi cikal-bakal kehidupan bernegara Indonesia.
Uskup Ignatius Suharyo dalam perayaan Hari Kenaikan Isa Al Masih di Gereja Hati Kudus Yesus di Kramat, Jakarta, Kamis (25/5) malam, mengingatkan, Pancasila sudah mulai dimasukkan ke dalam pedoman arah dasar gereja di Keuskupan Agung Jakarta (KAJ).
Setiap sila dari Pancasila dimasukkan sebagai pokok evangelisasi tahunan gereja di KAJ. Ini dilakukan karena Pancasila adalah tanggung jawab bangsa ini.
Dalam kesempatan itu, diluncurkan pula buku KAJ 210: Perjalanan Gereja Katolik (di) Jakarta yang dicetak di Percetakan PT Gramedia. Buku yang terdiri dari delapan buku dan dikemas dalam satu boks itu diterbitkan sebagai cikal-bakal kelahiran hingga perkembangan gereja-gereja di KAJ.
Suharyo menegaskan, ”Sudah lama nilai-nilai Pancasila dilupakan atau bahkan sengaja dilupakan. Dan ketika keadaan menjadi seperti itu, tanpa kita sadari mengalirlah arus-arus yang deras berbentuk kekerasan, radikalisme, ideologi-ideologi lain yang bahkan menyingkirkan Pancasila sebagai landasan negara Republik Indonesia.”
Menurut Suharyo, seluruh umat ingin bergerak melawan lupa. Mengingat pendiri bangsa yang ingin menjadikan Pancasila sebagai prinsip-prinsip dasar sivilisasi masyarakat, sehingga ketika nilai-nilai Pancasila diinternalisasikan, masyarakat menjadi semakin adil dan beradab. Tidak boleh sebaliknya.
Perjalanan
Buku peringatan 210 tahun KAJ menjadi sebuah kegembiraan bersama, sekaligus mengenang kembali masa-masa sulit meniti pengembangan umat di setiap paroki. Buku tersebut tidak hanya berisi sejarah dan sejumlah data perkembangan umat, tetapi juga aspek spritualitas sejumlah tokoh yang mewarnai kehidupan gereja.
Mereka justru tidak berasal dari kalangan elite gereja, tetapi dari kalangan warga gereja kebanyakan. Karena itulah, berkat bantuan sejumlah tim penulis dari setiap gereja, tim buku mengemas menjadi sebuah cerita-cerita yang mampu memberikan warna dari keseluruhan buku ini.
Buku ini disusun melalui pengumpulan data sejak Oktober 2016. Sekitar 15 anggota tim buku mempersiapkan berbagai data, termasuk melengkapi aspek kesejarahannya melalui berbagai dokumen gereja. Tidak ketinggalan, ilustrasi sampul buku ini pun menghadirkan tim seniman ilustrator untuk menunjukkan aspek segar di dalam buku ini, tanpa menghilangkan historisitas gereja-gereja di KAJ.
Karena itulah, di sampul depan buku ini pun dituliskan, ”Wajah gereja kini dihadirkan kembali sebagai sebuah pembelajaran bagi pertumbuhan gereja masa kini dan masa depan.”
”Tidak hanya angka dan data, tetapi juga sejarah yang disaksikan di dalam cuplikan video perjalanan gereja ini,” kata Romo Anton Baur Pr, Koordinator Umum Tim Buku ini.
Dari Gereja Katedral di pusat kota Jakarta kini telah berkembang menjadi 66 gereja yang tersebar di Jakarta, Bekasi, dan Tangerang. Perkembangan gereja itu ditunjukkan secara berurutan dalam sebuah ramah-tamah bersama uskup dan sejumlah pastor yang bertugas di setiap gereja. Tak disangka, perkembangan gereja itu terlihat sangat menyemangati seluruh perwakilan dewan paroki yang hadir saat itu.
Sewaktu disebutkan satu demi satu lahirnya gereja di wilayah KAJ, tim buku pun terlihat sangat ceria dan menyambut dengan tepuk tangan, sekaligus semangat. Ada rasa kagum yang terpancar, terlebih saat nama gereja disebutkan dan mampu melahirkan gereja-gereja lain. Memasuki 210 tahun gereja di KAJ, disebutkan Gereja Santa Monica, Serpong, baru saja melahirkan Gereja Santo Ambrosius di Villa Melati Mas, sebagai gereja ke-66 di KAJ.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.