Toleransi Harus Ada dalam Pendidikan Anak di Sekolah
Oleh
·2 menit baca
TEMANGGUNG, KOMPAS — Pelajaran tentang toleransi, kerukunan, Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila, dan UUD 1945 harus ada, dan dipaparkan secara jelas dalam pendidikan di sekolah. Melalui pelajaran inilah, pendidikan tentang toleransi dapat dikenalkan sedari dini kepada anak-anak.
”Aktivitas belajar di sekolah hendaknya dapat mengenalkan tentang makna toleransi dan kerukunan kepada pelajar sejak masih usia anak-anak. Pemahaman tentang makna itulah yang paling dibutuhkan negara kita saat ini,” ujar istri almarhum Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Sinta Nuriyah Wahid, dalam acara buka puasa di Masjid Roudlotul Jannah di Desa Badran, Kecamatan Kranggan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Senin (5/6) petang. Acara buka puasa ini diselenggarakan GusDurian Temanggung bersama dengan umat dan beragam komunitas lintas agama di Kabupaten Temanggung.
Tidak hanya guru dan murid-murid, para orangtua pun harus memahami makna toleransi dan kerukunan secara benar. Dari pemahaman itulah, mereka kemudian dapat melanjutkan, meneruskan pemahaman itu kepada anak-anaknya, melalui pendidikan di rumah.
Dalam kesempatan itu, Sinta juga menjelaskan bahwa bangsa Indonesia terdiri atas begitu banyak ragam suku bangsa, agama, dan keyakinan. Dengan menyadari itu semua, semestinya setiap orang, setiap umat beragama, harus saling mengasihi, menolong, menghargai, dan menghormati satu sama lain.
”Dengan menyadari bahwa kita semua adalah satu bangsa, tidak semestinya semua perbedaan itu membuat kita bertengkar, saling menghujat, menghina, merendahkan, atau bahkan saling membunuh,” ujarnya.
Sikap luhur
Sinta juga menegaskan bahwa dengan berpuasa, umat Islam harus belajar mengendalikan diri. Selain itu, umat Islam juga harus mengembangkan sikap luhur, seperti sabar, jujur, dan saling menghormati satu dengan lainnya.
Dia pun mengingatkan agar umat Islam selalu ingat akan identitasnya sebagai orang Indonesia. ”Kita, umat Islam, adalah orang Indonesia yang kebetulan beragama Islam, dan bukan orang Islam atau orang Arab yang tinggal di Indonesia,” ujarnya.
Kepala Kepolisian Resor (Polres) Temanggung Ajun Komisaris Besar Maesa Soegriwo mengatakan, bahaya radikalisme dan perilaku intoleransi saat ini rawan ditebarkan melalui media sosial. Untuk mengantisipasi hal tersebut, setiap orangtua harus selalu mendorong anak-anaknya bergaul seluas-luasnya, mengikuti beragam kegiatan, seperti olahraga, yang sekaligus nantinya juga akan mengurangi aktivitas di dunia maya.
”Bersosialisasi di dunia nyata menjadi cara yang cukup efektif untuk menghindarkan diri agar tidak terdoktrin paham yang tidak benar di dunia maya,” ujarnya.
(EGI)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.