JAKARTA, KOMPAS — Aksi penjarahan terhadap bangkai kapal Perang Dunia II dari Australia, HMAS Perth (1), di Teluk Banten diperkirakan berlangsung secara bertahap. Dalam penyelaman terakhir bulan Mei lalu, tim arkeolog bawah air gabungan dari Australian National Maritime Museum dan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional menemukan palu besar dan alat pahat yang diduga digunakan penjarah untuk mengambil satu per satu bagian kapal tersebut.
Selain palu besar dan alat pahat, penyelam juga melihat beberapa bagian besi HMAS Perth (1) sudah dililit rantai dan tali-tali besar. ”Rantai dan tali-tali itu kemungkinan dipasang penjarah untuk menarik bagian-bagian bangkai kapal agar mengapung ke atas permukaan air laut,” kata arkeolog bawah air Puslit Arkenas, Shinatria Adhityatama, Senin (12/6), di Jakarta.
Direktur Australian National Maritime Museum (ANMM) Kevin Sumption sangat menyesalkan aksi penjarahan terhadap HMAS Perth (1). Bagian tubuh kapal penjelajah ringan (light cruiser) buatan Portsmouth Naval Dockyard Inggris itu kini tinggal tersisa 40 persen. Dengan bobot awal 6.830 ton, bagian HMAS Perth (1) yang telah hilang dijarah mencapai 4.098 ton atau sekitar 60 persen.
Proses pengambilan ribuan ton potongan besi HMAS Perth (1) berlangsung secara bertahap. Melihat begitu masifnya material yang diambil, penjarah kemungkinan juga menggunakan peralatan las untuk memotong bagian-bagian besi kapal tersebut.
Laporan aksi penjarahan HMAS Perth (1) dilaporkan pertama kali oleh penyelam yang tengah berlibur di Teluk Banten pada 2013. Meski demikian, proses pencurian diprediksi sudah berlangsung lama karena saat ini bagian kapal itu sudah hilang lebih dari separuhnya.
Perlengkapan tentara
Dalam penyelaman terakhir, tim juga menemukan pernak-pernik seragam tentara, seperti kancing seragam, gesper, dan sepatu bot. Sementara itu, di bagian dalam kapal masih terlihat tulang belulang serdadu Australia yang tewas dalam pertempuran melawan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang, 28 Februari-1 Maret 1942.
HMAS Perth (1) bersama kapal penjelajah Angkatan Laut AS (US Navy), USS Houston, sebenarnya selamat dalam pertempuran dahsyat Laut Jawa di bagian utara Surabaya pada 27-28 Februari 1942. Dalam perang itu, lima kapal sekutu hilang.
Tanggal 28 Februari 1942, HMAS Perth (1) dan USS Houston berhasil lolos dan sandar di Pelabuhan Tanjung Priok, Batavia. Namun, kedua kapal itu kemudian diminta berlayar ke Cilacap melalui Selat Sunda.
Kapten kapal HMAS Perth (1), Waller, berpikiran bahwa pasukan Jepang akan mendarat di Batavia pada 28 Februari 1942 malam atau 1 Maret 1942 dini hari sehingga tidak akan bertemu dengan Perth dan Houston di Selat Sunda.
Namun, keberadaan Perth terpantau kapal perusak Jepang Fubuki yang sedang berpatroli di Teluk Bantam (Teluk Banten). Tak lama kemudian, kapal-kapal perusak Jepang lainnya berdatangan menyerang Perth dan Houston.
Menurut catatan Royal Australian Navy, Perth ditembak pertama kali pada 28 Februari 1942 pukul 23.26, kedua pukul 23.32, dan ketiga pukul 23.50. Setelah tiga kali diserang, Kapten Waller mengarahkan Perth untuk memasuki lorong Selat Sunda dengan kecepatan penuh. Sayang sekali, pada 1 Maret 1942 pukul 00.05 bagian sisi kanan Perth kembali dihantam torpedo disusul tembakan kedua beberapa menit kemudian yang akhirnya menenggelamkan kapal itu sekitar pukul 00.25.
Komitmen perlindungan
Awal tahun ini, Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull dan Presiden RI Joko Widodo telah menyampaikan seruan bersama dalam peringatan 75 tahun tenggelamnya HMAS Perth (1). Dalam seruan itu, kedua belah pihak berkomitmen bekerja sama melindungi cagar budaya bawah laut dengan memperkuat kebijakan nasional, hukum, dan regulasi.
HMAS Perth (1) hanyalah satu dari ratusan kapal karam lain yang membutuhkan perhatian di seluruh perairan Indonesia. ”Di lautan kita ada sekitar 400 titik peninggalan bawah laut berupa kapal-kapal karam dari zaman Dinasti Ming hingga kapal-kapal Perang Dunia II. Namun, masih sangat sedikit yang dieksplorasi atau dimanfaatkan untuk wisata,” kata Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid beberapa waktu lalu.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.