logo Kompas.id
Lain-lainLagi-lagi Owi/Butet, Mana yang...
Iklan

Lagi-lagi Owi/Butet, Mana yang Lain?

Oleh
· 4 menit baca

Ganda campuran, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, akhirnya mewujudkan cita-cita menjuarai turnamen bulu tangkis BCA Indonesia Terbuka sejak pertama kali tampil pada 2011. Satu gelar itu mewujudkan target PP PBSI. Namun, mengapa hanya Owi/Butet yang lagi-lagi tampil di podium juara? Di mana "adik-adik" mereka?Bukan hanya gelar juara, Owi/Butet (masing-masing berusia 29 dan 31 tahun), bahkan, menjadi satu-satunya wakil Indonesia di final. Di Plenary Hall Jakarta Convention Center, Minggu (18/6), mereka menang atas Zheng Siwei/Chen Qingchen (China), 22-20, 21-15. Hasil itu mewujudkan penantian penggemar bulu tangkis Indonesia yang tak pernah melihat pemain tuan rumah juara sejak 2014. Namun, miris rasanya ketika melihat bulu tangkis Indonesia belum juga punya andalan lain selain Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon yang telah menjuarai tiga turnamen Super Series/Premier pada 2017. Sayangnya, di Indonesia Terbuka, Kevin/Marcus tersisih di penampilan pertama karena Kevin tampil dalam kondisi cedera bahu.Seperti diakui Sekretaris Jenderal PP PBSI Achmad Budiharto pada Minggu malam, selain menggembirakan, hasil di Indonesia Terbuka ini masih meninggalkan pekerjaan rumah dalam bidang pembinaan. "Ini menjadi catatan penting bagi PBSI karena masih bertumpu pada pemain senior," kata Budiharto.Semula Praveen Jordan/Debby Susanto (ganda campuran) dan Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi (ganda putra) diharapkan juara. Trio tunggal putra, Jonatan Christie, Anthony Sinisuka Ginting, dan Ihsan Maulana Mustofa, ditarget memberikan perlawanan maksimal kalaulah belum mampu berdiri di podium juara. Apalagi, Anthony tampil dengan modal kemenangan atas tunggal putra peringkat kedua dunia, Viktor Axelsen (Denmark), dalam kejuaraan beregu campuran, Piala Sudirman 2017.Namun, tak ada satu pun dari mereka yang bisa melewati babak kedua. Praveen/Debby tersingkir pada babak pertama. Ihsan, yang menembus semifinal pada 2016, kali ini tak lolos dari babak kualifikasi. Adapun Angga/Ricky dikalahkan "adik" mereka, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, yang akhirnya ke semifinal, pada babak kedua. Pelatih ganda putra pelatnas utama Herry Iman Pierngadi, bahkan, memberikan peringatan kepada Angga/Ricky yang prestasinya, secara umum, dilewati Kevin/Marcus dan Fajar/Rian. Penampilan dalam Kejuaraan Dunia di Skotlandia, 21-27 Agustus, akan jadi indikator pelatih untuk menentukan masa depan mereka, berlanjut terus sebagai pasangan atau dibubarkan.Herry, bahkan, menyebut, peringkat ke-8 dunia yang ditempati saat ini tak menggambarkan status Angga/Ricky sebagai pasangan berperingkat 10 besar dunia. Faktor nonteknis, salah satunya motivasi, menjadi sorotan untuk pasangan yang pernah membuat kejutan dengan menjuarai Super Series Singapura Terbuka, April 2015, hanya lima bulan setelah berpasangan.Motivasi Praveen juga diuji setelah gagal di babak pertama. Tekad untuk bangkit, yang dia utarakan sebelum tampil di Indonesia Terbuka, akan diuji pada turnamen-turnamen berikutnya sebelum Kejuaraan Dunia. Pelatih ganda campuran Richard Mainaky menargetkan puncak penampilan mereka pada 2017 ini ada di Kejuaraan Dunia.Konsistensi pemain pelapisSaat Praveen/Debby, Angga/Ricky, dan trio tunggal putra tak tampil sesuai harapan, penghargaan patut diberikan kepada Fajar/Rian dan ganda putri, Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi Istirani, yang menembus semifinal. Ganda putri, yang menjadi titik lemah Indonesia sejak tak ada Greysia Polii/Nitya Krishinda (karena Nitya cedera), bahkan, menempatkan dua wakil di perempat final. Anggia/Ketut dan Della Destiara Haris/Rosyita Eka Putri Sari tampil di babak delapan besar setelah mengalahkan unggulan. Nomor ini juga bisa berharap kepada pemain muda, Apriani Rahayu (19 tahun), yang kemampuannya tengah diasah dengan dipasangkan bersama Greysia. Mereka terhenti di babak kedua. Namun, Apriani dinilai sebagai pemain masa depan karena memiliki karakter pemberani, punya semangat besar, dan mau belajar dari senior-seniornya.Fajar/Rian, yang kalah dari ganda putra nomor satu dunia, Mathias Boe/Carsten Mogensen (Denmark), 17-21, 21-18, 12-21, di semifinal juga memiliki motivasi untuk tak mau kalah dari senior mereka. "Kami adalah pemain paling muda di ganda putra utama, tetapi kami tidak ingin menjadi paling bawah. Motivasi kami adalah ingin cepat mengejar senior," ujar Fajar.Mantan pemain dan pelatih nasional Christian Hadinata menuturkan, penampilan baik pemain pelapis di Indonesia Terbuka merupakan angin segar bagi perkembangan bulu tangkis di Tanah Air. Namun, Christian juga "menantang" mereka untuk konsisten tampil baik pada turnamen-turnamen berikutnya."Kita sambut baik munculnya pemain-pemain muda yang berprestasi. Sekarang yang terpenting menjaga konsistensi. Kalau kali ini mereka bisa menghadapi lawan yang bagus, kenapa di kesempatan lain tidak melakukan hal yang sama," kata Christian.Salah satu legenda bulu tangkis Indonesia itu juga berharap adanya peningkatan pada pemain-pemain tunggal putra. "Mereka masih muda. Mereka di tahap golden age, masih ada waktu untuk menyiapkan tampil sebaik-baiknya agar bisa memetik hasil maksimal di Olimpiade Tokyo 2020," tutur Christian."Setelah Taufik Hidayat, Indonesia memang kesulitan menciptakan pemain tunggal putra selanjutnya. Akan tetapi, dengan adanya Anthony, Jonatan, dan pemain muda lain, harapannya Indonesia bisa tampil lebih baik karena memiliki aset bangsa yang luar biasa," ujar mantan pemain nasional Hariyanto Arbi. Semoga regenerasi, seperti yang berulang-ulang disebutkan Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PBSI Susy Susanti, bisa berjalan dengan baik. Jika tidak, bisa jadi Indonesia hanya akan mengandalkan Owi/Butet hingga mereka pensiun. (Denty Piawai Nastitie/ Yulia Sapthiani)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000