logo Kompas.id
Lain-lainLada yang Mengubah Hidup Warga
Iklan

Lada yang Mengubah Hidup Warga

Oleh
· 3 menit baca

Lonjakan harga lada (Piper nigrum) sejak tahun 2006 mengubah kehidupan warga di pinggiran Danau Ranau di Ogan Komering Ulu Selatan, Sumatera Selatan. Kebun kopi berganti lada, setidaknya tumpang sari. Si "raja rempah" ini menjadi orientasi baru para pekebun rakyat.Turun dari mobil barunya, Ali Akbar (64) bergegas menuju ke gubuk di tengah kebun miliknya di Desa Surabaya, Kecamatan Banding Agung, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan, Jumat (10/3) pagi. Dia lepas topi koboi, jaket kulit, dan sepatu, lalu berganti "seragam dinas" kebun.Berbekal parang, Ali memanjati satu per satu pohon gamal (Gliricidia sepium), tajar hidup yang menjadi tiang rambat bagi lada, sahang dalam bahasa setempat. Dia memastikan lada cukup tersinari matahari dan tumbuh dengan sehat. Tak ada serangan hama atau penyakit.Ketika itu, ladanya sedang berada pada fase pembuahan, penting agar sinar matahari tak terhalang masuk. Diharapkan, proses fotosintesis dan pembuahan berlangsung sempurna sehingga panen optimal. Sepuluh tahun terakhir, Ali merasakan betul hasilnya.Sebelum tahun 2006, harga lada hasil petani di pinggiran Danau Ranau hanya Rp 400 per kilogram, lebih rendah dari harga kopi yang ketika itu Rp 1.000 per kg. Tahun 2006, harga lada melonjak berlipat jadi Rp 80.000 per kg, meski tidak stabil sepanjang tahun. "Saya lalu tanam lada karena saya pikir prospeknya bagus," ujarnya.Prediksi Ali benar. Meski berfluktuasi, harga jual lada menguntungkan petani. Puncaknya terjadi pada tahun 2015-2016 ketika harga lada menembus angka Rp 120.000-150.000 per kg. Dari 1,5 hektar kebunnya, Ali memanen 3 ton lada, dan mendapatkan hasil kotor Rp 360 juta hingga Rp 450 juta per tahun. "Bersihnya Rp 260 juta," kata Ali, yang biasa dipanggil Pak Haji.Dari lada, Ali bisa berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji tahun 2006, empat kali umrah bersama istri selama kurun 2011-2017, dan membeli mobil baru seharga Rp 285 juta secara tunai! Lada pula yang mencukupi dan mengubah hidup petani dan warga desanya. Ini terlihat dari rumah-rumah yang berdiri mentereng atau sepeda motor dan mobil yang lalu lalang.Keputusan para petani di Desa Way Wangi, Kecamatan Warkuk Ranau Selatan, Kabupaten OKU Selatan, untuk fokus menanam lada sejak 1997 juga tak sia-sia. Lonjakan harga mengubah hidup warga desa. Haji Musoffa (63) adalah salah satu yang beruntung itu. Dari 3 hektar kebunnya, dia memanen 2 ton lada seharga Rp 250 juta. "Saya langsung beli 1 hektar tanah seharga Rp 120 juta," ujarnya. Musoffa juga membeli mobil baru secara tunai dengan tambahan dari tabungan. Sutomo (56), Ketua Kelompok Tani Mekar Sari di Desa Way Wangi, juga menerima berkah itu. Dia membeli kebun dan membangun rumah baru bagi anaknya dari hasil panen lada. Padahal, saat datang pertama kali tahun 1996, perantau asal Ngawi, Jawa Timur, itu hanya seorang buruh tani tanpa lahan. Lada telah mengubah hidup warga. (MKN/ABK/DRI)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000