Ada yang Tak Hapal Luas Tanah Sendiri, Presiden Gemas
Oleh
Lukas Adi Prasetya
·3 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS -- Ada beberapa hal unik mewarnai kunjungan Presiden Joko Widodo ke Balikpapan, Kalimantan Timur, Kamis (13/7), untuk menyerahkan sertifikat tanah secara simbolis ke masyarakat. Ada yang grogi menjawab pertanyaan mudah dari Presiden, dan ada yang lupa berapa luas tanahnya sehingga membuat Presiden merasa “gemas”. Ada pula yang minta dicubit karena merasa bermimpi.
Salah satu warga penerima sertifikat, yakni Andri, asal Desa Handil Terusan, Kabupaten Kutai Kartanegara, tidak hapal luas tanahnya sendiri. “Luas tanahnya berapa?” tanya Presiden, di Gedung Balikpapan Sport and Convention Centre (Dome), saat penyerahan simbolis sertifikat.
Andri yang terlihat hendak membuka buku sertifikat berwarna hijau itu, langsung dilarang Presiden. “Jangan dibuka (sertifikatnya). Harus hapal, wong sudah atas namamu. Hapal enggak?” kata Presiden. Tetapi Andri menjawab “Anu, pak. Warisan dari orangtua,”.
Presiden menjawab, “Iya, saya mengerti. Tetapi kamu harus ngerti, (sertifikat) atas nama siapa?”. Setelah sertifikat dibuka, luas tanahnya 291 meter persegi, dan ternyata atas nama “Ando”. Sertifikatnya salah cetak. Presiden yang malah kaget, lalu menyuruh Andri segera memperbaiki kesalahan nama yang tercetak ini.
Muhammad Abdul Kadir dari Handil Terusan, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kaltim, juga tidak hapal luas tanahnya sendiri. Saat ditanya berapa luas tanahnya, lelaki berumur 70-an tahun ini menjawab tidak mengerti.
“Kok nggak ngerti semua, bagaimana, sih? Tolong semuanya dibaca. Harus tahu berapa meter persegi tanahnya,” kata Presiden. Setelah sertifikat dibuka, luas tanahnya mencapai 717 meter persegi. Presiden mewanti-wanti agar pemilik tanah hapal luas tanahnya.
Sebelumnya, Nur Hidayah, seorang ibu asal Desa Sangatta Utara, Kabupaten Kutai Timur, maju duluan ke panggung. Nur maju untuk menjawab pertanyaan Presiden yang memintanya menyebutkan 7 suku di Indonesia. Nur terlihat agak grogi menjawab.
Jawabannya dirasa kurang cepat padahal pertanyaannya mudah, Presiden sampai “memancing” Nur dengan menyebut ada suku di Pulau Kalimantan yang terkenal. Barulah Nur menambahkan jawabannya dengan “Suku Dayak”.
“Itu yang ‘horas’, suku mana?” tanya Presiden, lagi. Barulah Nur menyebut “Suku Batak”. Mungkin semakin grogi, Nur sampai menyebut "Suku Banjar" sebanyak dua kali.
Di akhir tanya-jawab, Nur bersalaman dengan Presiden sambil mengatakan sesuatu yang tidak terdengar hadirin lain. Setelah bersalaman, Presiden mengatakan, “Masa (saya) suruh nyubit (ibu itu). Katanya mimpi, pak. Tolong dicubit, pak,” ujar Presiden sambil tertawa.
Seperti kebiasaannya, Presiden memberi sepeda kepada masyarakat yang maju menjawab pertanyaan. Rabu kemarin, Presiden menyampaikan secara simbolis 1.535 sertifikat tanah kepada masyarakat dari 15 kabupaten/kota di Kaltim dan Kaltara. Di Kaltim dan Kaltara, menurut Presiden, ada 2,7 juta bidang tanah. Namun baru sekitar 919.000 bidang tanah atau 33 persennya yang sudah bersertifikat. (PRA)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.