Aktivitas Penambangan Tidak Diarahkan ke Taman Nasional

BANDUNG, KOMPAS — Aktivitas penambangan sebaiknya tidak diarahkan ke kawasan taman nasional yang tersebar di Indonesia. Ini termasuk wilayah taman nasional laut dengan ekosistem kelautan yang relatif lebih mudah pulih oleh gangguan lingkungan.

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Ediar Usman, Selasa (18/7), di Bandung, Jawa Barat, bahkan menyebutkan hal itu termasuk jika di kawasan tersebut terdapat potensi mineral untuk ditambang. Hal itu misalnya seperti di kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih dengan potensi keberadaan kelompok mineral sulfida.

Sejumlah jenis mineral, misal tembaga, mangan, emas, besi, hingga logam langka, seperti zircon, diperkirakan ada dalam kawasan tersebut. ”Saya kira (jika) sudah jadi taman (nasional) laut, tetap jadi taman nasional. Jangan ada aktivitas penambangan,” kata Ediar.

Selain perhitungan mengenai besaran kerusakan lingkungan, keberadaan potensi mineral di laut dalam pada kawasan tersebut juga relatif menyulitkan. Dengan kedalaman pada kisaran 1.000 meter hingga 1.500 meter di bawah permukaan laut, teknologi yang dibutuhkan relatif masih sulit diperoleh.

Adapun untuk aktivitas penambangan secara umum, Ediar mengatakan bahwa aspek pemulihan lingkungan yang didasarkan atas sejumlah perhitungan tertentu mesti secara tegas ditegakkan. Ini penting menyusul aktivitas penambangan yang merusak lingkungan selama jangka waktu tertentu dan pengembalian kondisinya penting dilakukan untuk keberlanjutan ekosistem kehidupan.