Bukan Sekadar Ponsel Nostalgia
ingga saat ini, Adweek menyebutkan, dering Nokia yang aslinya adalah jingle lagu waltz dan ditulis gitaris Spanyol Francisco Tarrega pada 1902 itu masih didengar 20.000 kali setiap detik di seluruh dunia.
Suara nada dering yang sama mengiringi prosesi pembukaan acara Sambut Nokia Android, pekan lalu, di Restoran Lucy in The Sky, Jakarta. HMD Global Country Manager Indonesia Mark Trundle mengatakan, lagu itu sengaja diputar untuk membangkitkan kembali kenangan akan ponsel Nokia.
Dia bertanya kepada semua tamu mengenai ponsel Nokia pertama mereka. Ada seorang tamu yang meneriakkan model pisang atau Nokia 8110. Segera, tamu-tamu lainnya tertawa. Mark kembali meminta jawaban berbeda. Seorang pengunjung yang usianya 20-an tahun mengangkat tangan dan menyebutkan Nokia N-Gage. Kali ini, para tamu lain malah bertepuk tangan.
Si pemilik acara tersenyum bahagia. ”Ponsel pertama saya adalah Nokia 8310. Hal pertama yang saya lakukan adalah mengirim SMS berisi kata ’Hai’ kepada ibu. Saya sangat bahagia saat itu dan tetap mengagumi merek Nokia sampai sekarang,” tutur Mark.
Sambil diiringi suara nada dering Nokia, Mark memperkenalkan diri sebagai bagian dari HMD Global, pemegang lisensi merek ponsel Nokia sejak tahun lalu. Perusahaannya ingin meraih kembali kejayaan Nokia di industri ponsel global. Ada beban tanggung jawab besar yang harus dipikul.
”Secara merek, Nokia telah memiliki jangkar kuat, sama dengan usia perusahaan lebih dari 100 tahun. Semacam bertanggung jawab dengan merek ini, kami memutuskan menggunakan sistem operasi Android serta bekerja sama dengan manufaktur Foxconn untuk menghadirkan rangkaian gawai Nokia kepada kalian,” papar pria yang pernah 14 tahun bekerja di Nokia itu.
Kekuatan lama
Di hadapan puluhan tamu yang hadir, Head of Marketing HMD Global Wilayah Asia Pasifik Shane Chiang menyebutkan tiga seri ponsel pintar Nokia yang siap dipasarkan di Indonesia. Ketiganya adalah Nokia 3, Nokia 5, dan Nokia 6. Semuanya telah di- perkenalkan ke pasar global per Juni 2017.
Masing-masing seri, klaim dia, tetap mempertahankan kekuatan lama Nokia, yaitu kualitas, kesederhanaan, keandalan, dan desain yang khas. Dengan kekuatan-kekuatan itu, ponsel pintar Nokia ingin merangkul kembali penggemar lamanya. Tidak ketinggalan, generasi milenial.
Sisi keandalan, misalnya. Ponsel lama Nokia dikenal dengan keandalan baterai. Hal ini diterapkan di tiga seri ponsel pintar Nokia dengan kapasitas daya baterai berkisar 2.650-3.000 mAh. Setiap serinya menggunakan satu blok aluminium untuk menghasilkan bodi yang sempurna. Untuk seri Nokia 5, HMD Global mengaku memakai aluminium seri 6000. Material ini didatangkan dari negara asal Nokia.
”Sepupu saya sekarang masih berusia anak-anak. Dia mengenal sejumlah merek dan jenis ponsel pintar. Tentunya kami ingin dia tidak hanya mengenal, tetapi memakai ponsel pintar Nokia untuk menemani aktivitasnya,” tutur Shane.
Nokia 3 memiliki layar 5 inci dengan resolusi definisi tinggi (high definition). Layarnya diperkuat Gorilla Glass 2,5D. Prosesornya menggunakan MediaTek MT 6737 dengan empat inti (quad core). Kapasitas RAM sebesar 2 gigabyte (GB), sedangkan memori internal 16 GB yang disertai slot microSD.
Nokia 5 mengusung desain metal. Layarnya 5,2 inci dengan resolusi 720p. Ponsel ini menggunakan prosesor Snapdragon 430 delapan inti (octa core) dan RAM 2GB, dilengkapi memori internal 16GB yang disertai slot microSD.
Adapun Nokia 6 sama seperti pendahulunya yang mengusung layar lebar. Ponsel ini dibekali layar 5,5 inci dengan resolusi full high definition 1080p yang juga dibalut Gorilla Glass 2,5D. Prosesornya sama seperti seri Nokia 5. Hanya saja, RAM dan memori internalnya lebih besar. RAM tercatat 4GB dan memori internal 64 GB. Keunikan seri 6 terletak pada dual amplifier dan Dolby Atmos yang mampu menghasilkan suara 6dB lebih keras.
Untuk menggaet generasi milenial, HMD Global menggandalkan sistem operasi murni Android. Ini membuat setiap seri ponsel Nokia lebih cepat menerima pembaruan dari Google. Cara lain yang ditempuh adalah fitur kamera depan dan belakang yang masing-masing dipasang 8 megapiksel dan fitur keamanan berteknologi fingerprint.
Tampaknya, HMD Global memperuntukkan ketiga seri ponsel Nokia itu bagi pemula. Itu terlihat dari pemilihan tampilan bodi, teknologi prosesor, hingga kamera. Harga yang ditawarkan ke pasar Indonesia adalah kurang dari Rp 2 juta, terutama untuk seri Nokia 3 yang bisa dibeli awal Oktober 2017 di seluruh gerai Erafone.
”Kami memang terlebih dahulu menyasar segmen pemula. Hal ini disebabkan masih banyak pengguna layanan 2G di Indonesia yang bersiap masuk ke teknologi terbaru. Kami juga tetap memproduksi ponsel Nokia berteknologi 2G, seperti seri 3310,” kata Mark.
Shane sangat optimistis ponsel pintar Nokia dapat diterima dengan baik oleh pasar Indonesia. Pasalnya, Indonesia pernah menorehkan catatan sebagai salah satu pasar terbesar bagi Nokia pada masa lalu. Kesuksesan itu diyakini bakal terulang, apalagi jumlah penduduk Indonesia kian bertambah. ”Nokia adalah ikon,” ujar Shane.
Kompetisi
Memenangi persaingan di Indonesia saat ini bukanlah hal mudah. Riset International Data Corporation (IDC) Indonesia sepanjang 2015 hingga triwulan I-2017 menunjukkan, pangsa pasar gawai produsen asal China mengalami kenaikan. Pada triwulan I-2015, penguasaan mereka tercatat 12 persen. Adapun periode yang sama tahun 2016 sebesar 23 persen, sedangkan 2017 naik menjadi 31 persen.
Hasil penelitian IDC Indonesia Quarterly Mobile Phone Tracker, jumlah pengiriman ponsel pintar di Indonesia mencapai 7,3 juta unit pada triwulan I-2017 atau tumbuh 13 persen dibandingkan periode sama tahun 2016. Samsung, Oppo, Asus, Advan, dan Lenovo adalah merek yang menduduki peringkat lima teratas (Kompas, 6/7/2017).
Baik merek Korea Selatan maupun China ikut berlari kencang sejak booming ponsel pintar. Mereka memenuhi keinginan konsumen Tanah Air yang mengidamkan ponsel canggih, tetapi berharga murah.
Pada saat bersamaan, Nokia gagal memanfaatkan fenomena ponsel pintar setelah mempertahankan sistem operasinya, Symbian. Pada 2011, Nokia jadi produsen tunggal ponsel bermerek Lumia yang menjalankan sistem operasi Microsoft, yakni Windows Phone.
Dua tahun kemudian, September 2013, Microsoft membeli bisnis ponsel Nokia seharga 5,4 miliar euro. Ini menyebabkan merek Nokia dipesan khusus untuk ponsel dengan fitur yang mulai ditinggalkan warga. Mengutip The Guardian, Microsoft menjual bisnis ponsel Nokia senilai 300 miliar dollar AS. Penjualannya dibagi dua.
Bagian pertama yaitu merek yang dibeli oleh HMD Global, perusahaan bentukan mantan pegawai Nokia di Finlandia. Kedua, manufaktur, distribusi, dan penjualan dibeli Foxconn, pabrik perakit Taiwan yang biasa mengerjakan iPhone. Foxconn sepakat memproduksi ponsel merek Nokia untuk HMD Global.
Berangkat dari pengalaman masa lalu serta melihat medan persaingan saat ini, HMD Global dan Foxconn harus bekerja keras. Perusahaan ini tak perlu terlalu menawarkan ”nostalgia” masa lalu akan merek Nokia. Alih-alih berhasil merebut pangsa pasar ponsel pintar, malah hanya nada dering khas Nokia yang terus diingat konsumen.