Mencicipi Bentayga Bersama Derek Bell
Bagaimana ceritanya? Kami bertemu saat pergelaran eksklusif Breitling Corporate Event di kota Dijon, Perancis, 28-29 Juni lalu. Ini adalah sebuah acara khusus bagi para agen, distributor, diler, retailer, dan para pelanggan terpilih Breitling untuk merasakan langsung dan menghayati nilai serta gairah di balik nama besar arloji mewah asal Swiss itu.
Para tamu undangan—termasuk Kompas yang diundang PT Time International, peritel resmi Breitling di Indonesia—diajak merasakan berbagai sensasi akrobatik udara yang menandai kedekatan Breitling dengan dunia dirgantara sejak puluhan tahun silam.
Lalu, apa hubungannya dengan Bentley? Breitling sejak lama menjadi sponsor Bentley di ajang motorsport dan, sejak 2003, keduanya menjalin kolaborasi dalam sebuah brand baru, yakni Breitling for Bentley.
Itu sebabnya, di samping menjajal terbang dengan berbagai tipe pesawat yang disediakan, terselip dua mobil Bentley untuk dijajal di trek sementara, di salah satu landasan di Lapangan Terbang Dijon Bourgogne. Adalah Derek Bell sendiri yang memimpin tim instruktur yang akan mendampingi para tamu undangan menjajal mobil sport Bentley Continental GT dan Bentley Bentayga.
”Ini (Bentayga) adalah mobil yang luar biasa. Saya memakainya sehari-hari di California (AS) dan mobil ini sangat menyenangkan dipakai di berbagai medan, baik itu di jalan bebas hambatan atau di medan yang agak off-road. Saya pernah mengendarainya di sebuah gurun pasir di sana dan mobil itu masih menyenangkan,” tutur Bell, juara lima kali balap ketahanan Le Mans 24 Jam pada 1975, 1981, 1982, 1986, dan 1987.
Pria ramah yang masih sangat energik dan bersemangat di usia kepala tujuh itu makin bersemangat waktu mengetahui Kompas ingin langsung menjajal Bentayga, Kamis (29/6) pagi itu. ”Ayo, kita segera ke lintasan!” tuturnya kepada Kompas dan satu peserta lagi dari Swedia.
Kami pun bergegas masuk ke sebuah Bentayga berwarna hitam kebiruan. Bell langsung duduk di kursi pengemudi.
SUV pertama
Bentayga adalah SUV pertama yang dibuat Bentley, pabrikan spesialis mobil mewah berperforma tinggi itu. Mobil ini adalah pengembangan dari mobil konsep Bentley EXP 9 F yang diperkenalkan Bentley pada 2012. Versi produksi pertama Bentayga diperkenalkan pertama di Frankfurt Motor Show 2015 sebelum akhirnya diluncurkan ke pasar pada 2016.
Mengusung desain khas Bentley dengan empat lampu oval di depan, gril besar, dan tarikan garis khas di bodi samping, Bentayga bagaikan sedan-sedan Bentley yang dibuat menjadi lebih besar dan jangkung.
Begitu memasuki kabinnya, jejak kemewahan khas Bentley langsung menyambut. Panel kayu yang benar-benar terbuat dari kayu bertaburan di dasbor yang masih mempertahankan desain klasik ala Inggris.
Kata Bell, ”Jika Anda tempelkan tangan ke panel kayu di Bentley, akan terasa hangat. Kalau di mobil lain terasa dingin. Itu karena di Bentley panelnya benar-benar terbuat dari kayu, sementara di mobil lain hanya jadi pelapis material lain,” ungkapnya.
Roland Staehler, Chief Operating Officer Bentley Indonesia, pernah mengatakan kepada Kompas, pada sebuah Bentley, material yang terlihat seperti metal benar-benar terbuat dari logam, bukan plastik yang dilapisi krom, misalnya. Dan, material yang terlihat seperti kayu, ya, benar-benar terbuat dari kayu.
Pada unit yang kami coba ini, bagian dasbor berlapis kulit warna coklat tua, yang dipadu dengan kulit warna coklat terang di kursi dan beberapa bagian interior lain. Namun, warna bahan interior ini tak bisa menjadi patokan karena setiap pembeli Bentayga diberi kebebasan untuk memesan warna dan jenis material yang mereka inginkan.
Sebuah jam analog terpasang di tengah atas dasbor. Terkait jam ini, ada opsi pilihan pribadi untuk memasang jam buatan Breitling dengan mekanisme otomatis internal Mulliner Tourbillon. Jam berlapis emas 18 karat dengan penunjuk angka jam dari berlian ini dipasangi semacam jendela kaca di bagian atasnya sehingga mekanisme internal jam itu bisa dinikmati.
Suspensi elektronik
Bell berulang kali mengungkapkan, kelebihan Bentayga ini, di samping tenaga mesinnya, terletak pada sistem suspensinya yang diatur secara elektronik. Dua kelebihan itulah yang akan dicoba sekarang saat mobil sudah siap di garis start. ”Saya akan memilih mode sport sehingga suspensi akan berada pada posisi paling kaku untuk pengendaraan sporty,” tutur Bell sebelum memasukkan tuas transmisi ke posisi D dan menginjak gas dalam-dalam.
Sebagai catatan, Bentayga dibekali mesin W12 (12 silinder berkonfigurasi W) dengan kapasitas 6.000 cc yang dilengkapi twin-scroll turbo. Tenaga maksimumnya mencapai 600 BHP pada putaran mesin 5.000-6.000 rpm. Sementara berkat peranti turbonya, torsi maksimum 900 Nm sudah keluar di 1.350 rpm.
Catatan Bentley menyebut mobil ini bisa berakselerasi 0-100 km per jam dalam 4,1 detik dan bisa mencapai kecepatan maksimum 301 km per jam. Bentley mengklaim Bentayga sebagai SUV terkencang di dunia.
Mobil pun langsung melejit. Badan terasa tersedot ke sandaran kursi saat mobil berakselerasi dalam mode transmisi otomatis. Hanya dalam jarak sekitar 200 meter di lintasan tertutup itu, kecepatan mobil sudah mencapai 163 kilometer per jam!
Setelah mengerem dengan lembut, Bell membelokkan mobil ke trek sebelah untuk melakukan tes slalom. Di sini kemampuan suspensi dicoba saat mobil meliuk-liuk di antara cone. Duduk di kursi penumpang depan, gejala limbung Bentayga tak terlalu terasa.
Putaran kedua, giliran saya duduk di bangku belakang sebelah kanan. Kembali mobil dicoba untuk berakselerasi di trek lurus sebelum berputar dan melakukan slalom. Baru sekarang gejala limbung terasa saat mobil meliuk-liuk dalam kecepatan lumayan tinggi.
Di putaran ketiga, Kompas berada di kursi pengemudi. Butuh waktu penyesuaian untuk berkendara dengan posisi setir di sebelah kiri. Namun, tak lama, feeling mengemudi mobil sudah didapatkan.
Tenaga mesin memang sangat terasa saat pedal gas diinjak penuh, tetapi tetap tersalurkan dengan lembut. Selain itu, kekedapan kabin juga terasa maksimal sehingga deruman mesin hanya terdengar samar-samar.
Di lintasan slalom, pengendalian Bentayga sangat presisi, nyaris tak terasa tengah mengemudikan SUV sepanjang 5,14 meter, tinggi 1,742 meter, dan bobot 2,4 ton.
Tiga putaran jelas jauh dari cukup untuk meresapi kenikmatan dan performa sesungguhnya dari mobil yang di Indonesia dijual mulai harga Rp 10 miliar itu. Namun, cukup didapat gambaran awal bagaimana SUV supermewah ini berperilaku di jalanan.