Muhammadiyah Kirim Tim Medis untuk Pengungsi Rohingya
Oleh
ANITA YOSSIHARA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Misi kemanusiaan yang dijalankan Indonesia untuk korban konflik di Rakhine, Myanmar, tidak berhenti pada pemberian bantuan bahan kebutuhan pokok. Indonesia juga mengirimkan tenaga medis untuk menangani korban, terutama pengungsi Rohingya.
Pengiriman tenaga medis salah satunya dilakukan oleh Persyarikatan Muhammadiyah, yakni melalui organisasi kemasyarakatan yang tergabung dalam Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM).
Tim medis yang terdiri dari dokter dan perawat dari sejumlah rumah sakit milik Muhammadiyah itu dilepas di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (22/9). ”Tim medis terdiri atas 19 orang, 3 orang sudah berangkat tanggal 17 (September), yang lainnya berangkat hari ini (Jumat) dan tanggal 24 (September),” kata Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Hajriyanto Y Thohari seusai melepas tim medis di bawah bendera Muhammadiyah Aid.
Koordinator Pelaksana Muhammadiyah Aid, Wachid Ridwan, menambahkan, tim medis akan menjalankan misi kemanusiaan di Distrik Cox’s Bazar, Banglades, yang menjadi tempat penampungan pengungsi dari etnis Rohingya.
Saat ini, ratusan ribu pengungsi Rohingya yang tinggal di tenda-tenda tak layak huni mulai terserang berbagai penyakit. Menurut rencana, tim medis akan melakukan pelayanan kesehatan sekaligus memberikan bantuan obat-obatan dan makanan untuk anak-anak usia di bawah lima tahun.
Misi kemanusiaan Muhammadiyah untuk korban konflik Rakhine menurut rencana dilakukan selama dua tahun. ”Tim yang sekarang dikirim penekanannya pada kesehatan. Ini lebih untuk tanggap darurat,” tutur Hajriyanto.
Setelah masa tanggap darurat selesai, Muhammadiyah menurut rencana akan mengirim tim untuk membantu rehabilitasi, rekonstruksi, dan rekonsiliasi. Bersama dengan lembaga lainnya, Muhammadiyah akan membangun pasar, sekolah, dan rumah sakit sederhana. Pasar salah satunya akan dibangun di Rakhine untuk mendorong rekonsiliasi warga.
Dana bantuan untuk korban konflik Rakhine dari donasi masyarakat yang dihimpun Lembaga Zakat, Infaq, dan Shadaqah Muhanmadiyah (Lazismu) pusat dan daerah. Hingga Jumat, dana kemanusiaan untuk Rohingya yang terkumpul sebesar Rp 14,115 miliar.
Peran PBB
Upaya perdamaian di Rakhine, kata Hajriyanto, membutuhkan peran aktif Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dia mendesak PBB untuk segera mengerahkan pasukan perdamaian untuk menghentikan kekerasan di Rakhine.
Pasalnya, pendekatan kemanusiaan (soft diplomacy) hanya bisa digunakan untuk membuka akses bantuan kemanusiaan ke Rakhine. Sementara untuk menghentikan kekerasan juga diperlukan tekanan politik dan keamanan.