KAIRO, KOMPAS -- Arab Saudi lambat laun meninggalkan budaya konservatisme yang menjadi identitas kuat negeri itu sejak berdiri tahun 1932. Selasa (26/9) malam, lahir dekrit yang mengizinkan perempuan Arab Saudi mengemudikan kendaraan.
Setelah sekian lama isu hak mengemudikan kendaraan bagi perempuan di Arab Saudi menjadi isu kontroversial, Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud secara mengejutkan mengeluarkan dekrit bersejarah yang mengizinkan kaum perempuan Arab Saudi mengemudikan kendaraan. Dekrit itu mengizinkan perempuan Arab Saudi mengemudikan kendaraan secara bebas di seantero negeri itu, mulai 23 Juni 2018.
Raja Salman menginstruksikan pembentukan komite gabungan, yang terdiri dari kementerian dalam negeri, keuangan, sosial dan buruh, untuk mengkaji proses dan mekanisme pelaksanaan dekrit Raja tersebut. Hasil kajian itu disampaikan kepada Raja selambat-lambatnya dalam kurun 30 hari mendatang.
Komite gabungan tersebut akan menggunakan tenggat waktu hingga berlakunya dekrit Raja Salman, 23 Juni 2018, untuk melakukan segala persiapan, seperti fasilitas perizinan penerbitan lisensi, pendirian lembaga pendidikan mengemudi, dan infrastruktur akomodasi bagi jutaan pengemudi baru dari kaum perempuan sesuai hukum Islam yang berlaku di negara itu.
Lembaga ulama senior Arab Saudi dalam akun Twitter pada Rabu kemarin menyampaikan dukungan penuh terhadap dekrit Raja tersebut. Lembaga itu menegaskan, dekrit Raja Salman tidak bertentangan dengan hukum Islam.
Dubes Arab Saudi untuk Amerika Serikat, Pangeran Khaled bin Salman kepada harian Asharq al Awsat mengungkapkan, perempuan yang telah memiliki izin mengemudi dari negara Arab Teluk lain juga diizinkan mengemudi di Arab Saudi. Menurut salah satu putra Raja Salman itu, dekret Raja adalah langkah besar menuju perubahan sosial, sekaligus bagian reformasi ekonomi sesuai Visi Arab Saudi 2030.
Putra Mahkota Pangeran Mohammad bin Salman meluncurkan Visi Arab Saudi 2030 pada April 2016. Sejak itu, berbagai keputusan terobosan telah dilakukan di negeri itu. Sabtu (23/9) lalu, untuk pertama kalinya perempuan diizinkan memenuhi Stadion King Fahd di Riyadh, menonton konser musik dan olahraga untuk peringatan hari lahir negara kerajaan itu.
Seperti diketahui, salah satu sasaran Visi Arab Saudi 2030 adalah memberi peran besar kepada perempuan Arab Saudi dengan cara meningkatkan peran perempuan dalam pasar kerja dengan memanfaatkan semaksimal mungkin potensinya sehingga dapat berandil efektif dalam pembangunan masyarakat dan ekonomi negara. Visi Arab Saudi 2030 menargetkan bisa meningkatkan partisipasi perempuan di pasar kerja hingga 30 persen.
Ringankan beban
Sebuah pusat kajian ekonomi Arab Saudi di Riyadh mengungkapkan, dekret Raja Salman yang mengizinkan perempuan Arab Saudi mengemudikan kendaraan bisa berandil meringankan beban keuangan keluarga di Arab Saudi.
Menurut pusat kajian itu, setiap keluarga di Arab Saudi harus membayar sopir keluarga antara 1.000 hingga 1.800 riyal (Rp 3.600.000 hingga Rp 7.000.000) per bulan karena perempuan dilarang mengemudikan mobil.
Selain itu, keluarga di Arab Saudi yang memperkerjakan sopir—biasanya warga asing—dikenakan biaya pemesanan sopir minimal 15.000 riyal (sekitar Rp 54 juta). Pusat kajian ekonomi itu menjelaskan, jika perempuan Arab Saudi diizinkan mengemudikan kendaraan, sang ibu bisa mengantar sendiri anaknya ke sekolah dengan mobil pribadi tanpa harus mempekerjakan sopir keluarga.
Oxford Group yang berbasis di London menyebutkan, diizinkannya perempuan Arab Saudi mengemudikan kendaraan akan menambah persentase partisipasi perempuan negara itu dari 17 persen menjadi 40 persen.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.