Dua di antara para WNI diaspora adalah Ayun Sundari dan Said Taufik Ridha. Ayun Sundari bekerja di ADB sebagai staf komunikasi internasional. Sebelumnya Ayun berprofesi sebagai penyiar radio swasta, lalu Ayun melamar kerja di kantor perwalian ADB. Ketertarikannya pada isu-isu pembangunan dan pengalamannya bekerja di bidang komunikasi kini dia tularkan kepada anak-anak muda dengan mengajar mereka secara gratis.
Semangat bersaing secara profesional ditunjukkan Said Taufik Ridha. Said pernah bekerja di IsDB dan OFID. Dari pengalamannya itu muncul keinginan untuk menerapkan dan mengembangkan kompetensi yang dimilikinya di Tanah Air. Semangat yang sama juga ada pada Syahrul Luddin yang pernah bekerja di ADB dan kini di OFID. Salah satu prestasi Syahrul yang membuatnya bangga adalah upayanya dalam program loan terkait privatisasi BUMN. Model privatisasi BUMN yang diterapkan adalah memindahkan aset atau kepemilikan BUMN dari Pemerintah Indonesia kepada rakyat Indonesia, bukan kepada pihak asing. Ada banyak inspirasi dari diaspora asal Indonesia. (AFN/LITBANG KOMPAS)
Membangun Harmoni Indonesia-Australia
Berbagai cara dilakukan agar hubungan Indonesia-Australia tetap harmonis, salah satunya melalui program Muslim Exchange Program (MEP). Selama dua minggu para peserta program pertukaran berdialog dengan berbagai tokoh di pemerintahan, tokoh agama, tokoh pendidikan, politisi, seniman, media massa, dan berbagai komponen lainnya. Pengalaman inspiratif peserta MEP itu dihimpun dalam buku Hidup Damai di Negeri Multikultur (PT Gramedia Pustaka Utama, 2017).
Interaksi yang terjadi di antara peserta membuka wacana baru tentang kehidupan masyarakat Muslim di kedua negara. Isu islamofobia dan toleransi diangkat Lanny Octavia. Ia menemukan bahwa stereotip negara ”Barat” yang hanya diisi warga ”bule” dan non-Muslim tidak benar. Realitanya, ada sekitar 500.000 warga Muslim Australia dari berbagai ras dan warna kulit tinggal di Victoria. Menurut dia, simbol-simbol keagamaan bukan lagi hal tabu, bahkan terdapat polisi perempuan pertama yang berhijab. Sementara Hyder Gulam dari Australia melihat bahwa Indonesia merupakan rumah dari dua organisasi besar di dunia, yaitu Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Sebagai tetangga, Indonesia merupakan contoh dari toleransi Islam.
Peserta MEP para tokoh muda dari berbagai profesi. Pengalaman baru yang mereka dapat dituangkan dalam buku, video, dan artikel. Isu-isu strategis yang mereka bahas antara lain toleransi, terorisme, islamofobia, ekologi, dan kehidupan beragama. Program yang telah berusia lebih dari sepuluh tahun ini merupakan jembatan untuk meluruskan persepsi masyarakat Australia terhadap Indonesia, terutama pasca-bom Bali.