Industri Rakyat Sepatu Sandal Surut Hingga ke Dasar
Oleh
Dody Wisnu Pribadi
·2 menit baca
MOJOKERTO, KOMPAS — Komunitas perajin industri sepatu dan sandal rakyat Kota dan Kabupaten Mojokerto saat ini mengalami fase surut siklus tahunan karena surutnya permintaan. Sejumlah perajian dan pekerja beralih ke usaha lain, yakni pedagang warung makan atau malah memasuki pekerjaan sektor properti dan aneka usaha jasa dan barang lainnya. Para pemasok juga terpaksa menimbun dulu pasokan bahan baku sol, kulit, kulit imitasi dan kain, sampai permintaan meningkat kembali lazimnya saat Lebaran tiba.
Jumiati (60), perajin di Desa Gamekan, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, Minggu (8/10), mengatakan, biasanya bisa mengirim 40 kodi, masing-masing kodi 10 pasang sepatu, setiap tiga empat hari sekali. Ia bekerja bersama anaknya dan mengerjakannya di dalam rumah sebagai industri rumah tangga yang banyak tersebar di hampir setiap desa di Kota dan Kabupaten Mojokerto.
”Kini pada musim haji, hanya bisa mengirim 10 kodi setiap empat sampai lima hari seminggu. Saya bersama para pekerja, para tetangga, sebanyak lima-enam orang mengerjakan pembuatan sandal di rumah, lalu anak yang mengirim dengan sepeda motor ke Pasar Turi, Surabaya (sekitar 60 km),” katanya.
Rukin (50), juga perajin usaha kecil skala rumah tangga dengan lima-enam pekerja, juga memberi penjelasan yang sama. Menurut dia, sudah menjadi kebiasaan selama ini perajin dan pekerja sandal dan sepatu rakyat memperkecil produksi karena permintaan dari pedagang dan pemasok sandal dan sepatu ke pasar kota besar juga menurun.
”Kalau Pasar Surabaya meminta kami stop mengirim, kami juga pasti stop mengirim,” katanya.
Tentang kualitas, menurut dia, tak ada perbedaan antara permintaan di masa puncak permintaan (saat menjelang Lebaran) dan masa puncak penurunan permintaan (saat musim haji). ”Kualitas kami layani sesuai permintaan. Daya beli masyarakat tidak berubah, paling banyak sandal dan sepatu harga murah di bawah Rp 100.000 sepasang, lalu paling sedikit harga mahal di atas harga jual Rp 20.000 sepasang di tingkat konsumen akhir,” katanya.
Kepala Humas Pemkot Mojokerto Choirul Anwar menjelaskan, kondisi surutnya permintaan sandal dan sepatu asal perajin industri kerajinan rakyat di Kota dan Kabupaten Mojokerto sudah merupakan peristiwa tahunan yang sudah diantisipasi para pelaku.
”Mereka berpindah masuk ke sektor tenaga kerja yang bisa menerima, umumnya sudah menyiapkan, seperti cuci mobil, cuci sepeda motor, jual beli kendaraan, dan usaha semiurban lainnya,” katanya.